BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat untuk menyuplai pasokan barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk lebih kurang 252,20 juta jiwa dan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Know-how dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa tanah merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki peran penting dalam kehidupan makhluk hidup terutama Manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Disamping itu tanah merupakan aset yang sangat berharga. Bagi sebuah bangsa, oleh karena itu tanah memegang peranan penting yang mampu menunjukan kedaulatan bangsa yang bersangkutan (Mudjiono, 2007:458). Dari kasus yang banyak terjadi, jelas sekali, bahwa tanah memegang peranan sentral dalam kehidupan bagi negara yang bercorak agraris seperti Negara Indonesia. Gejolak ini merupakan causa prima terjadinya peningkatan penghargaan masyarakat terhadap tanah (Mukmin Zakie, 2011:188). Di dalam masyarakat agraris hubungan antara manusia dan tanah bersifat religiomagis-kosmis, yaitu hubungan antara manusia dan tanah yang menonjolkan penguasaan kolektif (Mukmin Zakie, 2011: 189). Hal ini dipertegas dengan pendapat Sonny Djoko Marlijanto yang menyatakan hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia bersifat abadi, oleh karena itu harus dikelola secara cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang (Sonny Djoko Marlianto, 2010 :1). Hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia dijadikan dasar bagi pihak penyelenggara negara untuk menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di berbagai daerah. Amartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan commit pada to user hakekatnya bukanlah sebuah proses 1

digilib.uns.ac.id 2 yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan tersedianya sumberdaya masyarakat. Tapi ditujukan pada pemberdayaan dan pengembangan kemampuan masyarakat. (Eman Ramelan, 2008:1). Dalam tulisannya Eman Ramelan juga menjelaskan konteks yang agak berbeda juga dapat dilihat dalam tujuan pembangunan yang diarahkan pada pencapaian masyarakat yang adil dan makmur. Kemakmuran berdimensi physic-biologis dan bersifat ekonomis, seperti yang dikemukakan oleh Richard Postner bahwa sebagai konsep ekonomi, kemakmuran akan banyak berurusan dengan hal-hal yang bersifat kebendaan dan kekayaan materil, sedangkan keadilan lebih bersifat psikologis dan subyektif (Eman Ramelan, 2008:2). Pembangunan yang bersifat physic dalam artian meningkatkan kemakmuran dan atau kesejahteraan masyarakat luas, dapat dilakukan dengan melakukan pembangunan infrastruktur, yang antara lain dilakukan dengan pembuatan jalan raya baru, peningkatan kualitas dan kelas jalan raya, pembangunan pasar, pelabuhan jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya. Maka tersedianya infrastruktur yang memadai dapat menggerakan roda perekonomian lebih optimal yang berpengaruh pada peningkatan pendapat serta pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan atau kemakmuran masyarakat (Eman Ramelan, 2008:2). Namun seringkali untuk membangun suatu infrastruktur, banyak negara diperhadapkan dengan kondisi keterbatasan akan tanah, maka perlu melakukan suatu perbuatan pemerintah yang sah (legitimate dan justified), dapat dipertanggungjawabkan (accountable and responsible) dan bertanggung jawab (liable) (Safi, 2010:173). dimana secara aplikatif dapat dilakukan dengan kegiatan mengambil tanah atau biasa disebut kegiatan pengadaan tanah (pembebasan tanah). Aktivitas pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan secara teoritik didasarkan pada azas atau prinsip tertentu dan terbagi menjadi dua subsistem: Pertama pengadaan tanah oleh pemerintah karena kepentingan umum, Kedua pengadaan tanah oleh pemerintah karena bukan kepentingan umum (komersial) (Imam Koeswahyono, commit to user 2008:4). Menurut Maria S.W.

digilib.uns.ac.id 3 Sumardjono pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan, khususnya bagi kepentingan umum. Pada prinsipnya proses pengadaan tanah melalui kegiatan pembebasan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan (Maria S.W. Sumardjono, 2008: 280). Untuk memberikan kepastian hukum negara melakukan kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, maka perlu dibuat suatu peraturan perundang-undangan yang menjabarkan secara jelas mengenai ketentuanketentuan yang dapat dimengerti terutama terhadap masyarakat yang kehilangan hak atas tanah. Hal pertama yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan tanah yaitu konsep kepentingan umum, khususnya bagaimana peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan telah mengatur kriteria tersebut di berbagai negara. Pembahasan mengenai prinsip-prinsip kepentingan umum dalam pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan menjadi penting karena : (Adrian Sutedi, 2008: 48-49). 1. Dalam sarana pembangunan, terutama pembangunan di bidang materiil, baik di kota maupun di desa banyak memerlukan tanah, misalnya pembuatan gedung sekolah, pelebaran jalan, semuanya memerlukan tanah sebagai sarana utamanya; 2. Sebagai titik tolak di dalam pembebasan tanah, pengadaan tanah, dan pencabutan hak atas tanah. Untuk mendapatkan tanah dalam rangka penyelenggaraan atau untuk keperluan pembangunan, harus dilaksanakan dengan hati-hati dan dengan cara yang bijaksana; 3. Setelah lahirnya otonomi daerah, dalam rangka untuk menampung aspirasi masyarakat di daerah, kepentingan umum dalam penafsirannya harus disesuaikan dengan masyarakat setempat, sikap pemerintah tidak dibenarkan secara parsial memihak bagi kepentingan golongan tertentu commit to user

digilib.uns.ac.id 4 saja, tetapi dilakukan secara menyeluruh baik untuk kepentingan masyarakat pedesaan maupun kepentingan masyarakat. Istilah kepentingan umum seringkali menjadi perdebatan dalam kaitannya dengan pengadaan tanah untuk pembangunan. Pemegang hak atas tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu bukan untuk kepentingan umum melainkan untuk kepentingan swasta, sedangkan pihak yang memerlukan tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu benar-benar untuk kepentingan umum. Menurut Christina Tri Budhayanti tanpa adanya kriteria yang jelas mengenai konsep kepentingan umum dalam pengadaan tanah, maka akan dapat menimbulkan berbagai penafsiran untuk mengisi kriteria tersebut. Jika hal ini dilakukan, tidak mustahil bahwa setiap kegiatan umum lebih jauh lagi akan menjadikan pemegang hak atas tanah akan menjadi korbannya (Christina Tri Budhayanti, 2012). Problem yuridis yang menggambarkan buruknya penetapan kepentingan umum di Indonesia salah satunya adalah jalan tol. Dalam penyelenggaraan jalan tol, peran negara digantikan oleh kepentingan bisnis. Negara justru membiarkan jalan umum rusak dan semrawut sehingga pengguna jalan umum yang memiliki aset lebih beralih ke jalan tol, sedangkan rakyat biasa tidak dapat mengaksesnya dengan leluasa. Dengan beralih pengguna ke jalan tol, mengakibatkan keuntungan usaha bisnis tol semakin membesar. Dan keuntungan tersebut merupakan keuntungan pengusaha itu sendiri, bukan diperuntukan bagi sebesar-besarnya. Hal kedua yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan tanah adalah pemberian ganti rugi yang diterima oleh masyarakat sebagai akibat dari kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. pemberian ganti rugi yang dilakukan oleh negara telah diatur dalam pengaturan hukum dimana berisikan ketentuan mengenai bentuk-bentuk ganti rugi hingga proses penyelesaian sengketa ganti rugi. Problem yuridis yang menggambarkan buruknya penetapan konsep ganti rugi di Negara Indonesia adalah dengan memberlakukan mekanisme konsinyasi, dimana konsinyasi sebagai alternatif penyelesaian ganti rugi dalam pengadaan tanah justru tidak menyelesaikan masalah, melainkan mendatangkan commit konflik to user baru dalam pembebasan tanah,

digilib.uns.ac.id 5 karena pihak dari pemerintah yang terlibat langsung dalam pembangunan seakan-akan mengakhiri konflik pembebasan tanah dengan menitipkan di Pengadilan Negeri. Menilik penerapan di berbagai negara lain juga telah mempunyai pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, salah satunya adalah Negara Inggris. Sejak tahun 1909 Negara Inggris telah membuat pengaturan hukum yang menegaskan bahwa otoritas perencanaan pembangunan (local authorities) berwenang untuk membuat rencana perencanaan kota yang tertuang dalam suatu rencana tata ruang wilayah bagi daerahnya (Michael Purdue, 2006:492). Hingga menetapkan pengaturan hukum Town and country planning Act 1947 yang kemudian disempurnakan dalam Town and Country Planning Act 1952 dengan memperkenalkan pengaturan hukum berbasis tata kelola kota modern (modern urban planning) yang bertujuan untuk menciptakan tata kelola kota lebih modern dari sebelumnya (Robert Jones, 1982:4). Sebagai tindak lanjut dari penerapan tata kelola kota modern (modern urban planning), maka Negara Inggris membuat suatu pengaturan hukum adanya pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan, melalui kegiatan pembebasan tanah yang dalam proses perkembangan historisnya tidak mengkodifikasikan kedalam satu peraturan-perundang-undangan saja, namun mempunyai peraturan perundang-undangan tersendiri mengenai proses pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum didalamnya, serta peraturan perundangan-undangan mengenai proses ganti rugi sebagai akibat adanya pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. Melihat penetapan pengaturan hukum mengenai konsep kepentingan umum dan pemberian ganti rugi di Negara Indonesia belum berjalan dengan baik, maka penulis tertarik untuk menkonstruksikan dengan pengaturanpengaturan pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum dan pemberian ganti rugi di Negara Inggris, maka hal ini menjadi menarik untuk dikaji melalui penelitian dengan judul KONSTRUKSI HUKUM ATAS KEPENTINGAN UMUM DAN commit GANTI to user RUGI DALAM PENGADAAN

digilib.uns.ac.id 6 TANAH (STUDI PERBANDINGAN HUKUM TANAH INDONESIA DAN INGGRIS). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan pada rumusan masalah yaitu: Bagaimana seharusnya pengaturan kepentingan umum dan ganti rugi yang layak yang dihasilkan dari hukum tanah Negara Indonesia dan Negara Inggris? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian diperlukan karena terikat dengan perumusan masalah dan judul dari penelitian itu sendiri. Penulis mempunyai tujuan atau hal-hal yang dicapai baik tujuan obyektif maupun tujuan subyektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk membuat model pengaturan hukum terhadap konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi layak yang telah dihasilkan di dalam pelaksanaan hukum tanah negara Indonesia dan negara Inggris terhadap pengadaan tanah. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memperoleh suatu hasil penelitian sebagai bahan untuk menyusun skripsi sebagai persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk menambah, memperluas, dan mengembangkan pengetahuan serta pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek di lapangan hukum. c. Untuk memperdalam berbagai teori hukum yang telah penulis dapatkan di Fakultas Hukum, commit to khususnya user di bidang hukum pertanahan.

digilib.uns.ac.id 7 D. Manfaat Penelitian Salah satu pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat. Karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan dalam memahami model pengaturan hukum yang layak mengenai konsep kepentingan umum yang sesuai dan pemberian ganti rugi yang layak dalam kegiatan pengadaan tanah bagi Negara Indonesia kedepannya. b. Memperkaya referensi penulisan tentang hukum pertanahan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan jawaban masalah yang sedang diteliti oleh penulis. b. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. c. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. E. Metode Penelitian Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atau isu hukum yang timbul. oleh karena itulah, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:60). Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan. (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 83). commit to user

digilib.uns.ac.id 8 Agar suatu penelitian ilmiah dapat dilaksanakan dengan baik maka diperlukan suatu metode yang tepat. Metode penelitian yang digunakan oleh penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum. Penelitian hukum (legal research) adalah kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:47). Penggunan jenis penelitian hukum (legal research atau rechtsonderzoek) menekankan pada konsep hukum, norma hukum dan validitas aturan hukum untuk memberikan penjelasan yang detail terhadap masalah yang dirumuskan oleh penulis. dalam penelitian ini. Penulis akan membuat suatu model pengaturan hukum terhadap konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan tanah dari temuan harmonisasi hukum terhadap konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah yang telah dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preskriptif. Ilmu hukum bukan termasuk kedalam ilmu deskriptif, melainkan ilmu yang bersifat preskriptif. Objek ilmu hukum adalah koherensi antara norma-norma hukum dan prinsip hukum, antara aturan hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku (act) individu dengan norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 41-42). Sebagai ilmu yang bersifat preskptif maka dapat dikaji bagaimana seharusnya model pengaturan hukum terhadap konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan tanah dengan mempelajari sisi koherensi commit antara to user norma-norma hukum dan prinsip

digilib.uns.ac.id 9 hukum serta antara aturan hukum dan norma hukum, dari temuan harmonisasi hukum pengaturan hukum pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris yang memuat konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi didalamnya. 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian hukum Peter Mahmud Marzuki berpendapat pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (Statute Approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dab pendekatan konseptual (conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2013:133). Berkaitan dengan pendekatan penelitian hukum yang dikemukan oleh Peter Mahmud Marzuki, penulis menggunakan pendekatan komparatif dan pendekatan konseptual. Pendekatan komparatif (comparative approach) merupakan kegiatan untuk membandingkan hukum suatu negara dengan hukum negara lain atau hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari waktu yang lain (Peter Mahmud Marzuki, 2013:173). Dalam penelitian ini perbandingan yang digunakan adalah pengaturan hukum yang telah dihasilkan mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris yang memuat konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi didalamnya. Hasil yang diharapkan dari pendekatan komparatif adalah menemukan persamaan dan perbedaan konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang telah dihasilkan dalam pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris. Pendekatan Konseptual (conseptual approach) mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menkorelasikan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep commit hukum, to dan user asas-asas hukum yang relevan

digilib.uns.ac.id 10 dengan isu yang dihadapi, Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:178). Dalam penelitian ini penulis akan menemukan konstruksi pengaturan hukum dengan membangun suatu argumentasi dari pemahaman akan pandangan dan doktrin-doktrin konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. Sehingga dapat terbentuk suatu model pengaturan hukum yang layak terhadap konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. 4. Sumber dan Jenis Bahan Hukum Peter Mahmud Marzuki mengemukakan bahwa penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber penelitian (Peter Mahmud Marzuki, 2013:181). Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber penelitian bahan hukum primer dan sumber penelitian bahan hukum sekunder, disini penulis uraikan bahan hukum primer dan bajan sekunder yang penulis gunakan: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah: 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hakhak atas tanah dan benda-benda di atasnya; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara Penetapan Ganti commit Kerugian to user oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan

digilib.uns.ac.id 11 Dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya; 5) Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada Diatasnya; 6) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang Tata Cara Pembebasan Tanah; 7) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan; 8) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006; 9) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum; 10) Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum; 11) Land Compensation Act 1961; 12) Town and Country Planning Act 1962; 13) Compulsary Purchase Act 1965; 14) Town and Country Planning Act 1971; 15) Town and Country Planning Act 1990. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan - bahan sekunder yang terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi. Disamping buku teks, bahan sekunder dapat berupa tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku ataupun jurnal-jurnal. Tulisan-tulisan hukum tersebut berisi tentang commit to user

digilib.uns.ac.id 12 perkembangan atau isu-isu yang aktual mengenai hukum bidang tertentu (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 182-183). 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan Bahan Hukum merupakan cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik pengumpulan Bahan Hukum yang penulis pergunakan dengan melakukan studi dokumen. Studi dokumen dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis isi dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris, literatur-literatur buku, jurnal-jurnal serta melakukan inventarisasi baik melalui online searching seperti google, Lexis Nexis, SSRN, www.legislation.gov.uk dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian hukum yang dilakukan. 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pisau analitis untuk mencari jawaban atas isu hukum dengan menggunakan silogisme deduksi. Dalam hal ini metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor. Sebagai premis mayor adalah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda di atasnya, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan Dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya, Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada Diatasnya, Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang Tata Cara Pembebasan Tanah, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan;, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun commit Tentang to user Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

digilib.uns.ac.id 13 Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum,. Land Compensation Act 1961, Compulsary Purchase Act 1965, Town and Country Planning Act 1962 Town and Country Planning Act 1971 Town and Country Planning Act 1990. Sedangkan yang menjadi premis minor yaitu Harmonisasi Hukum Yang Telah Dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris Mengenai Konsep Kepentingan Umum dan Konsep Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum ini disusun untuk memberikan gambaran tentang bahasan secara menyeluruh mengenai penulisan karya hukum yang sesuai dengan aturan baku penulisan karya ilmiah. Sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu: BAB I BAB II PENDAHULUAN Dalam Penulisan ini, diuraikan mengenai: A. Latar Belakang Masalah; B. Rumusan Masalah; C. Tujuan Penelitian; D. Manfaat Penelitian; E. Metode Penelitian; F. Sistematika Penulisan Hukum. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Kajian mengenai Hak Menguasai Negara; 2. Kajian mengenai commit Fungsi to Sosial user Hak atas Tanah;

digilib.uns.ac.id 14 3. Kajian mengenai Konsep Kepentingan Umum; 4. Kajian mengenai Konsep Ganti Rugi. B. Kerangka Pemikiran Dalam pemaparan ini, Penulis mendeskripsikan logika dan paradigma berpikir (mindset) yang telah dikonstruksi dalam bentuk bagan. Hal ini dimaksudkan agar mudah memberikan pemahaman yang rasional terhadap masalah dan output akhir dalam penelitian ini. BAB III PEMBAHASAN A. Model Pengaturan Hukum Layak tentang Konsep Kepentingan Umum dan Konsep Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah yang dihasilkan dari Hukum Tanah Indonesia dan Hukum Tanah Inggris. 1. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum di Indonesia; 2. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di Indonesia; 3. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum di Inggris; 4. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di Inggris; 5. Harmonisasi Hukum yang Telah dihasilkan dalam Hukum Tanah Indonesia dan Hukum Tanah Inggris Sebagai Wujud Model Pengaturan Hukum Layak Terhadap Konsep Kepentingan Umum dan Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA commit to user