31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa Sindanggalih, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Tempat penelitian dipilih dengan sengaja (purposive) karena berdasarkan rekomendasi Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Sumedang kelompok tani ini memiliki penilaian status dan kapasitas kelompok per penyuluh pertanian lapangan lebih baik daripada desa lainnya dan Poktan Giri Mukti II telah mendapat Penyuluhan PTT Padi sawah Pada tahun 2008 yaitu sejak pertama Program PTT Padi Sawah dicanangkan. 3.2 Desain dan Teknik Penelitian Desain penelitian yang digunakan berupa desain kualitatif yang kemudian dapat ditarik kesimpulan secara deskriptif. Teknik penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus. Tujuan studi kasus adalah melakukan penelitian secara mendalam mengenai objek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai objek tersebut. 3.3 Data / Informasi Yang diperlukan Untuk mengetahui tentang peubah (variabel) yang akan diukur dalam konsep pertama yang menggunakan teknik penelitian kualitatif, dengan mengetahui
32 mekanisme PTT Padi Sawah yang dijalankan oleh responden dan mengetahui sudah berapa musim petani menjalan konsep PTT Padi Sawah. Respon merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap, timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif, negatif, menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian menyatu sebagai potensi reaksi terhadap suatu keadaan yang dihadapi. Variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1.) Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit. 2.) Benih bermutu bersih dan berlabel yaitu benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi. Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan merata serta lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 3.) Pemberian bahan organik yaitu pemberian berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau kompos (humus). 4.) Pengaturan populasi tanaman antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan jajar legowo.
33 5.) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah yaitu pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanaman. 6.) Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama terpadu yaitu Pengendalian organisme peganggu tanaman dengan penggunaan pestisida secara bijaksana. 7.) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanah yaitu pengolahan tanah hingga berlumpur dan rata dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik dan seragam bagi tanaman padi sekaligus upaya mengendalikan Gulma. 8.) Penggunaan bibit muda (< 21 hari) yaitu menggunakan bibit muda (< 21 hari) karena lebih tahan menghadapi stres akibat pencabutan bibit di pesemaian, pengangkutan dan penanaman kembali, dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. 9.) Penanaman bibit 1-3 batang bibit per rumpun yaitu Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 batang. Penanaman bibit dengan jumlah per lubang lebih banyak akan meningkatkan persaingan antar bibit dalam rumpun yang sama. 10.) Pengairan secara efektif dan efisisen yaitu pengairan dengan teknik berselang, gilir-giring; gilir glontor, macak-macak dan basah-kering. 11.) Penyiangan menggunakan landak/gasrok yaitu penyiangan gulma dengan menggunakan gasrok setelah tanaman umur 21 hari.
34 12.) Panen tepat waktu dan gabah segera di rontok yaitu panen tepat pada waktunya saat gabah 90% menguning. Tabel 1. Operasional Variabel Konsep Variabel Indikator Tanam varietas padi unggul -Varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat Gunakan benih bermutu, bersih sehat dan berlabel -Benih bermutu dan berlabel -Rendam dengan larutan garam/za,ambil yang tenggelam Pemberian bahan organik Pengembalian kembali jerami ke lahan sawah dengan cara diolah menjadi kompos Atur tata tanam secara teratur Tata tanam jajar legowo (2:1,3:1,4:1) Respon Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan PTT Padi Sawah Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam Penggunaan bibit muda (< 21 hari) Tanam Bibit 1-3 batang per rumpun Pengairan secara efektif dan efisien Penyoiangan dengan landak /gasrok Panen tepat waktu dan gabah segera di rontok Beri Pupuk N (urea), P (SP-36) dan K sesuai kebutuhan tanah Pemupukan N dengan bagan warna daun (BWD) Pengendalian organisme peganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama/penyakit terpadu yaitu dengan penggunaan pestisida secara bijaksana Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor atau ternak dengan kedalaman olah tanah >20 cm dan melihat kecocokan musim tanam Tanam bibit muda < 21 hari agar tanaman tidak stres Tanam Bibit 1-3 batang per rumpun Pengairan dengan teknik berselang, gilirgiring; gilirglontor,macak-macak dan basah-kering. Dengan cara ini pemakaian air dapat dihemat sampai 30% tanpa menurunkan hasil panen. Penyiangan awal untuk gulma menjelang 21 hari setelah tanam, penyiangan selanjutnya berdasarkan kepadatan gulma -Panen pada saat ketika gabah 90% menguning
35 3.4 Sumber Data dan Cara Menentukannya Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Responden yang akan diambil dalam penelitian ini ditentukan secara Sensus yaitu Seluruh anggota Poktan Giri Mukti II yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah Karena seluruh anggota Poktan Giri Mukti II ini telah mendapat Penyuluhan SL PTT Padi Sawah sejak program SL PTT baru dicanangkan yaitu sejak tahun 2008. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung di lapangan dimana petani dikumpulkan dalam satu ruangan ataupun rumah kerumah dan mendiskusikan pengalaman bertani mereka. Jumlah petani yang mengikuti PTT Padi Sawah adalah 25 orang petani. Kemudian data secara lengkap diperoleh melalui wawancara lisan secara mendalam terhadap petani yang dianggap mengetahui jelas perubahan yang terjadi secara langsung dan saling berhadapan. Wawancara dilakukan terhadap 25 orang petani, dengan panduan kuisioner tertutup berupa daftar pertanyaan tertulis yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Selain itu juga dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan (observasi). Pengumpulan data sekunder diperoleh
36 dari literatur kepustakaan melalui studi pustaka dari instansi-instansi serta dokumendokumen yang terkait dalam penelitian yang akan dilakukan. 3.6 Rancangan Analisis Untuk menganalisis bagaiman respon anggota Poktan Giri Mukti II dilakukan secara deskirptif berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kegiatan PTT Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan. Langkah-langkah untuk menganalisa sejauh mana respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah digunakan daftar pertanyaan tentang sudah berapa musim panen petani menggunakan komponen PTT Padi Sawah tersebut dengan respon jawaban menggunakan Skala Likert yaitu dengan asumsi jika petani mengaplikasikan komponen PTT Padi Sawah hanya satu musim tanam yaitu saat Program Penyuluhan PTT Padi Sawah berlangsung maka diberi skor satu dan dikategorikan sangat tidak setuju terhadap Program Penyuluhan PTT Padi Sawah, jika petani mengaplikasikan komponen PTT Padi Sawah sebanyak dua musim tanam yaitu setelah Program Penyuluhan PTT Padi Sawah berakhir maka diberi skor dua dan dikategorikan tidak setuju terhadap Program Penyuluhan PTT Padi Sawah, jika petani mengaplikasikan komponen PTT Padi Sawah sebanyak tiga musim tanam setelah Program Penyuluhan PTT Padi Sawah berakhir maka diberi skor tiga dan termasuk kategori (sedang), jika petani mengaplikasikan komponen PTT Padi Sawah sebanyak empat musim tanam maka diberi skor empat dan dikategorikan setuju
37 terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi sawah, lalu jika petani mengaplikasikan komponen PTT Padi Sawah sebanyak lima musim tanam atau lebih setelah program kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah berakhir maka diberi skor lima dan dikategorikan sangat setuju terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Selain itu penentuan respon juga dilihat dari hasil jawaban petani tersebut melalui pertanyaan langsung kepada petani bagaimana respon petani tersebut terhadap komponen PTT Padi Sawah yang hasilnya disajikan dengan tabel persentase.