BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah pembahasan yang terus menjadi isu utama di Indonesia. Sejahteranya kelas pekerja dapat dianggap menjadi indikator sejahtera atau tidaknya suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta semakin banyak juga rakyat yang sejahtera. Peran pengusaha dalam kesejahteraan suatu Negara juga sangat penting, tanpa dibukanya lapangan pekerjaan oleh para pengusaha maka perekonomian suatu Negara bisa berada di titik rendah. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia selalu berusaha ikut campur tangan dalam menyelesaikan permasalahan ketenagakerjaan. Bahkan ketika seorang pekerja pensiun, pemerintah tetap berusaha untuk ikut campur tangan agar setiap pekerja memiliki kesejahteraan yang cukup di masa tua. Sebab tanpa jaminan kesejahteraan dan kesinambungan penghasilan di masa tua, maka sudah dipastikan pensiunan tersebut akan menjadi beban Negara. Pemutusan hubungan kerja, kalimat yang menjadi hal yang meresahkan bagi setiap pekerja. Kalau itu terjadi tentunya dapat menimbulkan kegelisahan pada hidup dan rumah tangga seseorang. Tetapi jika Pemutusan Hubungan Kerja tersebut dilakukan secara massal dan terjadi pada banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap pekerjanya, maka yang gelisah bukan hanya rumah tangga seorang saja, bahkan Negara pun akan goyah. Hal tersebut 1
2 mengakibatkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang sudah tidak punya penghasilan dan angka pengangguran yang meningkat sehingga menyebabkan bertambahnya beban Negara. Maka dari itu dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia dibuat peraturan sedemikian rupa untuk menghindari pekerja dari Pemutusan Hubungan Kerja, dan hukum ketenagakerjaan Indonesia juga melindungi pekerja jika pemutusan hubungan kerja tetap tidak bisa dihindari dimana pemerintah dapat berpartisipasi untuk berusaha menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum tersebut dibuat karena buruh 1 atau pekerja atau karyawan atau apapun masyarakat menyebutnya, sesungguhnya adalah salah satu penggerak roda perekonomian suatu Negara, begitu pula dengan para pengusaha, atau para pemilik modal. Peran pengusaha dan pekerja adalah suatu hubungan simbiosis mutualisme yang sangat saling menguntungkan, tidak hanya bagi keduanya, akan tetapi juga bagi suatu Negara. Dipastikan, kuatnya suatu Negara terkait erat pertumbuhan ekonomi Negara tersebut yang dapat dilihat dari jumlah angkatan kerja Negara tersebut, dan sejalan dengan itu, tentunya jumlah lapangan kerja menjadi sangat luas yang juga disebabkan oleh peran pengusaha. Bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 Angka 3 :Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
3 mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil maupun spiritual 2. Mengingat pentingnya peran pekerja dalam pembangunan Indonesia, maka pemerintah melindungi para pekerja dengan berbagai macam jaminan, yaitu Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelekaan Kerja, Jaminan Kesehatan dan Jaminan Kematian. Begitu pula dengan kepentingan para pengusaha pun diperhatikan juga oleh pemerintah, antara lain dengan membuat program restitusi pajak, kemudahan perizinan usaha dengan pelayanan terpadu satu atap, penangguhan pembayaran minimal upah minimum apabila pengusaha belum mampu. Tetapi terkadang hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja kerap kali tidak berjalan harmonis karena berbagai macam perselisihan dan berujung dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja, yang penyebabnya bisa ditimbulkan dari berbagai hal, mulai dari masalah upah, tunjangan masa kerja, jam kerja, uang lembur, kinerja pekerja dan atau berbagai hal lainnya. Permasalahan-permasalahan tersebut yang dibahas melalui perundingan bipartit lalu tripartit seringkali berujung pada pemecatan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 3. Bahkan kerap kali pengusaha memutus hubungan kerja tanpa melalui perundingan terlebih dahulu. Apabila hal tersebut yang terjadi, maka dalam hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, pekerja berhak mendapatkan kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 2 Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan 3 Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hlm tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha
4 Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja tersebut paling tidak, sedikit-banyak, walaupun relatif, cukup untuk mempertahankan kebutuhan hidup sehari-hari seorang pekerja jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, apalagi jika pekerja tersebut ikut serta dalam Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Tetapi bagi sebagian pekerja, jalan untuk mendapatkan hak kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja seringkali menemui jalan terjal dan berliku. Banyak kejadian pihak pengusaha melakukan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak tapi enggan memberikan hak-hak pekerja, atau membayar kompensasi PHK tetapi tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pada akhirnya pihak pekerja akan bersusah payah melakukan upaya hukum dengan menempuh proses peradilan yang dimulai dari bipartit, tripartit, dan jika tetap tidak menemui kesepakatan, maka Pengadilan Hubungan Industrial adalah jalan yang harus ditempuh. Menurut hukum, selama proses Pemutusan Hubungan Kerja, pengusaha tetap diwajibkan untuk membayar pihak pekerja 4 sampai dengan diputuskan oleh Pengadilan Hubungan Industrial yang memiliki kekuatan hukum tetap (inkcraht), walaupun dalam beberapa kejadian pihak pengusaha tidak membayar upah kepada pekerja sebelum adanya putusan pengadilan. Jika pengadilan memutuskan pekerja diputus hubungan kerjanya, maka pengusaha harus memberikan kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja kepada pekerja dan jika pengusaha mengabaikan, Ketua Pengadilan akan melakukan eksekusi terhadap putusan majelis hakim yang 4 Pasal 155 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan : Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.
5 memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Tentunya upaya tersebut memakan waktu dan biaya bagi pekerja. Kemudian permasalahan bisa tidak selesai hanya sampai ketika diberikannya kompensasi uang Pemutusan Hubungan Kerja, masalah bisa timbul lagi ketika pihak pekerja memiliki uang pensiun di dalam perusahan asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dalam beberapa perusahaan, pihak pengusaha mengikutsertakan pekerjanya dalam program dana pensiun dan ditempatkan kedalam Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang iurannya dibayar oleh pekerja dan pengusaha. Program pensiun pada hakikatnya merupakan program untuk mengajak masyarakat mempersiapkan diri dalam menghadapi hari tua dan mengajak masyarakat karyawan menabung dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh selama masa kerja aktif 5. Tujuan pembentukan Dana Pensiun sendiri adalah memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tuanya. Program pensiun ini sesungguhnya sangat penting bagi Pemerintah, sebab jika rakyatnya pensiun dan tidak memiliki kesinambungan penghasilan, tentu hal tersebut akan membebani Negara. Jika dalam keadaan pensiun normal, Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan oleh usia pensiun, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun (UUDP 11/1992). Melalui pelaksanaan UUDP ini kegiatan pengumpulan, pengelolaan serta pembayaran sejumlah uang yang ditujukan 5 Imam Sudjono, Dana Pensiun Lembaga Keuangan (Financial Institution Pension Fund), Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm. 8
6 bagi karyawan yang berhenti bekerja setelah mencapai usia tertentu diatur secara lebih baik. Dana pensiun sebagai suatu badan hukum baru berdasarkan ketentuan UUDP 11/1992 tersebut mempunyai tugas dan fungsi mengelola serta menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (pensiun benefit). Sistem pendanaan program pensiun dilakukan melalui pemotongan iuran, baik dari karyawan maupun Pemberi Kerja, yang kemudian diinvestasikan dalam beberapa instrumen investasi yang memungkinkan terbentuknya akumulasi dana yang cukup untuk pembayaran manfaat pensiun dalam memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua. Pembayaran manfaat pensiun dilakukan ketika karyawan telah mencapai usia pensiun tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dari masingmasing dana pensiun yang dibentuk oleh perusahaan. Besarnya manfaat pensiun yang menjadi hak peserta didasarkan pada jenis dana pensiun serta program pensiun yang diikuti. Untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dikenal 2 program pensiun yaitu Program Pensiun ManfaatPasti (PPMP atau Defined Benefit) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP atau Defined Contribution) 6. Program Dana Pensiun tersebut sesungguhnya dapat membantu pihak pengusaha dalam hal pekerjanya putus hubungan kerja karena usia pensiun, sehingga pengusaha tidak perlu mengeluarkan uang sekaligus dengan jumlah besar dalam satu waktu tertentu, tetapi sudah dicicil terlebih dahulu setiap bulannya melalui pembayaran premi kepada perusahaan asuransi. 6 Biro Riset dan Teknologi Informasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kementerian Keuangan, Studi Tentang Program Pensiun Pesangon Dan Tunjangan Hari Tua Lainnya, 2007, hlm. 2.
7 Menjadi pertanyaan kemudian adalah menjadi hak siapa manfaat hasil investasi dana pensiun yang ada di dalam perusahaan asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) jika pekerja yang diikutsertakan oleh pengusaha kedalam program pensiun terkena Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan Hubungan Industrial sebelum usia pensiun normal. Maka dari itu Penulis tertarik untuk memperjelas masalah dana pensiun yang ada didalam program Dana Pensiun yang dikelola oleh perusahaan asuransi dengan judul: Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Peserta Asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Dalam Hal Terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Oleh Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Dengan Hak Peserta DPLK Terhadap Manfaat Nilai Investasi DPLK Yang Tercatat Atas Nama Peserta Jika Terjadi PHK Oleh PHI? 2. Bagaimana Peran Pemerintah Dalam Melindungi Peserta Asuransi DPLK dalam Hal Terjadi PHK oleh PHI? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisa tujuan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa hak-hak pekerja yang diikutsertakan dalam program Dana Pensiun pada Lembaga Keuangan dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan Hubungan Industrial.
8 D. Manfaat Penelitian a. Teoritis i. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan bidang hukum pada umumnya, ilmu hukum ketenagakerjaan dan asuransi Dana Pensiun pada khususnya ii. Agar dapat menganalisa data yang diperoleh sehubungan dengan peraturan-peraturan yang berlaku. b. Praktis i. Memberikan bahan masukan dalam proses pengambilan kebijakan hukum yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan dan dana pensiun baik antara pemerintah, pengusaha dan pekerja. ii. Memberikan masukan mengenai adanya potensi masalah yang kemungkinan muncul setelah terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan Hubungan Industrial. E. Keaslian Penelitian Dinyatakan bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri, dan bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil penelitian orang lain. Sepengetahuan saya, topik/judul dari Tesis ini belum pernah ditulis oleh orang lain. Apabila Tesis ini terbukti merupakan hasil duplikasi atau plagiasi dari hasil penelitian orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan oleh Tim Penguji.