DAFTAR ISI. Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Injeksi asam hialuronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipajan sinar ultraviolet-b (UVB)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBERIAN EKSTRAK AIR UBI JALAR UNGU

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMA KASIH. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Prevention of Aging (especially in dermatology) Marina Haroen Sub departmen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

GEL EKSTRAK SARANG BURUNG WALET

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran RINGKASAN SUMMARY DAFTAR PUSTAKA xii

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

Tugas Biologi Reproduksi

BAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

ARTIKEL PENELITIAN. Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM.

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... i ii iii iv v UCAPAN TERIMAKASIH... viii ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... ix x xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB 1... PEN DAHULUAN... 1 1.1... Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10 i

2.1 Proses Penuaan... 10 2.1.1 Faktor yang mempengaruhi penuaan... 11 proses penuaan 11 pakai rusak 13 proses program 15 2.1.2... Teori 2.1.2... Teori 2.1.2... Teori 2.2 Gejala klinis penuaan... 17 2.3 Proses penuaan pada kulit... 19 2.3.1... Kulit 2.3.2 Definisi penuaan pada kulit... 22 2.3.3 Mekanisme penuaan pada kulit... 24 2.4 Sinar Ultraviolet... 26 2.4.1... Efek akut radiasi sinar ultraviolet... 28 2.4.1... Efek kronis radiasi sinar ultraviolet... 30 2.5 Photoaging... 30 2.6 Matriks metalloproteinase... 31 2.6.1 Terminologi... 31 2.6.2 Klasifikasi MMPs... 31 2.6.3 Mekanisme kerusakan kolagen pada photoaging... 32 ii

2.7 Asam hyaluronat... 34 2.7.1 Termonologi... 34 2.7.2 Struktur kimia... 35 2.7.3 Berat molekul.... 36 2.7.4 Konsentrasi dalam jaringan... 36 2.7.5 Metabolisme... 37 2.7.6 Biosintesis... 37 2.7.7 Katabolisme... 38 2.7.8 Ketahanan dalam jaringan... 38 2.7.9 Fungsi... 39 2.7.10 Biokompatibilitas... 39 2.8 Filler... 40 2.9 Signaling asam hyaluronat... 41 2.10 Aktivitas antioksidan dari asam hyaluronat... 42 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS... PENELITIAN..... 46 3.1 Kerangka Berpikir... 46 3.2 Konsep...... 46 3.3 Hipotesis Penelitian... 47 BAB IV METODE PENELITIAN... 48 4.1 Rancangan Penelitian... 48 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 49 4.3 Subjek dan Sampel... 49 4.3.1 Variabilitas Populasi... 49 4.3.2 Kriteria Subjek... 49 4.3.2.1 Kriteria Inklusi... 49 iii

4.3.2.2 Kriteria Drop-Out... 50 4.3.4 Penghitungan Besar Sampel... 50 4.3.4 Teknik Penentuan Sampel... 51 4.4 Variabel Penelitian... 51 4.4.1 Klasifikasi Variabel... 51 4.4.2 Definisi Operasional Variabel... 52 4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian... 53 4.6 Hewan percobaan... 54 4.7 Prosedur penelitian... 55 4.8 Alur penelitian... 61 4.9 Analisi penelitian... 62 BAB V HASIL PENELITIAN... 63 5.1 Analisis Deskriptif... 63 5.2 Uji Normalitas Data... 66 5.3 Uji Homogenitas Data... 66 5.4 Uji Komparabilitas Data... 67 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 69 6.1 Subjek Penelitian... 69 6.2 Distribusi dan homogenitas data hasil penelitian... 70 6.3 Pengaruh pemberian asam hyaluronat intradermal terhadap Ekspresi MMP-1... 70 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... 77 7.1 Simpulan..... 77 7.2 Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA.... 78 LAMPIRAN.... 85 iv

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Anatomi kulit... 22 Gambar 2.2 Efek sinar ultraviolet terhadap kulit... 28 Gambar 2.3 Penempatan asam hyaluronat pada lapisan dermis... 41 Gambar 2.4Signaling pathway asam hyaluronat pada reseptor CD44... 42 Gambar 2.5Mekanisme kerja aktivitas antioksidan asam hyaluronat... 43 Gambar 2.6Penghambatan efek ROS oleh asam hyaluronat dan penghambatan... lev el fosforilasi SEK1/JNK c-jun oleh H 2 O... 45 Gambar 3.1 Skema konsep penelitian... 46 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian... 48 Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian... 61 Gambar 5.1 Hasil pemeriksaan Immunohistokimia jaringan dermis tikus... 64 Gambar 5.2 Perbandingan rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok... 68 v

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Terminologi asam hyaluronat dan bidang penggunaan... 35 Tabel 2.2 Kandungan asam hyaluronat pada jaringan... 37 Tabel 5.1 Hasil analisa deskriptif data ekspresi MMP-1... 64 Table 5.2 Hasil uji normalitas data antar kelompok... 66 Table 5.3 Hasil uji homogenitas data antar kelompok... 66 Table 5.4 Rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok... 67 Table 5.5 Analisis LSD perbandingan rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok... 68 vi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG SINGKATAN AAM AP : Anti Aging Medicine : Activator Protein COL1A1 : Kolagen tipe 1 CTGF DAB DHEA DNA ECM ERK ev FBS GF H 2 O 2 HA ID IGF-1 IHC : Connective Tissue Growth Factor : Diaminobenzidine : Dehydroepiandrosterone : Deoxyribonucleic Acid : Extracellular Matrix : Extracellular Signal regulated Kinase : electron Volt : Fetal Bovine Serum : Growth Factor : Hidrogen Peroksida : Hyaluronic Acid :Intra Dermal : Insulin like growth factor-1 : Immunohistochemistry IL-1 : Interleukin-1 vii

IL-6 IM JNK LSD MAP kinase MED MMP mrna NF-kB ODC OH PBS ROS TGF-β : Interleukin-6 : Intra Muskular : c-jun Amino-terminal Kinase : Least Significance Difference : Mitogen-Activated Protein kinase : Minimal Erythema Dose : Matrix Metallo-Proteinase : Ribonucleic Acid messanger : Nuclear Factor kappa-b : Ornithine Decarboxylase : Radikal Hidroksil : Phospate Buffered Saline : Reactive Oxygen Species : Transforming Growth Factor β TIMP-1 : Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1 TNF-α UNUD UV UVA UVB : Tumor Necroting Factor α : Universitas Udayana : Ultraviolet : Ultraviolet A : Ultraviolet B UVC : Ultraviolet C viii

LAMBANG α β μ : Alfa : Beta : Mikro ix

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)... 85 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian dan Pemeriksaan IHC... 86 Lampiran 3 Analisis Data MMP-1 antar kelompok... 87 Lampiran 4Analisis Data dengan SPSS... 90 Lampiran 5 Proses Penelitian-Injeksi Asam Hyaluronat... 100 x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan proses yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu dari hari ke hari dimana adanya progresivitas berbagai perubahan dalam tubuh manusia baik yang bersifat normal maupun patologis. Penuaan adalah proses dimana hilangnya kemampuan organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Penurunan fungsi tubuh tersebut akan mengakibatkan munculnya tanda dan gejala proses penuaan, yang terbagi menjadi dua bagian besar yaitu tanda psikis dan tanda fisik. Tanda psikis diantaranya menurunnya gairah hidup, sulit tidur, kecemasan, mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi. Sedangkan tanda fisik yang bisa terlihat adalah penurunan massa otot, peningkatan lapisan lemak, daya ingat yang berkurang, fungsi seksual yang terganggu, kemampuan kerja yang menurun, masalah sakit tulang dan timbulnya kerutan pada kulit (Pangkahila, 2007). Ada beberapa faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses penuaan yang terjadi seperti radikal bebas, berkurangnya kadar hormonal, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan faktor genetik, yang tergolong sebagai faktor internal. Di samping itu ada juga faktor dari luar (eksternal) yang berpengaruh, seperti gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Pada proses penuaan, kulit yang adalah bagian tubuh terluar bisa menjadi parameter secara kasat mata. Kulit tidak terhindar dari proses penuaan tersebut, apalagi kulit adalah bagian yang paling rentan terkena faktor-faktor eksternal seperti paparan radiasi ultraviolet dan polutan yang lain. Proses penuaan yang disebabkan oleh radiasi kronis ultraviolet sinar matahari disebut sebagai Photoaging (Gilchrest dan Krutman, 2006), dimana penuaan terjadi akibat efek buruk dari radiasi ultraviolet secara kronis yang berkolaborasi dengan gejala penuaan kronologis. Proses yang bersifat kumulatif kronis ini dapat menyebabkan xi

berbagai macam gangguan pada kulit seperti pada arsitektur kulit (textur kulit) dan yang paling menjadi perhatian adalah penuaan dini kulit secara keseluruhan (photoaging), begitu juga bisa terjadinya kanker kulit (Walker dkk., 2003; Quan dkk., 2009). Kerusakan pada organ terluar dari manusia ini bisa terlihat secara klinis (baik dari keluhan dan tanda), secara histologis atau patologi anatomi, maupun secara fungsional kulit (Berneburg dkk., 2000). Paparan radiasi ultraviolet tersebut melalui beberapa jalur dan mekanisme, termasuk di dalamnya pembentukan sunburn cell, tercetusnya respon peradangan, terbentuknya thymine dimer dan produksi kolagenase (MMP/Matriks Metaloproteinase) (Baumann, 2005). Matriks Metalloproteinase (MMP) merupakan enzim proteinase mengandung zinc, berperan penting pada proses degradasi protein matriks ekstraseluler. Matriks Metalloproteinase diklasifikasi sebagai kolagenase, gelatinase, stromyelisin dan tipe membran (Quan dkk., 2009) Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari dengan panjang gelombang 100400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi sinar ultraviolet terbagi atas tiga golongan yaitu Ultraviolet-A (UVA) 320-400 nm, Ultraviolet-B (UVB) 280-320 nm dan Ultraviolet-C (UVC) 100-280 nm. Yang paling berpengaruh terhadap kerusakan kulit adalah Ultraviolet-B (UVB), karena karakteristik panjang gelombang yang lebih pendek dan paling benyak menembus atmosfer bumi. Sinar ultraviolet ini juga sangat terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metaloproteinase (MMP). Selain itu, sinar ultraviolet dapat memicu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). Berbeda dengan sinar ultraviolet C yang biasanya tidak sampai ke permukaan bumi oleh karena diserap oleh atmosfir lewat lapisan ozon. Terganggunya integritas matriks ekstraseluler lewat radiasi ultraviolet dengan mekanisme meningkatnya aktivitas matriks metalloproteinase. Pada kulit manusia, MMP-1 merupakan tipe yang paling rentan oleh induksi sinar ultraviolet matahari dan bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2001). Hanya dengan satu kali paparan terhadap radiasi ultraviolet sinar matahari, dapat menganggu jaringan kulit dan terganggunya sintesis kolagen yang hamper komplit selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan proses pemulihan 48-72 jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Di samping itu, terjadi pula degradasi kolagen karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang sangat siginifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher dkk., 2001). Matriks metalloproteinase tipe 1 (MMP-1) adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang sangat penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan demikian, xii

hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Efek buruk yang lain dari radiasi sinar ultraviolet adalah menghasilakn reactive oxygen species / ROS (Lee dkk., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai ROS sensitive signaling pathways, yang selanjutnya akan mempengaruhi berbagai macam fungsi selular termasuk menyebabkan fragmentasi kolagen dan sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich dkk., 2008). Begitu pula dengan stress oksidatif berpengaruh besar dalam proses photoaging dan fotokarsinogenesis dan dalam pathogenesis fotodermatosis (Stahl dkk., 2006). Asam Hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu bertahannya, yaitu sementara dan semi-permanen. Yang termasuk golongan dermal filler sementara yaitu hyaluronic acid filler / asam hyaluronat, sedangkan yang termasuk semi-permanen adalah poly-l-lactic acid, calcium hydroxyapatite dan polyvinyl alcohol. Hyaluronic acid filler adalah jenis filler yang popular di dunia dan juga di Indonesia. Hyaluronic acid filler telah digunakan sejak tahun 1989. Hyaluronic acid filler bersifat sangat hidrofilik sehingga efek hidrasi dapat menghasilkan volume yang lebih besar ketika diimplantasikan daripada volume filler yang sesungguhnya. Efek hidrasi ini dapat memperberat edema jaringan yang disebabkan penyuntikan filler. Hyaluronic acid filler yang dikembangkan sekarang berasal dari fermentasi bakteri streptococcus aquine. Meskipun memiliki konsentrasi asam hyaluronat yang lebih tinggi daripada asam hyaluronat hewani, filler jenis ini berisiko tinggi menyebabkan infeksi. Asam hyaluronat filler hanya mampu bertahan 4 bulan sampai 1 tahun (tergantung konsentrasi) karena mengalami biodegradasi. Untuk mempertahankan efek filler, dibutuhkan konsentrasi asam hyaluronat lebih tinggi atau dilakukan penambahan volume filler dengan sesi penyuntikan berikutnya ( Gold, 2009). Pada penelitian in-vitro, penambahan asam hyaluronat pada kultur fibroblast meningkatkan proliferasi dan sintesis TIMP-1 (Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1) dan penurunan dari MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1), meningkatkan proliferasi dan sintesis dari COL1A1 (Kolagen tipe 1) dan TGF-α (Transforming Growth Factor-α). Sedangkan penambahan anti CD-44 pada kultur fibroblast, sebaliknya akan menurunkan proliferasi sel dan sintesis kolagen. Hal ini mengindikasikan peranan reseptor sebagai perantara dalam proses tersebut. Pada penelitian tersebut, setelah 24 jam secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan ekspresi gen TIMP-1 dan setelah 24 jam berikutnya secara statistik terjadi penurunan secara signifikan ekspresi gen MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1) (Monteiro dkk, 2013). Di bidang rheumatologi pada penelitian terhadap 12 pasien osteoarthritis yang diberikan injeksi asam hyaluronat intra-artikular dengan dosis 1 atau 3 mg/ml menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan ekspresi dari matriks metalloproteinase 13 (MMP-13). Lebih xiii

besar penurunan ekspresi MMP-13 pada osteoarthritis grade-iv dibandingan pada osteoarthritis grade-ii. Di samping itu pemberian asam hyaluronat menunjukkan hasil supresi dari ekspresi MMP-1 pada dosis 1 mg/ml (Pohlig dkk., 2016). Asam hyaluronat dan interaksinya dengan CD-44 memungkinkan untuk menstabilkan dan memantapkan sintesis kolagen dan fungsi normal kulit. Asam hyaluronat secara normal terdapat pada matriks ekstraseluler pada basal keratinosit dan menyusun kolagen dermis dengan jalan stimulasi fragmentasi kolagen dan penetrasi fibroblast (Malgorzata, 2016). Penurunan level dari asam hyaluronat berhubungan dengan penurunan level dari elastisitas kulit, memungkinkan respon inflamasi dan menurunkan perbaikan jaringan karena proses degenerasi dari matriks jaringan granular (Fisher, 2008) Dalam kaitan asam hyaluronat dan degradasi kolagen, pada kulit manusia MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV matahari dan bertanggung-jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Ditemukan bahwa hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi sinar matahari dapat menganggu jaringan konektif dengan menyebabkan gangguan sintesis kolagen yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery 48-72 jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Degradasi kolagen terjadi karena peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fagot, 2004). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yahr dan Gilchrest, 2008). Radiasi UV akut menyebabkan timbulnya ROS (Radical Oxygen Species), yang meningkatkan AP-1 dan menurunkan TGF-β. Peningkatan AP-1 dapat meningkatkan MMP yang bertindak sebagai pemecah kolagen, sementara itu penurunan TGF-β juga menurunkan sintesa kolagen. Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak sempurna dan menyisakan bekas, walaupun awalnya secara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama-kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich dkk., 2008). Dengan demikian hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Matriks metaloproteinase-1 adalah mediator yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2002). Berdasarkan atas penelitian sebelumnya yang dilakukan pengukuran ekspresi TIMP-1 dan ekspresi MMP-1 secara in-vitro, dimana didapatkan hasil adanya peningkatan inhibitor xiv

MMP-1 dan terjadi supresi ekspresi MMP-1, maka akan dilakukan penelitian secara in-vivo pada tikus dengan menggunakan bahan asam hyaluronat. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipapar sinar ultraviolet-b (UVB)? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 pada kulit tikus yang diberi pajanan sinar UVB dengan dosis 800 mj/cm 2 selama 15 hari. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah yang teruji, bahwa pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang diberi pajanan sinar UVB 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya konsumen estetika dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat asam hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler injection selain bisa untuk menambah volume tetapi juga bisa memberikan efek perlindungan terhadap pajanan UVB, jika terbukti setelah dilakukan uji klinis. xv

Ada beberapa faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses penuaan yang terjadi seperti radikal bebas, berkurangnya kadar hormonal, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan faktor genetik, yang tergolong sebagai faktor internal. Di samping itu ada juga faktor dari luar (eksternal) yang berpengaruh, seperti gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Pada proses penuaan, kulit yang adalah bagian tubuh terluar bisa menjadi parameter secara kasat mata. Kulit tidak terhindar dari proses penuaan tersebut, apalagi kulit adalah bagian yang paling rentan terkena faktor-faktor eksternal seperti paparan radiasi ultraviolet dan polutan yang lain. Proses penuaan yang disebabkan oleh radiasi kronis ultraviolet sinar matahari disebut sebagai Photoaging (Gilchrest dan Krutman, 2006), dimana penuaan terjadi akibat efek buruk dari radiasi ultraviolet secara kronis yang berkolaborasi dengan gejala penuaan kronologis. Proses yang bersifat kumulatif kronis ini dapat menyebabkan berbagai macam gangguan pada kulit seperti pada arsitektur kulit (textur kulit) dan yang paling menjadi perhatian adalah penuaan dini kulit secara keseluruhan (photoaging), begitu juga bisa terjadinya kanker kulit (Walker dkk., 2003; Quan dkk., 2009). Kerusakan pada organ terluar dari manusia ini bisa terlihat secara klinis (baik dari keluhan dan tanda), secara histologis atau patologi anatomi, maupun secara fungsional kulit (Berneburg dkk., 2000). Paparan radiasi ultraviolet tersebut melalui beberapa jalur dan mekanisme, termasuk di dalamnya pembentukan sunburn cell, tercetusnya respon peradangan, terbentuknya thymine dimer dan produksi kolagenase (MMP/Matriks Metaloproteinase) (Baumann, 2005). Matriks Metalloproteinase (MMP) merupakan enzim proteinase mengandung zinc, berperan penting pada proses degradasi protein matriks ekstraseluler. Matriks Metalloproteinase diklasifikasi sebagai kolagenase, gelatinase, stromyelisin dan tipe membran (Quan dkk., 2009) Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari dengan panjang gelombang 100400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi sinar ultraviolet terbagi atas tiga golongan yaitu Ultraviolet-A (UVA) 320-400 nm, Ultraviolet-B (UVB) 280-320 nm dan Ultraviolet-C (UVC) 100-280 nm. Yang paling berpengaruh terhadap kerusakan kulit adalah Ultraviolet-B (UVB), karena karakteristik panjang gelombang yang lebih pendek dan paling benyak menembus atmosfer bumi. Sinar ultraviolet ini juga sangat terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metaloproteinase (MMP). Selain itu, sinar ultraviolet dapat memicu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). Berbeda dengan sinar ultraviolet C yang biasanya tidak sampai ke permukaan bumi oleh karena diserap oleh atmosfir lewat lapisan ozon. xvi

Terganggunya integritas matriks ekstraseluler lewat radiasi ultraviolet dengan mekanisme meningkatnya aktivitas matriks metalloproteinase. Pada kulit manusia, MMP-1 merupakan tipe yang paling rentan oleh induksi sinar ultraviolet matahari dan bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2001). Hanya dengan satu kali paparan terhadap radiasi ultraviolet sinar matahari, dapat menganggu jaringan kulit dan terganggunya sintesis kolagen yang hamper komplit selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan proses pemulihan 48-72 jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Di samping itu, terjadi pula degradasi kolagen karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang sangat siginifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher dkk., 2001). Matriks metalloproteinase tipe 1 (MMP-1) adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang sangat penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Efek buruk yang lain dari radiasi sinar ultraviolet adalah menghasilakn reactive oxygen species / ROS (Lee dkk., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai ROS sensitive signaling pathways, yang selanjutnya akan mempengaruhi berbagai macam fungsi selular termasuk menyebabkan fragmentasi kolagen dan sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich dkk., 2008). Begitu pula dengan stress oksidatif berpengaruh besar dalam proses photoaging dan fotokarsinogenesis dan dalam pathogenesis fotodermatosis (Stahl dkk., 2006). Asam Hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu bertahannya, yaitu sementara dan semi-permanen. Yang termasuk golongan dermal filler sementara yaitu hyaluronic acid filler / asam hyaluronat, sedangkan yang termasuk semi-permanen adalah poly-l-lactic acid, calcium hydroxyapatite dan polyvinyl alcohol. Hyaluronic acid filler adalah jenis filler yang popular di dunia dan juga di Indonesia. Hyaluronic acid filler telah digunakan sejak tahun 1989. Hyaluronic acid filler bersifat sangat hidrofilik sehingga efek hidrasi dapat menghasilkan volume yang lebih besar ketika diimplantasikan daripada volume filler yang sesungguhnya. Efek hidrasi ini dapat memperberat edema jaringan yang disebabkan penyuntikan filler. Hyaluronic acid filler yang dikembangkan sekarang berasal dari fermentasi bakteri streptococcus aquine. Meskipun memiliki konsentrasi asam hyaluronat yang lebih tinggi daripada asam hyaluronat hewani, filler jenis ini berisiko tinggi menyebabkan infeksi. Asam hyaluronat filler hanya mampu bertahan 4 bulan sampai 1 tahun (tergantung konsentrasi) karena mengalami biodegradasi. xvii

Untuk mempertahankan efek filler, dibutuhkan konsentrasi asam hyaluronat lebih tinggi atau dilakukan penambahan volume filler dengan sesi penyuntikan berikutnya ( Gold, 2009). Pada penelitian in-vitro, penambahan asam hyaluronat pada kultur fibroblast meningkatkan proliferasi dan sintesis TIMP-1 (Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1) dan penurunan dari MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1), meningkatkan proliferasi dan sintesis dari COL1A1 (Kolagen tipe 1) dan TGF-α (Transforming Growth Factor-α). Sedangkan penambahan anti CD-44 pada kultur fibroblast, sebaliknya akan menurunkan proliferasi sel dan sintesis kolagen. Hal ini mengindikasikan peranan reseptor sebagai perantara dalam proses tersebut. Pada penelitian tersebut, setelah 24 jam secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan ekspresi gen TIMP-1 dan setelah 24 jam berikutnya secara statistik terjadi penurunan secara signifikan ekspresi gen MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1) (Monteiro dkk, 2013). Di bidang rheumatologi pada penelitian terhadap 12 pasien osteoarthritis yang diberikan injeksi asam hyaluronat intra-artikular dengan dosis 1 atau 3 mg/ml menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan ekspresi dari matriks metalloproteinase 13 (MMP-13). Lebih besar penurunan ekspresi MMP-13 pada osteoarthritis grade-iv dibandingan pada osteoarthritis grade-ii. Di samping itu pemberian asam hyaluronat menunjukkan hasil supresi dari ekspresi MMP-1 pada dosis 1 mg/ml (Pohlig dkk., 2016). Asam hyaluronat dan interaksinya dengan CD-44 memungkinkan untuk menstabilkan dan memantapkan sintesis kolagen dan fungsi normal kulit. Asam hyaluronat secara normal terdapat pada matriks ekstraseluler pada basal keratinosit dan menyusun kolagen dermis dengan jalan stimulasi fragmentasi kolagen dan penetrasi fibroblast (Malgorzata, 2016). Penurunan level dari asam hyaluronat berhubungan dengan penurunan level dari elastisitas kulit, memungkinkan respon inflamasi dan menurunkan perbaikan jaringan karena proses degenerasi dari matriks jaringan granular (Fisher, 2008) Dalam kaitan asam hyaluronat dan degradasi kolagen, pada kulit manusia MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV matahari dan bertanggung-jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Ditemukan bahwa hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi sinar matahari dapat menganggu jaringan konektif dengan menyebabkan gangguan sintesis kolagen yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery 48-72 jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Degradasi kolagen terjadi karena peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fagot, 2004). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat xviii

walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yahr dan Gilchrest, 2008). Radiasi UV akut menyebabkan timbulnya ROS (Radical Oxygen Species), yang meningkatkan AP-1 dan menurunkan TGF-β. Peningkatan AP-1 dapat meningkatkan MMP yang bertindak sebagai pemecah kolagen, sementara itu penurunan TGF-β juga menurunkan sintesa kolagen. Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak sempurna dan menyisakan bekas, walaupun awalnya secara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama-kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich dkk., 2008). Dengan demikian hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Matriks metaloproteinase-1 adalah mediator yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2002). Berdasarkan atas penelitian sebelumnya yang dilakukan pengukuran ekspresi TIMP-1 dan ekspresi MMP-1 secara in-vitro, dimana didapatkan hasil adanya peningkatan inhibitor MMP-1 dan terjadi supresi ekspresi MMP-1, maka akan dilakukan penelitian secara in-vivo pada tikus dengan menggunakan bahan asam hyaluronat. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipapar sinar ultraviolet-b (UVB)? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 pada kulit tikus yang diberi pajanan sinar UVB dengan dosis 800 mj/cm 2 selama 15 hari. xix

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah yang teruji, bahwa pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang diberi pajanan sinar UVB 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya konsumen estetika dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat asam hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler injection selain bisa untuk menambah volume tetapi juga bisa memberikan efek perlindungan terhadap pajanan UVB, jika terbukti setelah dilakukan uji klinis. xx