4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

dokumen-dokumen yang mirip
4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7. LAMPIRAN. x100% = 13,72% x100% = 15,90% 5,03. Sampel AK64. Ulangan 1: 0,75 x100% = 14,94% 5,02 Ulangan 2: 0,8 x100% = 16,00% 5,00 Ulangan 3: 0,8

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

I PENDAHULUAN. umumnya berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, memiliki kandungan

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG DAN PURE PISANG NANGKA PADA PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG SEBAGAI PANGAN DARURAT

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

LAMPIRAN Analisa Data Hasil Analisa Kimia Tepung Garut dan Tepung Tempe Hasil Analisa Kimia Flakes

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN Produk snack bar dikategorikan sebagai produk food bar, dan tidak dapat dikategorikan sama seperti produk lain. Standart mutu snack bar di Indonesia masih belum beredar sehingga pada pembahasan ini, produk snack bar akan dibandingkan dengan nutrition fact dari produk komersial untuk melihat kemiripan, keunggulan dan kekurangan produk secara keseluruhan. Selain itu juga dilakukan perbandingan dengan angka kecukupan gizi untuk melihat kontribusi gizi yang dapat diberikan produk snack bar dalam penelitian ini. Produk komersial yang digunakan sebagai pembanding adalah snack bar Soyjoy, dengan bahan dasar tepung kedelai. Soyjoy diproduksi oleh PT Amerta Indah Otsuka, dibuat dari pengolahan tepung kedelai serta buah-buahan yang dikeringkan dan diproses melalui metode baking. Kacang koro memiliki kemiripan dengan kacang kedelai karena kandungan nilai gizi yang hampir sama. Biji koro memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 18-25%, namun memiliki kandungan lemak yang rendah yaitu sekitar 0,2-3,0%, dan juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 50-60% (Windrati 2010). Berdasarkan kemiripan tersebut dipilih produk komersial sebagai pembanding yaitu produk komersial berbahan dasar kedelai sehingga dapat dilihat perbandingan zat gizi yang terkandung dalam snack bar koro dengan produk komersial. Selain itu produk snack bar koro yang dibuat memiliki kemiripan dengan produk komersial dari segi penampilan fisik dan tekstur. Pada pembahasan ini, juga akan dibahas mengenai angka kecukupan gizi harian untuk kategori usia 19-29 tahun pada pria dan wanita. Angka kecukupan gizi digunakan untuk melihat perbandingan antara kebutuhan gizi seseorang dengan nutrisi dalam snack bar 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisa Proksimat Kadar Air Kadar air dalam suatu produk pangan pada umumnya berpengaruh pada umur simpan suatu produk dan juga tekstur. Produk dengan kadar air rendah akan cenderung lebih keras dan kering jika dibandingkan dengan produk yang memiliki kadar air yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan analisa kadar air juga untuk membandingkannya dengan 20

21 tekstur dari produk. Jika ditinjau, produk snack bar koro memiliki tekstur yang cenderung kokoh namun terasa agak lembut. Pada hasil penelitian kadar air berdasarkan Tabel 5, hasil yang didapatkan adalah kadar air sampel AK46 sebesar 14,74%, pada sampel AK55 didapatkan kadar air 14,87%, dan pada sampel AK64 didapatkan kadar air 15,61%. Kadar air tersebut tergolong agak tinggi jika dibandingkan dengan produk lain, hal tersebut menjelaskan tekstur dari produk snack bar koro yang cenderung lembut tersebut. Jika dibandingkan dengan produk biskuit, produk snack bar koro lebih lembut dari segi tekstur, karena biskuit memiliki kadar air yang lebih rendah. Berdasarkan SNI, kadar air pada biskuit maksimal adalah 5% hal tersebut menjelaskan perbedaan tekstur dari kedua produk tersebut. Berdasarkan data di atas, kadar air pada sampel semakin meningkat jika diurutkan dari kadar air sampel AK46, kedua sampel AK55 dan yang paling tinggi adalah sampel AK64. Perbedaan kadar air tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan konsentrasi bahan yang digunakan karena kadar air pada tiap bahan berbeda. Menurut Gilang et al (2013), kadar air pada tepung koro adalah 7%, sedangkan pada apel kering memiliki kadar air 28%. Bahan yang memberikan kontribusi terbesar untuk kadar air adalah apel kering, sehingga semakin banyak apel kering yang digunakan akan membuat kadar air produk semakin tinggi. Dalam penelitian ini sampel AK64 memiliki konsentrasi apel 60% yaitu konsentrasi apel kering tertinggi dari semua bahan, sedangkan sampel AK46 hanya menggunakan 40% apel kering, hal tersebut menjelaskan mengapa kadar air akan semakin bertambah dengan semakin tingginya konsentrasi apel kering yang digunakan. Faktor lain yang mempengaruhi kadar air adalah kandungan gula, menurut Figoni (2008), gula dapat digunakan sebagai tenderizer serta memiliki sifat yang higroskopis yaitu mengikat dan menarik air. Gula memiliki sifat menarik air yang lebih besar daripada protein dan pati, sehingga pada saat pembentukan adonan, gula menarik air pada adonan dan menghambat koagulasi protein dan gelatinasi pati. Kadar Abu Abu merupakan zat anorgaink dari sisa pembakaran suatu bahan atau produk. Pada hasil penelitian kadar abu berdasarkan Tabel 5, didapatkan kadar abu sebesar 1,47% pada

22 sampel AK46, 1,21% pada sampel AK55 dan 1,47% pada sampel AK64. Jika dilihat, kadar abu atau mineral pada produk snack bar koro tergolong rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya kandungan mineral pada bahan utama yang digunakan yang rendah, yaitu 3 g pada kacang koro benguk (Departemen Kesehatan RI, 1987 dalam Fitriasari, 2010), 3,5% pada oat (Usman et al, 2010). Kadar mineral tersebut tergolong rendah sehingga dihasilkan kadar abu yang rendah pada produk snack bar dan sulit untuk melihat adanya pembanding, namun berdasarkan uji Tukey, tidak terdapat perbedaan nyata pada hasil penelitian kadar abu untuk ketiga sampel, tidak ada bahan yang menyebabkan perbedaan yang nyata dalam pembuatan snack bar. Kadar Protein Protein merupakan sala satu makromolekul yang penting. Selain berfungsi sebagai pembentuk struktur protein juga dapat berperan sebagai penyumbang energi dengan total kalori 4 kilo kalori per gram. Protein berfungsi sebagai pembentuk struktur melalui proses koagulasi dalam proses pemanggangan. Menurut Figoni (2008), molekul protein dikelilingi oleh air, namun pada saat koagulasi molekul protein akan mengembang dan menyatu satu sama lain, lama kelamaan air akan lepas dari protein, sehingga protein akan kehilangan kemampuannya untuk mengembang dan memiliki struktur yang kaku. Struktur kaku tersebut merupakan pembentuk tekstur utama dalam produk bakery. Pada analisa protein berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa sampel AK46 memiliki kadar protein tertinggi yaitu 28,13%, kedua adalah sampel AK55 dengan kadar protein sebesar 24,47% dan yang terendah adalah 22,54% pada sampel AK64. Sampel AK46 memiliki kandungan protein tertinggi karena memiliki kandungan tepung koro yang tertinggi, dan koro memiliki kandungan protein tertinggi dari semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini, dan kandungan protein dalam kacang koro benguk sendiri adalah sekitar 18 25% (Windrati, 2010), sedangkan pada buah apel hanya sebesar 0,3 gram per 100 gram (Departemen Kesehatan RI 1972 dalam litbang.pertanian.go.id) dan pada oat sekitar 15-17% (Usman et al, 2010) sehingga dengan semakin berkurangnya jumlah koro dan oat yang digunakan, maka kadar protein akan semakin berkurang. Di dalam produk komersial, terkandung 5 g protein dalam 30 g takaran saji, atau 20% dalam persentase. Jika dibandingkan, produk snack bar koro memiliki keunggulan

23 karena nilai kadar protein pada produk snack bar koro lebih tinggi. Berdasarkan AKG Menkes RI (2013), kebutuhan gizi protein per hari untuk pria usia 19 29 tahun adalah 62 g untuk pria dan pada wanita 56 g. Dengan mengonsumsi produk snack bar koro, pada produk AK46 dapat memenuhi AKG protein sebesar 13,61% pada pria dan 14,91% pada wanita, untuk produk AK55 dapat memenuhi AKG protein sebesar 11,84% pada pria dan 13,27% pada wanita, serta pada produk AK64 dapat memenuhi AKG protein sebesar 10,90% pada pria dan 12,07% pada wanita. Kadar Lemak Lemak merupakan komponen organik yang memiliki sifat hidrofobik. dan dapat berfungsi sebagai shortening. Lemak juga berperan dalam memperbaiki tekstur dan pembentukan tekstur snack bar yang lembut. Lemak juga merupakan salah satu penyumbang kalori terbesar dengan nilai 9 kkal per gram. Selain itu, menurut Figoni (2008), lemak juga dapat berfungsi sebagai tenderizer dan leavening agent pada saat proses pemanggangan berlangsung.pada saat pemanggagan air dan udara akan keluar dari lemak. Air akan menguap ke udara dan uapnya akan mendorong dinding sel dan mengembangkan volume adonan. Selain itu lemak yang meleleh akan melapisi protein telur dan pati dan menghambatnya dalam membentuk struktur. Pada hasil penelitian kadar lemak berdasarkan Tabel 5, didapatkan kadar lemak sebesar 16,02% pada sampel AK46, 15,22% pada sampel AK55 dan 14,93% pada sampel AK64. Jika dilihat kadar lemak semakin menurun dari setiap sampel mulai dari sampel AK46, AK55 dan AK64. Penurunan tersebut disebabkan oleh perbedaan konsentrasi bahan yang digunakan, terutama tepung koro benguk dengan kandungan lemak sekitar 0,2 3% (Windrati, 2010) dan pada oat sebesar 4,5% (Usman et al, 2010), sedangkan pada apel kadar lemaknya sangat rendah yaitu 0,4 gram per 100 gram. Pada sampel AK46 mengandung bahan kombinasi tertinggi yaitu 60%, dan konsentrasi bahan kombinasi yang digunakan pada sampel lain lebih rendah dari sampel AK46. Dengan demikian, semakin banyak konsentrasi bahan kombinasi tepung koro benguk dan oat, maka kadar lemak akan semakin meningkat. Di dalam produk komersial terkandung 6 g lemak total atau 20% dari 30 g takaran saji. Produk snack bar yang

24 dibuat dalam penelitian ini memiliki kandungan lemak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan produk komersial. Berdasarkan Menkes RI (2013), angka kecukupan gizi untuk lemak total per hari pada usia 19-29 tahun adalah 75 g pada pria dan wanita. Berdasarkan AKG tersebut, apabila mengonsumsi produk snack bar koro AK46, dapat memenuhi AKG lemak sebesar 6,41%, pada produk AK55 dapat memenuhi AKG lemak sebesar 6,08%, dan pada sampel AK64 dapat memenuhi AKG lemak sebesar 5,97% Kadar Karbohidrat Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kada karbohidrat by difference dengan cara menjumlahkan seluruh hasil analisa proksimat yang meliputi kadar air, abu, lemak dan protein dan dicari selisihnya dengan 100 gram. Dalam perhitungan ini kadar karbohidrat bergantung pada kandungan aspek proksimat yang lain. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan Tabel 5, didapatkan karbohidrat sebesar 39,63 % pada sampel AK46, 44,24% pada sampel AK55, dan 45,44% pada sampel AK64. Jika dilihat, kadar karbohidrat dari sampel AK46, AK55 dan AK64 semakin meningkat. Seharusnya sampel AK46 memiliki kandungan karbohidrat tertinggi karena bahan utama yang digunakan terutama koro benguk mengandung sekitar 50-60% karbohidrat (Windrati, 2010) dan oat mengandung pati dan gula sekitar 59 70% (Usman et al, 2013). Namun dalam perhitungan karbohirdat by difference sangat bergantung pada aspek proksimat yang lain, yang terutama adalah kadar protein dan lemak, di mana kadar protein dan lemak pada sampel AK46 paling tinggi dari antara sampel lainnya. Pada produk komersial, memiliki kandungan 14 g karbohidrat total dalam 30g takaran saji atau 46,67% dalam skala persentase. Dalam hal ini, dari semua sampel memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan produk komersial. Dari keseluruhan sampel, produk AK64 memiliki kadar karbohidrat yang paling mendekati produk komersial dengan nilai 45,44%. Berdasarkan Menkes RI (2013), AKG karbohidrat per hari untuk masyarakat berusia 19 29 tahun adalah 375 pada pria dan 309 pada wanita. Berdasarkan AKG tersebut, apabila mengonsumsi produk snack bar koro dapat memenuhi AKG karbohidrat sebesar 3,17% pada pria dan 3,85% pada wanita, untuk produk AK55 dapat memenuhi AKG sebesar 3,54% pada pria dan 4,29%

25 pada wanita, serta pada produk AK64 dapat memenuhi AKG sebesar 3,56% pada pria dan 4,33% pada wanita. Penentuan Total Kalori Kalori merupakan asupan energi dalam tubuh kita, nilai total kalori dalam penelitian ini dipengaruhi terutama oleh karbohidrat, protein dan lemak. Perhitungan dilakukan dengan mengonversi komponen seperti karbohidrat, protein dan lemak ke dalam satuan kilo kalori dengan cara mengkalikan kandungan ketiga aspek dengan faktor konversi. Faktor konversi yang digunakan untuk protein dan karbohidrat adalah 4 kkal per gram, dan pada lemak adalah 9 kkal per gram. Pada perhitungan total kalori, rata rata hasil perhitungan diukur untuk 30 gram saji, menyesuaikan dengan produk komersial. Nilai total kalori yang didapatkan berdasarkan Tabel 6 dalam penelitian ini adalah 124,59 kkal pada sampel AK46, 123,54 kkal pada sampel AK55 dan 121,90 pada sampel AK64. Jika dibandingkan dengan total kalori produk komersial yang memiliki nilai 130 kkal, produk snack bar Koro memiliki total kalori yang lebih rendah. Dalam hal ini, sampel AK64 memiliki kandungan kalori yang paling rendah, karena memiliki kandungan lemak dan protein yang paling rendah dari semua sampel. Kebutuhan kalori setiap orang berbeda beda berdasarkan jenis kelamin, usia, aktivitas dan sebagainya, untuk meninjau standart kebutuhan kalori dapat dilihat pada angka kecukupan gizi kalori. Berdasarkan tabel AKG Menkes RI (2013), kebutuhan kalori per hari masyarakat pada umumnya adalah 2725 kkal untuk pria pada usia 19-29 tahun dan 2250 kkal untuk wanita. Berdasarkan AKG tersebut, apabila mengonsumsi produk snack bar AK46 dapat memenuhi AKG kalori sebesar 4,57% pada pria dan 5,54% pada wanita, pada produk AK55 dapat memenuhi AKG kalori sebesar 4,53% pada pria dan 5,49% pada wanita, serta pada produk AK64 dapat memenuhi AKG kalori sebesar 4,47% pada pria dan 5,41% pada wanita. Kadar Serat Kasar Dalam penelitian ini, bahan yang memberikan kontribusi terbesar untuk kadar serat adalah oat. Penggunaan oat dalam penelitian ini juga bertujuan untuk menambah nilai gizi produk snack bar karena oat memiliki fungsi yang baik untuk kesehatan. Kadar

26 serat pangan tertinggi terdapat pada oat dengan kadar serat pangan oat dengan kadar serat pangan 12% (Usman et al, 2013) dan koro benguk dengan kadar serat pangan 1,8 g (Gandjar et al, 1973). Dalam analisa kadar serat kasar didapatkan hasil sebesar 15,23% pada sampel AK46, 12,18% pada sampel AK55 dan 11,55% pada sampel AK64. Kadar serat kasar tertinggi didapatkan pada sampel AK46 dan yang paling rendah didapatkan pada sampel AK64. Sampel AK46 memiliki kadar serat kasar tertinggi karena memiliki konsentrasi bahan kombinasi tertinggi yaitu 60%. Semakin tinggi konsentrasi oat dan koro benguk yang digunakan kadar serat kasar akan semakin meningkat. Berdasarkan uji Tukey, terdapat perbedaan nyata antara sampel AK46 dan AK64, namun pada sampel AK55 tidak terdapat perbedaan nyata dengan sampel lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi bahan kombinasi yang digunakan serta perbedaan konsentrasi bahan kombinasi antara sampel AK46 dan AK64 sangat berpengaruh pada kadar serat produk. 4.1.2. Analisa Sensori Pada analisa sensori dilakukan analisa tingkat kesukaan produk snack bar koro dibandingkan dengan produk komersial. Analisa sensori yang dilakukan meliputi parameter warna, aroma, tekstur, rasa dan overall dengan dilakukan terhadap 50 responden tidak terlatih dengan rentang usia 18-23 tahun. Analisa sensori bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan snack bar koro serta perbandingannya terhadap produk komersial. Dengan dilakukannya analisa sensori, diharapkan dapat mewakili atau memberikan gambaran terhadap penerimaan produk snack bar koro di dalam masyarakat. Parameter Warna Pada analisa sensori parameter warna, sampel kontrol menduduki tingkat kesukaan tertinggi, kedua adalah sampel AK46 dan ketiga adalah sampel AK55 dan sampel AK46. Untuk parameter warna hal tersebut dapat terjadi karena jika dilihat secara fisik, sampel yang menggunakan tepung koro benguk, memiliki warna yang cenderung gelap jika dibandingkan dengan produk komersial karena pada dasarnya kacang koro benguk memliki warna yang gelap dan tepung kacang koro benguk memiliki warna abu-abu

27 kehitaman. Sehingga dapat disimpulkan warna dari produk snack bar koro kurang disukai dari segi warna karena warna dari bahan dasar itu sendiri. Parameter Aroma Pada uji sensori parameter aroma, sampel AK64 menduduki tingkat kesukaan tertinggi, yang kedua adalah sampel AK46, ketiga sampel AK55 dan yang terakhir adalah sampel kontrol. Hal ini dapat disebabkan karena sampel AK64 memilki konsentrasi bahan apel kering tertinggi dengan konsentrasi 60% apel kering, sehingga aroma memiliki aroma apel yang kuat jika dibandingkan dengan sampel lainnya dan panelis cenderung menyukai aroma apel tersebut. Parameter Tekstur Pada uji sensori parameter tekstur, sampel AK64 menduduki tingkat kesukaan tertinggi, kedua adalah sampel kontrol, ketiga adalah sampel AK55 dan terakhir adalah sampel AK46. Dapat diasumsikan, faktor yang mempengaruhi tingkat kesukaan tekstur adalah kandungan oat, karena oat memiliki tekstur yang kasar dan kurang nyaman saat ditelan, selain itu, semakin banyak oat, produk akan cenderung semakin kering dank eras. Sampel AK64 memiliki kandungan oat terendah jika dibandingkan dengan AK46 dan AK55. Parameter Rasa Pada uji sensori parameter rasa, sampel AK55 menduduki tingkat kesukaan tertinggi, kedua adalah sampel AK64, ketiga adalah sampel kontrol dan AK46. Dapat diasumsikan dari segi rasa AK55 dapat menghasilkan rasa yang paling pas karena konsentrasi bahan baku yang digunakan pada sampel AK55 cenderung lebih seimbang karena pada sampel AK55 digunakan bahan dasar dengan konsentrasi 50% apel kering dan 50% bahan kombinasi. Overall Pada uji sensori parameter overall, sampel AK64 dan kontrol menduduki tingkat kesukaan urutan tertinggi, kedua adalah sampel AK46 dan ketiga adalah sampel AK55. Secara overall AK64 paling disukai karena dari 4 parameter yang lain, AK64 menduduki tingkat kesukaan tertinggi pada 2 parameter yaitu aroma dan tekstur. Dan

28 AK64 menduduki tingkat kesukaan overall yang sama dengan soyjoy, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel AK64 dapat dibandingkan dengan Soyjoy secara keseluruhan dari segi sensori. 4.1.3. Analisis Formulasi Snack Bar Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui formulasi snack bar formulasi yang terbaik dan karakteristik dari produk snack bar adalah memiliki kalori yang rendah. Menurut Jahuariah (2013), snack bar merupakan makanan ringan dengan bentuk bar dan biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan. Pada saat ini produk snack bar berada pada tahap pengembangan dalam membantu mengatasi penyakit kronis. Pengubahan atau modifikasi formulasi snack bar tergolong mudah sehingga mendukung diadakannya penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisa proksimat dan sensori yang dilakukan sampel AK64 dipilih sebagai formulasi terbaik karena memiliki kandungan kalori terendah yaitu 121,90 kilo kalori, jika dibandingkan dengan produk komersial dengan nilai total kalori 130 kilo kalori, produk AK64 memiliki nilai total kalori yang lebih rendah dengan kadar protein dan lemak yang lebih tinggi serta kandungan karbohidrat yang lebih rendah daripada produk komersial. Perbedaan kalori tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan bahan yang digunakan, pada snack bar dalam penelitian ini menggunakan koro benguk dengan kandungan lemak yang rendah yaitu 0,2 3% (Windrati, 2010). Pada produk komersial Soyjoy, digunakan bahan dasar kedelai dengan kandungan lemak yang lebih tinggi yaitu 19,6 gram dalam 100 gram bahan (Depkes RI, 1987 dalam Fitriasari, 2010) Secara keseluruhan total kalori sangat dipengaruhi oleh lemak karena lemak memberikan kontribusi kalori 9 kkal per 1 gram lemak sehingga untuk mendapatkan snack bar dengan kalori rendah harus memiliki kandungan lemak yang rendah. Di dalam snack bar AK64 memiliki kandungan lemak terendah yaitu 14,93%, dengan kandungan protein sebesar 22,54% dan karbohidrat 44,54%. Selain itu tujuan penelitian ini juga untuk mengetahui tingkat kesukaan produk. Berdasarkan penerimaan responden, snack bar AK64 memiliki tingkat kesukaan tertinggi secara overall karena sampel AK64 disukai dari segi tekstur dan aroma..