PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK
|
|
- Farida Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Oleh : SURADI Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA ABSTRAK Dalam suatu kasus diberbagai negara banyak terjadi pemutusan hubungan kerja tergadap karyawan atau pegawai. Pemberhentian personil atau pegawai, berarti lepasnya hubungan kerja secara resmi dari kesatuan atau organisasi di mana mereka bekerja. Lepasnya hubungan kerja ini dikenal dengan istilah PHK (Pemutusan Hubungan kerja).pemutusan hubungan kerja dapat mengandung pengertian positif, namun dapat pula bersifat negatif. Bersifat positif artinya pemberhentian kerja dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku secara wajar, sedangkan bersifat negatif artinya proses pemberhentian dilaksanakan tidak wajar seperti pemecatan, diberhentikan secara tidak hormat dan sebagainya.pemutusan hubungan kerja tidak gampang dan perlu memperhatikan faktor manusia dan kemanusiaan. Kata kunci : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) A. PENDAHULUAN Setelah berbicara bagaimana perencanaan dan pengembangan pegawai, yang merupakan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan, juga bagai mana penilaian prestasi kerja, kompensasi, motivasi, dan sebagainya. Maka sampailah pada masalah Pemberhentian atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pemutusan Hubungan kerja dapat bersifat positif maupun negatif. Pengambilan keputusan PHK ini dapat terjadi dari pihak pengelola organisasi atau perusahaan dan dapat pula terjadi atau keinginan individual karyawan, namun hal ini tidak boleh dilakukan sewenang wenang. Setiap Pemutusan Hubungan kerja harus mendasarkan pada ketentuan atau aturan yang berlaku. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk suatu Pemutusan Hubungan Kerja setidak tidaknya meliputi hal hal sebagai berikut : a. Tenggang waktu pemberhentian. 10
2 b. Izin dan soal pemberhentian. c. Alasan pemberhentian. d. Pemberian pesangon, uang jasa atau ganti rugi (manullang :1982, ). Dari syarat syarat minimal ini, dapatkah disimpulkan bahwa tidak gampang memutuskan hubungan kerja karyawan dalam suatu organisasi perusahaan dan organisasi pada umumnya. Faktor faktor yang tetap dipertimbangkan. B. TENGGANG WAKTU, IZIN DAN SAAT PEMBERHENTIAN 1. TENGGANG WAKTU PEMBERHENTIAN Seorang karyawan tidak boleh diputuskan begitu saja hubungan kerjanya dengan cara mendadak, kecuali kalau ada dasar dasar hukum yang kuat. Misalnya pada masa percobaan atau karena keadaan keadaan mendesak. Pemberhentian personil sebagai mana dimaksudkan, harus diberitahukan paling sedikit satu bulan sebelumnya. Sebaliknya apabila pemberhentian tersebut atas kehendak karyawan sendiri, maka karyawan yang bersangkutan harus pula tidak boleh mengajukan secara mendadak, namun paling sedikit satu bulan sebelumnya harus diajukan kepada pimpinan perusahaan atau organisasi. Tenggan waktu satu bulan tersebut penting, untuk keperluan pertimbangan pertimbangan keputusan pimpinan organisasi, disamping memberikan kesempatan kepada pihak pihak yang bersangkutan untuk menghadapi perubahan atas keadaan tersebut. Di Indonesia, masalah pengaturan tenggang waktu PHK tersebut tertuang dalampasal 1603 i KUHP yang bunyinya...dalam hal menghentikan hubungan kerja 11
3 harus paling sedikit di indahkan suatu tenggang waktu yang lamanya satu bulan... (Susilo Martoyo : 1994, 190) Perpanjangan perpanjangan waktu tersebut dapat terjadi, apabila hubungan kerja tersebut telah berlangsung cukup waktu. Hal itu di atur pada ayat ke dua pasal 1603 KUHP tersebut diatas. Sesuai dengan ketentuan ayat ke dua tersebut dikatakan bahwa dengan persetujuan tertulis tenggang waktu bagi si buruh dapat diperpanjang paling lama satu bulan, apabila hubungan kerja sudah berlangsung paling sedikit dua tahun terus menerus. Bagi majikan, tenggang waktu dapat diperpanjang berturut turut satu bulan, dua bulan atau tiga bulan, apabila pada waktu pemberhentian hubungan kerja telah berlangsung berturut turut paling sedikit satu tahun, dua tahun dan tiga tahun terus menerus (Manullang : 1982, 131) 2. IZIN DAN SAAT PEMBERHENTIAN. Mengingat pemutusan hubungan kerja tersebut di atas, apabila meluas akan dapat menimbulkan masalah ketenaga kerjaan yang cukup serius dalam masyarakat, maka pada umumnya diatur pula dalam suatu undang undang negara. Dengan adanya undang undang semacam itu, maka kewenang wenangan pemutusan hubungan kerja karyawan tidak terjadi dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan. Itulah sebabnya maka PHK semacam itu harus terlebih dahulu di mintakan izin kepada instansi pemerintahan yang berwenang, atas dasar aturan aturan yang berlaku. Permohonan izin tersebut biasanya tertulis diajukan kepada instalasi pemerintah tersebut. Di Indonesia PHK dengan memperhatikan pasal 1603 h KJHP, dimana ditentukan bahwa saat pelaksanaan PHK hanyalah boleh menjelang hari terakhir dari tiap tipa bulan penanggalan (Manullang : 1982, 131). 12
4 3. ALASAN PEMBERHENTIAN. Pemutusan hubungan kerja harus dilandasi aturan aturan atau argumentasi yang berlandaskan hukum dan fakta. Menurut Manullang ada 3 sebab utama yang mengakibatkan timbulnya pemberhentian personil dari hubungan kerja yaitu : a. Karena ke inginan perusahaan. b. Karena ke inginan karyawan. c. Karena sebab sebab lain. Ket : a. Keinginan Perusahaan Ada berbagai macam atau jenisnya yaitu : Tidak cakap dalam mata percobaan : Dalam mata percobaan yang waktunya paling lama 3 bulan, seorang karyawan atau pegawai dapat di berhentikan tanpa mempertimbangkan tenggang waktu. Demikian pula perusahaan tidak wajib memberikan ganti rugi, pesangon. Alasan mendesak : Setelah diterima ternyata setelah diteliti surat suratnya palsu atau dipalsukan Tidak mampu melaksanakan pekerjaan Peminum, pemabok atau pembuat onar dalam pekerjaan Melakukan penghinaan, penggelapan, penipuan atau kejahatan yang merugikan perusahaan Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan 13
5 Kemangkiran dan ketidak cakapan Penahanan karyawan oleh aparat negara Terkena hukuman oleh hakim Sakit yang berkepanjangan Usia lanjut Penentuan badan usaha atau pengurangan tenaga kerja b. Keinginan Karyawan : Pemberhentian hubungan kerja karyawan justru berasak dari keinginan karyawan sendiri, hal ini terdapat berbagai alasan yaitu : Ketidaktepatan pemberian tugas Alasan mendesak seperti : Upah dan gaji tidak diberikan tepat waktu meskipun karyawan bekerja dengan baik Pimpinan organisasi atau perusahaan melalikan kewajiban kewajibannya yang telah disetujui bersama Pekerjaan yang ditugaskan pada karyawan dapat membahayakan keselamatan karyawan Karyawan mendapat perlakuan pimpinannya secara tidak manusiawi atau sadis dsb Menolak pimpinan baru c. sebab sebab lainnya : Karyawan meninggal dunia Habis masa kerjanya sesuai kesepakatan Karena usia pensiun 14
6 C. UANG PESANGON, UANG JASA DAN UANG GANTI RUGI UANG PESANGON Penerimaan uang pesangon didasarkan pada ketentuan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa tidak selalu suatu pemberhentian hubungan kerja itu berakhibat adanya pemberian uang pesangon bagi karyawan yang bersangkutan. Menurut Manullang umumnya besarnya pesangon sebagai berikut: 1) Masa kerja sampai 1 tahun, uang pesangonnya adalah 1 bulan upah bruto. 2) Masa kerja sampai 2 tahun adalah 2 bulan upah bruto. 3) Masa kerja 2 sampai 3 tahun adalah 3 bulan upah bruto. 4) Masa kerja 3 tahun dan seterusnya adalah 4 bulan upah bruto. (Manullang : 1982, 145) UANG JASA Tidak setiap pemutusan hubungan kerja berakhibat adanya pemberian uang jasa bagi karyawan yang bersangkutan. Adapun contoh besarnya uang jasa agaknya berbeda dengan uang pesangon. Adapun contoh besarnya uang jasa sebagai berikut : 1) Masa kerja 5 10 tahun adalah satu bulan upah bruto. 2) Masa kerja tahun adalah dua bulan upah bruto. 3) Masa kerja tahun adalah tiga bulan upah bruto. 4) Masa kerja tahun adalah empat bulan upah bruto. 5) Masa kerja 25 tahun ke atas adalah lima bulan upah bruto. UANG GANTI RUGI 15
7 1) Ganti rugi untuk keperluan istirahat tahunan yang belum diambil. 2) Ganti rugi untuk istirahat panjang bagi karyawan yang belum mengambilnya dan memang halitu berlaku di perusahaan yang bersangkutan. 3) Ganti rugi karena kecelakaan dalam menjalankan tugas, meninggal dunia karena tugas dan lain lain. D. PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI Pemensiunan pegawai negeri (umumnya Pegawai Negeri) berarti pula pemberhentian pegawai negeri namun dengan hak pensiun, tetapi tidak setiap pemberhentian pegawai berarti pemensiunan pegawai. PEMINTA PENSIUN Suatu pensiunan dapat dilaksanakan secara alamiah, artinya normal karena usia pensiun sudah dicapai, tetapi juga dapat karena diminta. Peminta pensiun ini dapat dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan atau perhitungan perhitungan tertentu sesuai persyaratan yang berlaku, dapat juga oleh instansi dimana pegawai yang bersangkutan bekerja. PEMBIAYAAN PENSIUN Suatu masalah penting dalam program pemerintah pegawai ini, adalah pembiayaan pensiun. Darimana diperoleh dana pensiun tersebut? bagi perusahaan yang sudah memprogramkan dana pensiun ada salah satu cara diantara 3 cara pembiayaan pensiun (Manullang J Helaman ) a. Dibiayai oleh Pegawai Dengan sistem menabung, dipotong sekitar % dari upah atau gaji pegawai setiap bulan dan di masukkan kedalam dana jaminan hari tua pegawai 16
8 b. Dibiayai oleh Perusahaan Dana pensiun diperolrh dari potongan keuntunganperusahaan yang dimasukkan kedalam dana jaminan hari tua c. Dibiayai sesama Kedua Pihak Ini merupakan gabungan dari cara A dan B diatas. PERTIMBANGAN DASAR PENSIUNAN Pada umumnya pegawai (negeri maupun swasta) enggan dipensiun, apalagi kalau posisi mereka menjelang dipensiun cukup baik. Ini berlaku tidak hanya bagi pegawai rendahan menengah maupun tinggi. Rasa Legowo meninggalkan posisi pemula yang cukup menyenagkan, kemudian pensiun, memang sering tidak Smooth sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu ada beberapa pertimbangan dasar tersebut adalah : a. Memelihara efisiensi organisasi. b. Membuka kesempatan promosi c. Menepati proses alamiah. E. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAAN SWASTA. Kemungkinan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), hal ini terjadi tanpa meminta ijin pada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4P) atau Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) apabila memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut : a. Pekerja dalam masa percobaan. 17
9 b. Pekerja mengundurkan diri secara tertulis. c. Pekerja telah mencapai usia pensiun. F. DANA PENSIUN UMUM Suatu pemberhentian personil yang disebabkan karena karyawan atau pekerja yang bersangkutan purna tugas, merupakan pemberhentian personil secara terhormat. Ini merupakan cerminan loyalitas pekerja atau karyawan pada tugasnya yang patut mendapatkan bakas jasa yang layak. Balas jasa tersebut antara lain berupa hak mendapatkan pensiun. Sejak tanggal 20 April 1992 Pemerintah telah mengundangkan ketentuan yang berkenaan dengan masalah di perusahaan swasta yaitu UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. PERTIMBANGAN PEMERINTAH Sejalan dengan hakikat perkembangan nasional yang pada dasrnya dilaksanakan dalam rangka Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya dan Pembangunan Masyarakat Indonesia berdasarkan Falsafah Pancasila dan UUD 1945, memerlukan penghimpunan dan pengelolaan dana, guna memelihara kesinambungan penghasilan pekerja Indonesia pada hari tua ( Susilo Martoyo : 1994, 204) PENGERTIAN DANA PENSIUN Dalam pasal 1 UU No. 11 Tahun 1992, di sebutkan bahwa yang dimaksud Dana Pensiun diatas adalah Badan Hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan mamfaat pensiun. 18
10 Dengan demikian Dana pensiun merupakan suatu bentuk tabungan masyarakat yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, untuk dinikmati hasilnya setelah pekerja atau karyawan yang bersangkutan purna tugas dengan hak pensiun. JENIS DANA PENSIUN Menurut uu No. 11 Tahun 1992 ada 2 dua jenis Dana Pensiun : a. Dana Pensiun Pemberi Kerja Dibentuk oleh orang atas dasar yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Mamfaat Pasti atau program Pensiun Iuran Pasti bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan terhadap pemberi kerja. b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Dibentuk oleh Bank atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk menyelengarakan Program Pensiun Iuran Pasti Bagi Perorangan baik bagi karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan Bank atau Perusahaan Ansuransi jiwa yang bersangkutan. Adapun mamfaat pensiun adalah sebagai peserta pasa saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun, yang disusun oleh masing masing pengurus Dana pensiun dari perusahaan yang bersangkutan dengan sepengetahuan pihak Direksinya dan harus mendapatkan pengesahan materai keuangan. ASAS ASAS POKOK Asas asas pokok yang penting dalam proses pebgelolaan suatu Dana Pensiun adalah sebagai berikut : a. Asas Keterpisahan Kekayaan Dana Pensiun 19
11 Ini berarti bahwa Dana Pensiun harus terpisah dari kekayaan Badan Hukun (perusahaan) pendirinya. Jadi Dana Pensiun memiliki Badan Hukum sendiri. b. Asas Penyelenggaraan Dalam Sistem Pendanaan Ini berarti bahwa penyelenggaraan program Pensiun harus dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta. c. Asas Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan meliputi sistem pendanaanya maupun pelaksanaanya investasi kekayaan Dana Pensiun oleh pengelola Dana pensiun. d. Asas Penundaan Mamfaat Pengertian penundaan mamfaat adalah bahwa pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakukan secara berkala. e. Asas Kebebasan Artinya bahwa Undang undang memberikan kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk Dana Pensiun tersebut berdasarkan asas ini, keputusan membentuk Dana Pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan mamfaat pensiun bagi karyawannya yang membawa konsekuensi pendanaan. Demikian adanya asas asas ini, diupayakan dengan sungguh sungguh agar para karywan ataupun anggota masyarakat sebagai peserta dana pensiun mampu merencanakan dan mempersiapkan diri menghadapi saat datangnya kejadian yang tidak terelakan, baik karena kematian maupun karena cacat, dengan membentuk atau ikut serta dalam Dana pensiun. G. SIMPULAN 20
12 Dalam kondisi krisis global saat ini banyak dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja atau karyawan. Pemutusan Hubungan Kerja berarti lepasnya hubungan kerja secara resmi dari suatu kesatuan atau organisasi dimana mereka bekerja. Pemutusan Hubungan Kerja dapat bersifat positif maupun negatif, dan pemutusan kerja adalah sifatnya alamiah dan pasti terjadi dan tidak dapat terelakan. Namun juga tidak gampang dan perlu memperhatikan faktur manusia dan kemanusiaan. Alasan pemberhentian Kerja karena : keinginan instansi atau perusahaan, keinginan karyawan atau pekerja dan sebab sebab lain. Pemberhentian pegawai atau pekerja dapat terjadi baik di organisasi swasta ataupun pemerintah (dalam hal ini Pegawai Negeri). Sesuai dengan aturan kepegawaiaan yang berlaku. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja telah diatur pada Dana Pensiun, atau uang pesangon yang besarnya sesuai ketentuan yang berlaku. 21
13 DAFTAR PUSTAKA Heidjrachman Ranupandojo Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. John Soeprihanto Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. Keputusan menteri Tenaga Kerja No. 548 / MEN / 84 Tentang Bantuan Tunai untuk Tenaga Kerja Peserta ASTEK yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Manullang Manajemen Personalia. Jakarta : Shalia Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04 / MEN / 1986 Tanggal 22 April 1986 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja.. Tentang Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Rugi. Susilo Martoyo Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE Dasar-dasar Manajemen TNI Angkatan Udara. Jakarta. T. Hani Handoko Manajemen. Yogyakarta. BPFE Undang undang No. 11. Tahun Tentang Dana Pensiun. Undang undang No. 12 Tahun Tentang Pemutusan Hubungan Kerja diperusahaan swasta dan Lembaga Negara No. 93 Tahun Undang undang No. 13 Tahun Tentang Ketenaga kerjaan. 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi. Proses manajemen terdiri
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Tujuan Mahasiswa mampu mendefinisikan PHK Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenisjenis PHK Mahasiswa mampu menganalisis hak-hak pekerja yang di PHK Pengertian PHK adalah pengakhiran
Lebih terperinciPemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
Lebih terperinciPENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis
PENSION & EXIT SYSTEM Prodi Administrasi Bisnis Pemberhentian Pemberhentian Undang Undang Keinginan Perusahaan Keinginan Karyawan Kontrak kerja berakhir Kesehatan karyawan Meninggal dunia Perusahaan dilikuidasi/bangkrut
Lebih terperinciPSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: X HR SEPARATION. Pengertian Alasan Proses Undang-undang
SESI: X HR SEPARATION Pengertian Alasan Proses Undang-undang SESI: X HR SEPARATION A. Pengertian Pemberhentian Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM. Istilah pemberhentian sama dengan
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU ADMINSTRASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PEMBERHENTIAN PEGAWAI Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Bimbingan oleh Bapak Drs. Heru Susilo, MA Disusun oleh: 1. DESI TRI HERNANDHI 135030200111034 2.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) a. Pengertian Badan Usaha Milik Negara Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Lebih terperinciNOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Senin, 29 Oktober 2007 RR. Dirjen PPTKDN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciAlasan 08/01/2015. Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc. Undangundang. Keinginan karyawan. Keinginan perusahaan. Kontrak kerja berakhir
Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc Pengertian Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Pemberhentian karyawan berdasarkan kepada UU No. 12
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
Lebih terperinciRINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.
1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk
Lebih terperinciPenjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN
P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar sesuatu yang dilakukakan dapat terlaksana dengan baik. Prosedur adalah rangkaian kegiatan yang telah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA,
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BANK 1. Pengertian Bank Pengertian Lembaga keuangan menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 menurut Martono, 2002:2 menyatakan bahwa Semua badan melalui kegiatan-kegiatannya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciSURAT PERJANJIAN KERJA
SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini
Lebih terperinciSUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO
SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN
Lebih terperinciPasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
* * Pasal 150 UUK *Mencakup pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta, pemerintah,
Lebih terperinciKISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
Lebih terperinciNOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciSTANDARISASI PEMUTUSAN
STANDARISASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAN Oleh : Ayu, Puput, Vitariai Badai, Habib, Yanuar Rizki Latar Belakang Penciptaan Lapangan Pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Krisis Ekonomi Global Pemutusan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciMAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI
MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI DISUSUN OLEH : 1) Anna Irmina Nahak (135030401111034) 2) Deni Rekawati (145030400111008) 3) Angelina Linda Liber (145030400111040) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja
HAK TENAGA KERJA ATAS JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh: Marlina T. Sangkoy 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah Hak Tenaga Kerja atas Jamsostek yang mengalami
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciDAFTAR ISI ii. KATA PENGANTAR.i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.i DAFTAR ISI ii A. Pengertian...1 B. Bentuk Perjanjian Kerja...2 C. Perjanjian Perburuhan.4 D. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 6 a. Pemutusan Hubungan Kelja Oleh Majikan...6
Lebih terperinciperjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang
perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya
Lebih terperinciPEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14
PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperincic. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Peran Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting bagi suatu organisasi, sebesar atau sekecil
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK
Modul ke: Hubungan Industrial PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK dan PENYELESAIAN PHK Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA
31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi
Lebih terperinciDana Pensiun (Pension Fund)
Dana Pensiun (Pension Fund) Dana pensuin adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (UU No.11 tahun 1992). Dana pensiun adalah dana yang secara khusus dihimpun
Lebih terperinciSekilas tentang Dana Pensiun
Jakarta, 20 Agustus 2009 Yang terhormat, Para Peserta Dana Pensiun Seluruh Karyawan ABFI Institute Perbanas Di Jakarta Dalam rangka melaksanakan amanat dari Pemberi Kerja/Yayasan Pendidikan Perbanas untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985
PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN Imam Gunawan Pemensiunan pasti PHK PHK belum tentu Pensiun PHK P PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pemberhentian seorang pegawai yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan
Lebih terperinciPeraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan INDEKS Sl. No. BAB 1 : BAGIAN UMUM Daftar Isi 1. Istilah dan Pengertiannya 2. Ruang Lingkup 3. Status Pekerja 4. Kewajiban Perusahaan 5. Kewajiban Pekerja BAB 2 : HUBUNGAN KERJA 6.
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MARWAN ARHAS Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara A. Pengertian. Hubungan kerja, hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu Negara, karena semakin banyak pekerja yang sejahtera maka serta merta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah pembahasan yang terus menjadi isu utama di Indonesia. Sejahteranya kelas pekerja dapat dianggap menjadi indikator sejahtera atau tidaknya
Lebih terperinciMANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERHENTIAN PEGAWAI KELOMPOK 8 1. Mia Diana Putri S. 135030400111077 2. Faryda Khansa 135030401111012 3. Adlina Hajarani 135030401111104 4. Intan Rahmawati 135030407111012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini peranan sumber daya manusia dalam proses produksi banyak dibincangkan hal ini disadarinya sehingga berbagai cara diusahakan untuk mengembangkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi yang berhasil
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan
86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan analisis mengenai Sistem Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan, yang telah penulis lakukan di PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), maka
Lebih terperinciPada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA
Bab I MAKNA PHK BAGI PEKERJA Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan adalah untuk melindungi pekerja dari segala macam eksploitasi. Hal ini didasarkan pada tinjauan filosofis, bahwa dalam sistem
Lebih terperinciMOGOK KERJA DAN LOCK-OUT
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XI) MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT copyright by Elok Hikmawati 1 Definisi Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,
BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pensiun dan Program Pensiun 1. Pengertian Pensiun Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai
Lebih terperinciP T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia
P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-111/MEN/2001 TANGGAL 31 MEI 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS PASAL 35A KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 28 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciHUKUM KETENAGAKERJAAN
HUKUM KETENAGAKERJAAN Oleh Suripno Pengantar Istilah : 1. Buruh 2. Pekerja 3. Karyawan 4. Pegawai Pengertian hukum ketenagakerjaan Secara yuridis Pengertian buruh: 1. Buruh: setiap orang yg bekerja pd
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL
Lebih terperinciMeminimalkan Konflik dalam PHK
Meminimalkan Konflik dalam PHK Definisi PHK Unsur Unsur Dalam PHK : 1. Merupakan pengakhiran hubungan kerja 2. Disebabkan suatu hal tertentu 3. Mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh
Lebih terperinciETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013
MK. ETIKA PROFESI ETIKA BISNIS Smno.tnh.fpub2013 Pengertian Etika Pengertian; Etika kata Yunani ethos, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika flsafat moral, ilmu yang membahas nilai dan norma yang
Lebih terperinciPERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003
1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri/pejabat Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun 42 ayat 2 Pemberi kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun
Lebih terperinciADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
Copyright 2002 BPHN UU 11/1992, DANA PENSIUN *8031 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 11 TAHUN 1992 (11/1992) Tanggal: 20 APRIL 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/37; TLN NO.
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN
CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Tempat dan tanggal lahir : Pendidikan terakhir : Jenis kelamin : Agama : Alamat : No. KTP / SIM : Telepon :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting dalam bangsa dan Negara Indonesia. Ditinjau dari segi tugas dan tanggung jawab yang diembannya,
Lebih terperinciP U T U S A N No. 177 K/TUN/2002
P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Industrial Relation in Indonesia UU No. 13, Tahun 2003 HRM - IM TELKOM 1 DEFINISI KETENAGAKERJAAN. Segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama, dan
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK INDONESIA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hakikat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan juga makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat bertahan hidup secara utuh tanpa
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Dalam Mulyadi (2015: 2) manajemen dapat didefinisikan adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pendayagunakan sumber daya manusia dengan sumber daya alam, dengan menggunakan
Lebih terperinciPP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Copyright (C) 2000 BPHN PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI *39752 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 42 TAHUN 2002 (42/2002) TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,
Lebih terperinciPada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)
PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan siklus kehidupan manusia di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup seseorang haruslah bekerja, baik bekerja secara mandiri atau berwirausaha maupun bekerja menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan
Lebih terperinciCRITICAL APPRAISAL HUKUM KETANAGAKERJAAN. Kajian Hukum Terhadap Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Secara Sepihak Pada Perusahaan
CRITICAL APPRAISAL HUKUM KETANAGAKERJAAN Kajian Hukum Terhadap Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Secara Sepihak Pada Perusahaan DISUSUN OLEH AHMAD FAUZI NIM. 16/403236/PKU/16054 MINAT UTAMA KESELAMATAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan bersepakatan tujuan antara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.163, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA OJK. Dana Pensiun. Pembubaran. Likuidasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5555) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2012 BADAN WAKAF INDONESIA. Kepegawaian. Administrasi. PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBismillahirrohmaanirrohim
SURAT KEPUTUSAN DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : /MUI/VII/2016 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Bismillahirrohmaanirrohim Dewan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH
Lebih terperinci-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG
-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN LIKUIDASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Pada dasarnya manusia selalu berjuang dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN. Pemutusan Hubungan Kerja
HUBUNGAN INDUSTRIAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PEMBAHASAN Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA/PERBURUHAN
PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA/PERBURUHAN Disusun Oleh : Arina Idzna Mardlillah (135030200111022) Silvia Indra Mustika (135030201111158) Nur Intan Maslicha (135030207111008)
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG
2 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN 20092010 TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang
Lebih terperinci* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)
* *mogok kerja sebenarnya adalah hak dasar dari pekerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan, (Pasal 137 UUK). * Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinci