I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

dokumen-dokumen yang mirip
3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

Bidan disini dapat berperan sebagai petugas administrasi, petugas pemberi pelayanan kesehatan serta petugas farmasi dan kasir (pembayaran).

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB IV P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) merupakan komitmen

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

Manggal Karya Bakti Husuda

Assalamu alaikum Wr. Wr. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita sekalian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan publik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atas kesehatan karena dilindungi oleh konstitusi seperti tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Tahun 2003-2007 rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Parepare pada sektor jasa 7,72%. Nilai itu cukup besar dibandingkan dengan sektor lain, antara lain: 1) Bank 12,39%; 2) Lembaga Keuangan Non-Bank 4,85%; 3) Jasa Penunjang Keuangan 0%; 4) Sewa Bangunan 5,72%; dan Jasa Perusahaan 7,80% (BPS Kota Parepare, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat Kota Parepare dalam mendapatkan pelayanan jasa cukup besar, termasuk dalam sektor jasa pelayanan kesehatan. Penduduk Kota Parepare berdasarkan hasil sementara sensus penduduk tahun 2008 berjumlah 124.469 jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,32 % per tahun dan kepadatan penduduk saat ini 1.090 jiwa per km 2. Jumlah Ibu hamil di Kota Parepare mencapai 3.128 jiwa, jumlah ibu melahirkan 2,384 jiwa dan jumlah bayi adalah 2.382 (Form Cepat Pelaporan Data Kesehatan Ibu dan KB Dinas Kesehatan Kota Parepare 2008). Deklarasi millennium PBB telah menghasilkan sebuah komitmen global mengenai pembangunan yang dibuat oleh para pemimpin dunia dan disetujui oleh Sidang Umum PBB yaitu suatu program dunia Millenium Development Goals- 2015), merupakan kesepakatan dari 198 negara pada tahun 2000, dengan menetapkan target kuantitatif yang akan dicapai pada tahun 2015. Konsep ini muncul dengan pemikiran bahwa ada beberapa hal yang membuat masyarakat

menjadi tetap rentan (vulnerable) dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga ditetapkan delapan tujuan beserta target. Target indikator yang diharapkan mampu membantu keluar dari persoalan yang sangat mendasar dalam keterbelakangan tersebut. Kerangka MDGs sebenarnya hanyalah salah satu upaya untuk menyamakan visi global yang kemudian diterjemahkan ke dalam aksi-aksi lokal pembangunan. Konsep MDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan ke arah yang lebih adil bagi semua pihak. Bagi manusia dan lingkungan hidup, bagi laki-laki dan perempuan, bagi orang tua dan anakanak, serta bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut mengadopsi kesepakatan MDGs juga menetapkan target-target pencapaian tujuan MDGs di tahun 2015 sebagai berikut : 1. Penghapusan kemiskinan: Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015 Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015 2. Pencapaian pendidikan dasar untuk semua: Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak di manapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar. 3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan: Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015. 2

4. Penurunan angka kematian anak: Target 5 : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara Tahun 1990-2015. 5. Meningkatkan kesehatan ibu: Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara Tahun 1990-2015. 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya: Target 7 : Mengendalika n penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015 Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya 7. Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan: Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada 2015 Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan. Selain itu, Indonesia juga memiliki visi Indonesia Sehat 2010, beberapa indikator yang menjadi acuan yang telah ditetapkan menjadi target yang akan dicapai di Tahun 2010, yaitu: 3

a. Indikator Mortalitas yaitu: 1) Angka Kematian Bayi per-1000 Kelahiran Hidup adalah 40 jiwa 2) Angka Kematian Balita per-1000 Kelahiran Hidup adalah 58 jiwa 3) Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kelahiran Hidup adalah 150 jiwa b. Indikator Status Gizi, yaitu: 1) Persentase Balita dengan Gizi Buruk adalah 15%. 2) Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah 80% c. Indikator Pelayanan Kesehatan, yaitu: 1) Persentase Persalinan oleh Tenaga Kesehatan adalah 90 % 2) Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Imunization (UCI) 3) Persentase Desa Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani <24 jam adalah 100% 4) Persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe adalah 80% 5) Persentase Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah 80 % 6) Persentase Murid Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut adalah 100% 7) Persentase Pekerja yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Kerja adalah 80% 8) Persentase Keluarga Miskin yang Mendapat Pelayanan Kesehatan adalah 100% (Dinas Kesehatan Parepare, 2009) Untuk mendukung Indonesia Sehat 2010 dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia atau Millenium Developments Goals-2015 Indonesia (MDGs), Rumah Bersalin (RB) sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan akan turut menjadi Key Success Factor tercapainya Indonesia Sehat 4

2010 dan MDGs-2015 Indonesia. Seiring dengan visi tersebut bisnis Rumah Bersalin akan semakin diminati. Saat ini bisnis tersebut mengalami persaingan yang ketat dengan semakin mudahnya perijinan pendirian sarana pelayanan kesehatan serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Hal tersebut membuat institusi ini harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Berbagai upaya telah ditempuh untuk memenuhi harapan tersebut. Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah bersalin harus berkualitas dan memenuhi lima dimensi mutu yang utama yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Ditinjau dari aspek praktis, pelayanan prima memiliki beberapa kriteria. Pertama adalah masalah kesederhanaan pelayanan. Pada umumnya pasien hanya tahu bahwa ketika akan melakukan pemerikasaan kehamilan dan persalinan, akan datang ke rumah bersalin. Pasien menginginkan pelayanan yang sesegera mungkin sehingga bisa segera terlepas dari kesakitannya. Kriteria kedua adalah kejelasan dan kepastian pelayanan. Hal ini meliputi kejelasan akan proses arus kerja dalam pelayanan, pencatatan kegiatan pelayanan, tata cara pengolahan biaya, dan konsistensi informasi. Ketiga adalah bagaimana keamanan dan kenyamanan pelayanan yang diberikan oleh rumah bersalin. Keamanan dan kenyamanan ini terkait dengan bagaimana fasilitas yang terdapat di tempat pelayanan medis tersebut perlu diperhatikan. Peralatan yang ada harus memenuhi standar, ruang tunggu yang nyaman, pelayanan yang sesuai dengan standar, dan penampilan baik tenaga medis, 5

paramedis, maupun non paramedis yang simpatik. Kriteria keempat adalah bagaimana tempat pelayanan medis itu memberikan keterbukaan informasi kepada pasien. Baik informasi mengenai instrumen pelayanan yang ada di rumah bersalin tersebut, maupun mengenai hal-hal yang terkait dengan pelayanan perorangan. Meskipun perijinan pendirian Rumah Bersalin semain dipermudah, pendirian Rumah Bersalin harus sesuai peraturan yang ditetapkan dimana keberadaan dan beroperasinya Rumah Bersalin harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 /MenKes/per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik pada Pasal 12, dimana disebutkan bahwa Rumah Bersalin diselenggarakan oleh yayasan atau perorangan dengan persyaratan sebagai berikut: a. Dipimpin oleh seorang paramedis kebidanan yang berpengalaman di bawah pengawasan seorang dokter yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) sebagai penanggung jawab; b. Mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa, ruang persalinan dan ruang rawat nginap minimal 10 tempat tidur dan maksimal 25 tempat tidur. c. Mempunyai fasilitas peralatan diagnostik bidan sederhana dan peralatan gawat darurat sederhana serta menyediakan obat-obatan untuk keperluan pelayanan medik dasar. Dalam pelaksanaannya sebagaimana yang dimaksud di atas, dapat dibantu oleh minimal dua orang paramedis kebidanan dan minimal dua orang tenaga paramedis perawatan, tenaga administrasi, dan tenaga lainnya sesuai dengan kebutuhan. 6

Rumah Bersalin Dharma Husada merupakan salah satu unit bisnis sarana pelayanan kesehatan yang keberadaannya cukup dikenal di masyarakat, namun seiring waktu dengan berbagai pengaruh internal dan eksternal membuat perusahaan harus berbenah diri menghadapi iklim bisnis ini lebih mandiri. Berkembangnya bisnis ini semakin memperketat persaingan, begitu pula dengan perkembangan pesaing sejenis akan semakin mempertajam dan mengancam eksistensi dan pertumbuhan jumlah pasien Rumah Bersalin Dharma Husada. Sementara itu Rumah Bersalin dihadapkan pada biaya yang terus menerus meningkat. Rumah Bersalin juga dihadapkan pada kepentingan pemerintah dan masyarakat. Kondisi Rumah Bersalin Dharma Husada dalam tiga tahun terakhir berdasarkan data jumlah pengunjung selama tahun 2006 2008 menunjukkan penurunan yaitu pada Tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 2,9 % dari tahun sebelumnya dan Tahun 2008 penurunan jumlah pasien sekitar ± 24 % (Tabel 7) Begitu pula dengan kondisi keuangan belum berada pada titik optimal yang stabil sesuai target perusahaan yaitu mendapatkan laba bersih minimal 50% dari pendapatan bersih perusahaan. Saat ini laba bersih yang didapatkan perusahaan masih sekitar ± 40% (Tabel 8) Ketidakadaan visi dan misi perusahaan merupakan salah satu indikator penghambat peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan karena antara pimpinan dan karyawan tidak memiliki persamaan persepsi tentang arah perusahaan. Visi dan misi merupakan motivator perusahaan yang utama. Dengan membuat visi dan misi secara bersama-sama, akan menciptakan kesamaan 7

kepentingan. Sehingga karyawan dengan sendirinya akan menghidupkan pekerjaannya, yang monoton menjadi penuh peluang dan tantangan. Berdasarkan uraian kondisi perusahaan di atas, maka dianggap perlu untuk melakukan kajian yang lebih mendasar dengan mengurai beberapa aspek yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan strategik bagi pengembangan Rumah Bersalin Dharma Husada. Kajian tersebut diharapkan dapat menjadi pelengkap dalam pengambilan kebijakan pihak Rumah Bersalin dalam mewujudkan tujuan perusahaan sesuai dengan yang diharapkan. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Bersalin Dharma Husada sebagai berikut : 1. Bagaimana visi dan misi yang tepat bagi Rumah Bersalin Dharma Husada? 2. Apakah faktor internal dan eksternal yang strategis bagi perusahaan yang cukup mempengaruhi kinerja Rumah Bersalin Dharma Husada? 3. Apa tujuan dan sasaran Rumah Bersalin Dharma Husada dan bagaimana mencapainya sejalan dengan visi dan misinya. 4. Program apakah yang sebaiknya diterapkan oleh Rumah Bersalin Dharma Husada dalam mengimplementasikan strategi yang diperoleh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan? 1.3 Tujuan Penelitian Dari penjelasan pada bagian latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menyusun visi dan misi Rumah Bersalin Dharma Husada 8

2. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada kinerja Rumah Bersalin Dharma Husada. 3. Merumuskan tujuan dan sasaran Rumah Bersalin Dharma Husada sejalan dengan visi dan misinya. 4. Merekomendasikan program yang tepat yang sebaiknya diterapkan oleh Rumah Bersalin Dharma Husada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Rumah Bersalin Dharma Husada, memberi masukan program kerja yang tepat bagi perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan, serta meluaskan wawasan tentang peluang-peluang yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga tetap eksis dan terus tumbuh berkembang menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan di Parepare. 2. Bagi Peneliti, dengan kesempatan untuk melatih ketajaman menganalisis suatu permasalahan dengan melakukan identifikasi, analisis, dan penyusunan suatu strategi bagi perusahaan. 3. Bagi Pendidikan, diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan informasi dan rujukan (benchmark) dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dalam topik perencanaan strategik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup perencanaan strategik terutama dalam merumuskan dan menyusun program yang dapat diimplementasikan oleh Rumah Bersalin Dharma Husada Parepare selama 5 Tahun ke depan. 9

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB