BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Sindanggalih masuk dalam wilayah Kecamatan Cimanggung,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Sindanggalih masuk dalam wilayah Kecamatan Cimanggung,"

Transkripsi

1 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Letak geografis Desa Sindanggalih 1. Letak dan Batas Administratif Desa Sindanggalih masuk dalam wilayah Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Secara administratif Desa Sindanggalih terdiri dari 15 rukun warga (RW) dan 68 rukun tetangga (RT). - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mekarbakti - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sindangpakuon - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan dan Cihanjuang - Sebelah Timur berbatasan denga wilayah kehutanan Gunung Cipelah Desa Sindanggalih memiliki akses yang kuat terhadap pusat pelayanan pemerintahan dan sumber-sumber produktif lainnya. Jarak Desa Sindanggalih ke Ibukota Kecamatan Cimanggung sekitar 3 kilometer dengan lama tempuh 15 menit dan jarak ke Ibukota Kabupaten Sumedang adalah sekitar 25 kilometer dengan lama tempuh 30 menit, sedangkan jarak ke Ibukota provinsi 35 km dengan lama tempuh 60 menit. Sarana perhubungan darat cukup baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat Topografi, Keadaan Tanah, dan Iklim Wilayah Desa Sindanggalih menurut data desa merupakan daerah yang memiliki topografi tinggi, terletak pada ketinggian m diatas permukaan laut dan bentang wilayah termasuk berbukit dan bergelombang. Curah hujan

2 41 berkisar antara 217,5 mm/tahun, keadaan suhu rata-rata 25 C dengan jenis tanah latosol, andosol, dan alluvial. Tabel 3. Topografi dan Keadaan Iklim Desa Sindanggalih, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. No Topografi dan Keadaan Iklim 1. Suhu Rata-rata ( 0 C) 2. Rata-rata curah hujan (mm/tahun) 3. Jenis Tanah 4. Ketinggian Sumber: Profil Desa Cihampelas, Kondisi di Desa Cikoneng ,5 Latosol,andosol, dan alluvial mdpl Luas dan Tata Guna Lahan Desa Penggunaan lahan di Desa Sindanggalih beraneka ragam. Mayoritas lahan difungsikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman. Luas lahan pertanian yang besar tersebut menyebabkan sebagian masyarakat Desa Sindanggalih menjadikan pertanian sebagai salah satu pilihan lapangan pekerjaan utama yang terdapat di desa mereka. Adapun luas lahan pertanian di wilayah Desa Sindanggalih pada tahun 2010 adalah 508,5 Ha dengan lahan sawah 71 ha dan lahan darat 437,50 ha. Berikut perincian potensi lahan usahatani di desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang meliputi: a. Lahan sawah - Irigasi teknis = 25 Ha - Irigasi setengah teknis = 5 Ha - Irigasi sederhana = 17 Ha - Irigasi desa / non PU = 20 Ha - Sawah tadah hujan = 4 Ha Jumlah = 71 Ha

3 42 b. Lahan darat - Pekarangan = 31 Ha - Tegal / kebun = 200 Ha - Hutan rakyat = 53 Ha - Hutan negara = 142 Ha - Lain lain = 10 Ha - Kolam = 1,5Ha Jumlah = 437,5 Ha Penggunaan lahan untuk persawahan ini sebenarnya semakin menurun jika dibandingkan dengan sebelum tahun 1980-an. Saat itu, hampir 70 persen luas Desa Sindanggalih digunakan untuk lahan persawahan. Penurunan penggunaan lahan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk Desa Sindanggalih sehingga semakin banyaknya masyarakat yang membangun tempat tinggal di atas lahan persawahan tersebut Keadaan sosial ekonomi 1. Keadaan Penduduk Penduduk Desa Sindanggalih hingga tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari orang pria (51 persen) dan orang wanita (49 persen), dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Sex Ratio (SR) untuk Desa Cihampelas adalah 102, yang mengandung arti bahwa perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan adalah dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Kondisi

4 43 kependudukan seperti ini berbeda dengan kondisi kependudukan yang terjadi pada wilayah lain pada umumnya, dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Kondisi yang terjadi di Desa Sindanggalih adalah jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan, karena penduduk perempuan banyak yang bermigrasi ke luar desa, salah satunya adalah menikah dengan orang luar desa kemudian menetap disana. Selain itu juga disebabkan banyaknya penduduk perempuan yang pindah ke luar desa atau luar negeri karena mencari pekerjaan, seperti menjadi TKW ke Arab Saudi. Tawaran penghasilan yang lebih besar dibandingkan penghasilan yang di dapat di Desa Sindanggalih, serta kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, mendorong para tenaga kerja perempuan tersebut untuk mencari pekerjaan di luar desa. 2. Pendidikan Masyarakat Desa Sindanggalih belum memperhatikan pendidikan formal. sebagian besar (25,18 persen) penduduk hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (Tabel 4). Masih minimnya penduduk yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi khususnya ke Perguruan Tinggi dikarenakan oleh keterbatasan biaya dan Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan.

5 44 Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Sindanggalih Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Pendidikan Tidak/Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP/Tsanawiyah Tamat SLTA/Aliyah Perguruan tinggi Jumlah Orang (%) , , , , , ,74 Jumlah Sumber: Profil Desa Cihampelas, Struktur Sosial dan Sistem Kekerabatan Masyarakat merupakan suatu wadah yang dapat menampung segala kegiatan individu, dan juga merupakan kolektif manusia dalam arti yang seluasluasnya yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Mayoritas masyarakat Desa Sindanggalih berlatar belakang Suku Sunda, meskipun ada juga pendatang dalam jumlah kecil yang berasal dari Jawa Tengah dan Banten. Masyarakat Desa Sindanggalih sangat menghargai kedatangan para pendatang tersebut karena mereka masih menjunjung rasa persaudaraan yang tinggi. Masyarakat di Desa Sindanggalih hampir seluruhnya memiliki hubungan kerabat. Hal ini disebabkan karena di desa tersebut terjadi perkawinan antar kampung sehingga hampir seluruh masyarakat memiliki hubungan persaudaraan. Keadaan ini berdampak pada struktur pemerintahan yang hampir seluruhnya di pegang oleh orang-orang yang masih dalam satu kerabat. Beberapa orang tua yang memiliki kekayaan lebih adapula yang mewariskan hartanya berupa rumah atau sawah pada anak-anak mereka yang baru menikah sehingga banyak dijumpai rumah-rumah permanen yang merupakan

6 45 turunan keluarga. Keadaan pertanian yang subur membuat mereka selalu dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan memiliki sawah yang selalu bertambah setiap tahunnya. Namun, perekonomian yang semakin sulit ditambah kondisi pertanian yang menurun menyebabkan kebutuhan mereka sulit untuk dipenuhi. Meskipun demikian, di sepanjang jalan Desa Sindanggalih banyak ditemukan rumah-rumah permanen yang tidak mencirikan kehidupan yang sulit sebagai sisa-sisa kejayaan orang tua mereka di masa lampau. Dalam kegiatan uasahatani sawah, hanya ayah ibu saja yang terlibat karena anak-anak mereka tidak mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani. Kebanyakan dari mereka justru lebih memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian, seperti menjadi buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, tukang ojek, supir, dan pengrajin. 5. Agama dan Sistem kepercayaan Agama yang dianut masyarakat Desa Sindanggalih sebagian besar adalah Agama Islam. Fasilitas keagamaan seperti mesjid dan mushola sudah tersebar hampir di setiap penjuru desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan sering dilakukan di daerah tersebut seperti pengajian rutin, ceramah keagamaan, syukuran-syukuran hajat, dan kegiatan lainnya. Kegiatan keagamaan ini juga diperkenalkan pada anak-anak mereka sejak usia belia, seperti kegiatan pengajian rutin setelah magrib.

7 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani Poktan Giri Mukti II yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah. Karakteristik petani yang dibahas dalam penelitian ini meliputi usia petani, status petani dan pendidikan formal petani. Dengan mengetahui terlebih dahulu mengenai karakteristik petani, kita akan dapat menemukan gambaran tentang bagaimana respon petani yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah yang ada di Poktan Giri Mukti II Usia petani Faktor usia merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam proses interaksi sosial antara penyuluh dan petani. Tabel 5. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Kelompok Usia No Kelompok Usia Petani Jumlah (Tahun) (Orang) (%) > Jumlah Berdasarkan data pada tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan usia terbanyak adalah 8 orang atau 32 %, dan jumlah responden tersebut terletak pada kelompok usia tahun. Terbanyak kedua adalah responden pada kelompok usia tahun yaitu berjumlah 5 orang atau 20 %. Sedangkan responden yang merupakan kelompok terkecil terdapat pada usia tahun yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 8 % dari jumlah seluruh responden. Maka sebagian besar petani yang mengikuti SL PTT Padi Sawah di Poktan Giri

8 47 Mukti II masih termasuk dalam usia produktif karena berdasarkan Badan Pusat Statistik usia produktif terdiri dari tahun, diatas 64 tahun termasuk usia tidak produktif dan dibawah 15 tahun termasuk usia belum produktif Status Petani Status petani dapat dilihat dari hubungan antara petani dengan lahan yang diusahakannya. Status petani yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah yang ada di Poktan Giri Mukti II Desa Sindanggalih, Kecamatan Cimanggung. Keseluruhan petani berstatus sebagai petani pemilik penggarap, mayoritas status petani sebagai petani penggarap menunjukkan tingkat antusiasme petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan petani penggarap dan buruh tani dalam mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah Pendidikan petani Totok Mardikanto dan Sri Sumarni (1982:118) berpendapat bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap adopsi suatu inovasi. Pada kenyataannya, tingkat pendidikan petani hanya bisa menjadi acuan untuk melihat cara berpikir yang mereka lakukan. Pendidikan petani dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu formal dan informal. Pendidikan formal meliputi pendidikan dari SD, SLTP, SMA sampai Perguruan Tinggi/sederajat. Pendidikan informal adalah pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan petani dalaam bertani, meliputi Sekolah Lapang Pengelolaan tanaman terpadu (SL PTT). Pendidikan formal dari petani yang mengikuti penyuluhan SL PTT Padi Sawah hanya sampai tamat SD. Hal ini disebabkan karena rendahnya kepedulian petani terhadap pendidikan formal atau dapat juga disebabkan oleh keadaan

9 48 ekonomi petani yang tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, sektor pertanian khususnya pada subsistem usahatani tidak diminati oleh masyakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan petani yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah tidak adanya petani yang memiliki pendidikan diatas SD. 4.3 Penyuluhan PTT Padi Sawah Melalui SL Pengenalan Program PTT Padi sawah Proses pengenalan program PTT Padi Sawah di Poktan Giri mukti II dilakukan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan tanaman terpadu SL PTT Padi Sawah melalui pendampingan yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian dibawah pengawasan Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sumedang yang dibiayai langsung oleh Departemen Pertanian. Kegiatan ini baru dilakukan pada tahun 2008 yang tahapan pelaksanaannya dimulai dari seleksi benih sampai kepada proses panen. Sebelum kegiatan SL PTT Padi Sawah dimulai dibicarakan terlebih dahulu mekanisme untuk pelaksanaanya. Mekanisme pelaksanaan SL PTT Padi sawah di Poktan Giri Mukti II ialah persiapan, yang mana dalam persiapan SL-PTT Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II dilakukan di areal sawah petani anggota Giri Mukti II situ sendiri dengan luas areal laboratorium lapang untuk proses pembelajaran seluas 1 ha yang telah disepakati bersama. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkat desa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT. Pertemuan di tingkat desa mengikut sertakan perangkat desa, tokoh mayarakat, penyuluh pertanian dari Unit Pelaksana teknis Badan penyuluhan Pertanian

10 49 Perikanan dan Kehutanan Wilayah Jatinangor, Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Jatinangor, ketua Gapoktan dan ketua Kelompok Tani. Pertemuan di tingkat kelompok tani merupakan upaya dalam menginventarisasi kelompok tani seperti nama dan luas garapan masing-masing petani di kawasan SL-PTT dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Dalam pertemuan dibicarakan juga waktu pelaksanaan SL-PTT, kegiatan mingguan, lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran dan kegiatan untuk praktek Pengelolaan tanaman Terpadu Padi Sawah yang disepakati berada pada lahan sawah anggota Poktan Giri Mukti II sendiri Pelatihan SL PTT Padi sawah Setelah dilakukan pengenalan dan persiapan SL PTT Padi Sawah antara anggota Poktan Giri Mukti II dan penyuluh dari Badan Ketahanan pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sumedang, maka baru dilaksanakan pelatihan SL PTT Padi Sawah. Pelatihan SL PTT Padi Sawah dilaksanakan mulai dari seleksi benih. Dimana seleksi benih disini menggunakan air garam sebagai bahan penentu indikatornya. Proses seleksi benih di poktan Giri Mukti II yaitu benih dimasukkan kedalam ember, setelah itu larutan garam dimasukkan secara berlahan-lahan hingga ada benih yang merapung. Lalu Benih yang merapung itu tidak digunakan karena dianggap tidak memenuhi kriteria dan yang digunakan adalah benih yang tenggelam, lalu benih dibilas menggunakan air dan kemudian di biarkan selama satu malam. Setelah seleksi benih selesai pertemuan berikutnya dilaksanakan pada saat pengolahan tanah dan pembuatan

11 50 pesemaian. Persemaian yang dilakukan di Poktan Giri Mukti II adaalah persemaian basah. Lalu pertemuan berikutnya dilakukan saat pemupukan dan pengairan. Setelah itu pertemuan berikutnya lagi dilakukan pada saat tanaman padi dalam fase anakan maksimum, primordia, bunting, berbunga, pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Untuk menambah wawasan dan mengurangi tingkat kerugian bagi petani, diadakan pertemuan nonregular. Pertemuan nonregular ini yaitu pertemuan jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, misalnya serangan hama dan penyakit tanaman yang terjadi secara tiba-tiba. Proses belajar mengajar pada SL- PTT dilakukan pada pagi hari selama 6 jam hal ini bertujuan agar petani peserta mempunyai waktu juga untuk mencari nafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman, pada Tabel 6 dihalaman 61 disajikan jadwal belajar mengajar dan alokasi waktu SL PTT Padi Sawah. Pada agroekosistem di laboratorium lapang setiap subkelompok peserta SL- PTT diwajibkan melakukan pengamatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing-masing. Aspek yang diamati antara lain adalah kondisi cuaca, keadaan air, populasi hama beserta musuh alaminya, tingkat kerusakan tanaman, tingkat kehijauan warna daun padi dengan bagan warna daun (BWD), jumlah anakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamati oleh masing-masing subkelompok dalam kegiatan ini disarankan paling sedikit 3 rumpun untuk memudahkan perhitungan tingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasil pengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan. misalnya apakah dalam satu baris rumpun padi ditemukan atau tidak

12 51 kupu-kupu putih, apabila ada kupu-kupu putih sebanyak tiga ekor dalam satu lajur tanaman maka harus dilakukan pengendalian hama dan penyakit karena kupukupu putih berasal dari ulat. Setelah itu juga dilakukan Pengamatan pada petak laboratorium lapang, pengamatan pada petak laboratorium lapang yaitu dengan mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanaman masing-masing, setiap subkelompok peserta SL-PTT diharuskan pula melakukan pengamatan terhadap agroekosistem dan pertumbuhan tanaman pada petak laboratorium lapang, dan hasil pengamatan dicatat. Setelah itu peserta SL diharuskan menggambar keadaan agroekosistem yang ada pada rumpun padi subkelompoknya. Setiap subkelompok peserta SL- PTT dituntut untuk mampu menggambar keadaan agroekosistem yang digunakan pada dua lembar kertas gambar (karton manila). Lembaran pertama untuk menggambarkan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dan lembar kedua untuk agroekosistem laboratorium lapang. Gambar agroekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret kondisi tanaman dan aspek yang mempengaruhi. Untuk format gambar keadaan agroekosistem yang digambar oleh petani di buat format sebagai berikut : 1. Mereka menulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama subkelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman. 2. Lalu mereka menggambarkan tanaman padi dengan jumlah anakan rata-rata hasil pengamatan dari tiga rumpun yang dipilih secara acak, lebih baik menggunakan pensil berwarna, sesuai dengan warna

13 52 tanaman, misalnya hijau, agak kekuningan, ada garis hijau di tulang daun. Beri catatan di sebelah kiri gambar tentang tinggi tanaman, umur setelah tanam, tanggal semai, tanggal tanam, dan kegiatan yang telah dilakukan pada minggu yang lalu. 3. Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan serangga hama dan musuh alaminya di sebelah kanan gambar. Tuliskan nama dan rata-rata populasi hama dan musuh alami tersebut serta rata-rata kerusakan tanaman (%) dari 1 lajur. 4. Jika ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakit tanaman padi dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakan (%) tanaman yang disebabkan oleh penyakit tersebut. 5. Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan gejala tanaman yang mengalami kekurangan hara. 6. Lalu mereka menggambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dan catat kondisi populasinya. 7. Setelah itu mereka mencatat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklim lainnya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis ataupun berawan. Gambar agroekositem yang dibuat oleh petani di Poktan Giri Mukti II harus sesuai dengan hasil pengamatan kondisi pada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapang. Setelah itu hasil tersebut didiskusikan di subkelompok masing-masing. Dari hasil ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada setiap peserta SL-PTT Poktan Giri Mukti II di masing-masing

14 53 subkelompok, sehingga mereka mengetahui apa yang harus dilakukan pada lahan sawah mereka. Kegiatan diawali dengan diskusi, penyuluh memberikan penjelasan dan menghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usahatani, misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untung rugi setiap kegiatan yang dilakukan. Setelah itu baru masuk pada tahap diskusi pleno. Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkan hasil analisis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas. Kesimpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh subkelompok, terutama yang terkait dengan tanaman di laboratorium lapangan. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakil ketua subkelompok, terutama untuk mencegah tanaman dari kerusakan. Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani peserta SL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yang dihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani berbicara di depan umum. Bila di kemudian hari ada kunjungan aparat dari dinas pertanian dan institusi lainnya, mereka sudah mampu berbicara tentang kondisi usahataninya. Dalam hal ini, penyuluh hanya berperan sebagai fasilitator. Setelah itu baru masuk pada topik khusus. Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalah nonteknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya, dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahan khusus, penyuluh mengambil inisiatif agar diskusi dapat berlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraan munculnya hama pada musim tertentu. Setelah itu diadakanlah dinamika kelompok. Kegiatan dinamika kelompok diperlukan untuk menambah wawasan peserta SL-PTT tentang beberapa hal,

15 54 seperti kerja sama, komunikasi, dan organisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau subkelompok, tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukung para peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri. Baru kemudian masuk pada studi khusus. Agar peserta SL-PTT Padi Sawah dapat memahami konsep, prinsip, dan implementasi teknologi PTT Padi sawah secara benar, maka perlu materi penunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana, mudah dilaksanakan, waktu relatif singkat, dan dapat cepat menjawab permasalahan petani. Studi khusus dapat dilakukan di petak sekolah lapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini, yang melakukan studi adalah petani sendiri. Kemudian baru masuk pada evaluasi pencapaian. Evaluasi pencapaian dilihat dari tingkat kehadiran, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materi yang dipelajari dalam SL-PTT Padi Sawah, serta tingkat implementasinya di lahan sekolah lapang atau disebut laboratorium lapangan. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan pada saat kegiatan SL PTT berlangsung dan kegiatan balog box. Balog box yaitu semacam tes atau pertanyaan dari penyuluh kepada petani yang mengikuti kegiatan SL PTT Padi Sawah guna mengetahui sejauh mana pengetahuan petani tentang pengelolaan tanaman terpadu padi sawah yang telah diberikan.

16 55 Tabel 6. Jadwal pertemuan dalam satu hari. Waktu Alokasi Kegiatan waktu (menit Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu Pengamatan agroekosistem di sawah SL dan di LL (komponen yang diamati tergantung kepada fase pertumbuhan tanaman) Menggambar keadaan agroekosistem Diskusi subkelompok (proses analisis) Diskusi pleno (pemaparan kesimpulan, dan keputusan tiap subkelompok) Rehat Dinamika kelompok (mengakrabkan peserta) Topik khusus Evaluasi pencapaian hasil hari itu *Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT Sebelum memberikan penyuluhan kepada masyarakat, setiap penyuluh mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Sumedang setiap dua minggu sekali. Kegiatan ini dilakukan guna melatih dan membina penyuluh agar bisa menyampaikan informasi kepada sasaran dengan tepat. Penyuluhan yang berhasil tersebut akan tercapai apabila penyuluh dapat menguasai materi penyuluhan dan pandai melakukan komunikasi dengan para petani sebagai anggota penyuluhan. Oleh karena itu, penyuluh pertanian dituntut untuk bersifat polivalen, yaitu menguasai seluruh materi yang berhubungan dengan pertanian secara luas, baik dari bidang pertanian itu sendiri, Khususnya PTT Padi Sawah. Pengenalan informasi yang ditujukan melalui kelompok tani pada program PTT Padi Sawah ini terdiri dari duabelas Komponen yaitu enam komponen utama dan enam komponen pilihan. Enam komponen utama PTT yang digunakan di Poktan Giri Mukti II yaitu penanaman varietas padi ungul baru yaitu yang sesuai dengan

17 56 lingkungan setempat, penggunakan benih bermutu dan berlabel dengan cara rendam benih dalam larutan garam/za dan ambil benih ambil yang tenggelam, pengaturan Populasi tanaman, antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan jajar legowo, pupuk tanaman dengan bahan organik dengan cara pengembalian kembali jerami ke lahan sawah dengan cara di benam atau diolah menjadi kompos, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian organisme peganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama/penyakit terpadu yaitu dengan penggunaan secara bijaksana, sedamgkan enam komponen pilihannya yaitu pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, penggunaan bibit muda < 21 hari, tanam Bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien,penyiangan dengan landak atau gasrok, panen tepat waktu dan gabah segera di rontok 1. Penggunaan benih varietas unggul Benih varietas unggul merupakan benih yang ditujukan untuk meningkatkan hasil produksi padi. Benih varietas unggul yang digunakan di Poktan Giri Mukti II adalah Ciherang dan varietas lokal yang digunakan adalah Midun dan Sunami. Petani di Poktan giri Mukti II masih menanam benih lokal dikarenakan benih lokal yang mereka tanam cocok dengan keadaan disana. Padahal benih unggul yang diberikan pemerintah lebih baik daripada benih lokal yang mereka gunakan, seperti usia benih varietas unggul lebih pendek dari benih lokal yang mereka gunakan, untuk Ciherang dan IR64, yaitu 3-4 bulan bisa dipanen dan tentu saja memungkinkan padi bisa ditanam sebanyak 3 kali dalam waktu 1 tahun. Sedangkan benih lokal seperti Sunami dan Midun usianya bisa lebih panjang yaitu

18 57 mencapai 5-6 bulan baru bisa panen. Selain itu benih kualitas unggul usia dipersemaian tergolong singkat yaitu hari, sedangkan untuk benih lokal usia persemaian bisa mencapai hari untuk dapat ditanam di sawah. Dan untuk produksi di Poktan Giri Mukti II penggunaan benih unggul seperti Ciherang dan IR64 produksi yang dicapai bisa mencapai 5-7 ton per hektar sedangkan untuk benih lokal seperti Sunami dan Midun produksi yang dicapai hanya 4,5-5 ton per hektar. 2. Benih bermutu dan berlabel Cara menguji mutu benih di Poktan Giri Mukti II ialah dengan merendam benih kedalam larutan garam. Yaitu dengan menyiapkan ember yang berisikan air biasa, baru kemudian dimasukkan telur bebek, setelah itu baru kemudian dimasukkan larutan garam secara berlahan-lahan guna menguji apakah kadar garam tersebut sudah cukup apa belum. Telur bebek digunakanlah yaitu sebagai alat ukur atau patokan yang digunakan oleh penyuluh untuk mengetahui apakah kadar garam dalam air tersebut sudah sesuai atau belum, apabila telur bebek telah mengapung atau sampai ke permukaan maka kadar garam yang tersebut sudah cukup atau memenuhi kriteria dan baru kemudian dapat dimasukkan benih. Setelah benih dimasukkan ke dalam ember, setelah itu lalu diaduk maka benih yang kurang baik akan mengapung dan benih yang baik akan tenggelam, setelah itu benih lalu dibilas dengan air lalu direndam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam. Benih bermutu dan berlabel di Poktan Giri Mukti II yang dianjurkan oleh penyuluh yaitu Ciherang dan IR64.

19 58 3. Pemberian bahan organik Untuk bahan organik yang diberikan di Poktan Giri Mukti II adalah dari kompos jerami. Jerami sebanyak 10 kg dipotong-potong sehingga jerami berukuran panjang sekitar 5-10 cm, lalu dicampur dengan dedak sebanyak 0,5 kg dan sekam sebanyak 10 kg, setelah itu siapkan juga EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml). Kemudian siapkan molases atau gula sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya. Setelah itu Buat larutan dari EM4, molasses / gula dan air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml :1 liter air. Bahan jerami, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai yang kering. Bahan disiram dengan mengggunakan larutan EM4 secara perlahan dan bertahap hingga membentuk adonan yang jika dikepal dengan tangan tidak ada air yang keluar begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar 30%). Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah Gundukan setinggi cm, ditutup dengan karung goni/terpal selama 7-14 hari dengan suhu bahan dipertahankan antara 40-50ºC. Jika melebihi 50ºC, maka penutup dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya ditutup kembali. 4. Pengaturan jarak tanam dan jajar legowo Jajar legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman diselingi oleh 1 baris kosong, jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah. Di Poktan Giri Mukti II menggunakan jajar legowo 4:1, yaitu dengan jarak tanam 25x25 cm pada baris dan 12,5 cm pada kolam. Setiap empat baris tanaman diberi jarak 50 cm.

20 59 Gambar 3. Jajar Legowo 4;1 dan konvensional Keunggulan legowo ini adalah untuk meningkatkan produksi padi dan mengurangi kemungkinan serangan hama serta dapat menekan serangan penyakit, Karena pada tanam sistem legowo ini tanaman berjarak dan ada lowong hingga memudahkan untuk memantau atau mengamatinya, selain itu hama dan penyakit tidak suka karena jaraknya yang renggang serta penyinaran matahari yang langsung. Berbeda dengan sistem tanam konvensional, tanaman yang ditanam rapat-rapat 22x22 cm dan tidak adanya lorong seperti jajar legowo.tidak ada lorong inilah mengakibat intensitas penyinaran matahari kurang sehingga hama penyakit dapat dengan mudah menyerang, selain itu petani tidak dapat mengamati keadaan di tengah sawah, mereka hanya dapat melihat yang dipinggir saja. Keadaan seperti di atas itulah yang membuat petani di Poktan Giri Mukti II beralih menggunakan sistem tanam legowo. Di Poktan Giri Mukti II pola tanam legowo sudah mereka lakukan semenjak PTT Padi Sawah mulai dicanangkan di daerah tersebut yaitu sejak tahun 2008 dan untuk benih lokal sekalipun mereka juga menggunakan pola tanam legowo ini.

21 60 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan unsur hara tanah di Poktan Giri Mukti II dilihat dari kandungan N didalam tanah, untuk mengukurnya digunakan Bagan warna daun (BWD). Alat ini digunakan di Poktan Giri Mukti II karena mudah digunakan dan tidak mahal. Cara menggunakan BWD ialah Pilih acak 10 rumpun sehat pada hamparan seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh dan taruh bagian tengah daun di atas BWD, kemudian bandingkan warna daun dengan warna panel, jika warna diantara 2 skala, ambil nilai rata-rata, dan pada saat mengukur warna daun dengan menggunakan BWD usahakan jangan menghadap sinar matahari. 6. Pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) dengan pendekatan pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) Pengendalian hama penyakit tanaman dengan pendekatan pengendaalian hama terpadu di Poktan Gri Mukti II dilakukan dengan mengamati jumlah hama dan jumlah musuh alami yang ada. Jika jumlah musuh alami lebih banyak dibanding jumlah hama maka tidak dilakukan penanggulangan, akan tetapi bila jumlah hama lebih banyak dibandingkan dengan musuh alami baru dilakukan penyemprotan, tetapi lebih dianjurkan menggunakan pestisida organik. 7. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah di Poktan Giri Mukti II terdiri dari beberapa tahap yaitu pembersihan, pencangkulan pembajakan dan penggaruan. Teknologi

22 61 merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bidang, termasuk bidang pertanian. Seperti halnya bidang industri yang berkembang pesat karena berkembangnya teknologi modern, bidang pertanian juga diharapkan dapat berkembang lebih pesat karena didukung oleh penggunaan teknologi modern. Penerapan teknologi modern pada bidang pertanian pertama kali dilakukan pada tahap pengolahan tanah, yaitu penggunaan mesin pembajak tanah yang dinamakan traktor. Penggunaan traktor diharapkan dapat membantu petani dan mempercepat proses pengolahan tanah. Jika menggunakan alat tradisional seperti cangkul membutuhkan waktu yang lama dan orang yang banyak, dengan menggunakan traktor hanya membutuhkan satu orang untuk mengendalikan serta dalam waktu yang jauh lebih cepat sehingga dianggap dapat membantu proses peningkatan hasil produksi padi. 8. Penggunaan bibit muda (< 21 hari) Penggunaan bibit muda < 21 hari yaitu agar bibit tidak stres akibat pencabutan bibit di persemaian, pengangkutaan dan penanaman kembali di sawah. 9. Penanaman bibit 1-3 batang per rumpun Penanaman bibit 1-3 batang per rumpun dimaksudkan agar hasil tumbuhnya lebih baik karena mengurangi persaingan antar bibit dalam rumpun yang sama. di Poktan Giri Mukti II penanaman 1-3 batang bibit per rumpun sudah diketahui oleh petani melalui pendidikan SL PTT Padi Sawah.

23 Pengairan secara efektif dan efisien Pengairan secara efektif dan efisien adalah pengairan secara berselang sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh penyuluh pada saat pendidikan SL PTT Padi Sawah. Teknik pengairan berselang yaitu areal pertanaman diatur pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian pada dalam periode tertentu. di Poktan Giri Mukti II pengairan secara berselang dilakukan setelah menanam bibit. Setelah itu sawah diairi dalam kondisi macakmacak. Baru kemudian Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari. Lalu sawah dibiarkan mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari). Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. Lalu sawah dibiarkan mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm. Hal tersebut diulangi sampai tanaman masuk stadia pembungaan. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, setelah itu baru kemudian lahan dikeringkan. 11. Penyiangan dengan landak atau gasrok Penyiangan dengan landak atau gasrok di Poktan Giri mukti II biasanya dilakukan menjelang 21 hari setelah tanam, dan penyiangan selanjutnya dilihat berdasarkan pada kepadatan gulma. Para petani disini lebih suka memakai gasrok karena lebih hemat tenaga disbanding memakai cangkul. 12. Panen tepat waktu dan gabah segera di rontok Panen tepat waktu di poktan giri mukti II dilakukan paada saat sebagian besar gabah berwarna kuning atau menurut penyuluh sebagian besar gabah (90-95%)

24 63 berwarna kuning. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kehilangan hasil karena kerontokan gabah di sawah. 4.4 Mekanisme Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II Masyarakat desa Sindanggalih khususnya Poktan Giri Mukti II seperti juga masyarakat tradisional pada umumnya merupakan masyarakat agraris yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil usahatani. Sistem usahatani persawahan sudah dilakukan dulu. Kondisi lahan pertanian di tempat tinggal mereka yaitu desa sindanggalih yang cocok untuk tanaman padi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk bermata pencaharian utama sebagai petani padi sawah. Sistem usahatani padi sawah yang mereka jalankan disesuaikan dengan kondisi lahan dan lingkungan. Sama seperti pedesaan lain pada umumnya, teknik dan teknologi yang diterapkan oleh petani masih bersifat tradisional. Selain itu didukung pula oleh pemilihan sarana dan prasarana usahatani, seperti jenis benih, pupuk, serta cara bercocok tanam yang disesuaikan dengan keadaan disana. Tujuan menjalankan usahatani adalah untuk bisa memenuhi kebutuhan pangannya, bukan untuk mencari keuntungan. Sekalipun hasil tani padi yang mereka peroleh lebih dari cukup, tetapi mereka tidak menjualnya semua, melainkan sebagian digunakan untuk dikonsumsi sendiri. Selain itu juga tujuan mereka menjalankan usahatani menurut beberapa petani ialah untuk memenuhi amanat leluhur dan menjalankan mandat kultural, yaitu mengolah alam dan lingkungan, mengatur alam dan lingkungan, serta memelihara alam dan lingkungan. Kondisi ini terjadi sebelum PTT Padi Sawah mulai masuk ke dalam

25 64 kehidupan pertanian masyarakat dan memperkenalkan teknik dan teknologi baru yang mengubah perilaku berusahatani masyarakat. Sejak sistem PTT Padi Sawah diperkenalkan, perilaku berusahatani masyarakat berubah dan tidak lagi mengacu pada adat dan kebiasaan. Pemilihan sarana dan prasarana usahatani, seperti jenis benih, pupuk, serta teknik dan teknologi dilakukan dengan perhitungan untuk memenuhi mencari keuntungan. Program PTT Padi Sawah bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi padi agar dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Penyuluhan melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah ditujukan langsung kepada petani padi sebagai pelaku utama melalui kelompok-kelompok tani yang sengaja dibentuk untuk memudahkan proses pemberian dan penyaluran informasi. Proses pengenalan program PTT Padi Sawah kepada masyarakat berlangsung dari tahun 2008 secara terus menerus setiap tahunnya hingga menciptakan ketertarikan pada petani secara sukarela. Setelah melalui proses yang panjang selama bertahun-tahun, perubahan mulai terlihat dari perilaku usahatani mereka. Keberhasilan penyuluh dalam memberikan bukti nyata keuntungan yang didapat melalui lahan percobaan telah mengubah pola pemikiran petani untuk mengikuti sistem usahatani baru yang diterapkan. Proses pengenalan program PTT Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II berlangsung secara terus menerus dan memakan waktu yang cukup lama sebelum akhirnya benar-benar diterapkan oleh para petani. Perubahan sistem usahatani terjadi dimana para petani mulai meninggalkan teknik usahatani dan teknologi pertanian tradisional dan mulai beralih menerapkan teknik usahatani dan teknologi

26 65 pertanian yang baru yang diperkenalkan oleh pemerintah melalui kegiatan SL PTT Padi Sawah. Setelah hampir 4 tahun, pengenalan melalui program tersebut baru memperlihat hasil. Keberhasilan terlihat dari petani mulai beralih dan menerapkan informasi yang diberikan melalui penyuluhan setelah mereka melihat sendiri hasil yang diperoleh dari demplot atau lahan percobaan. Namun, sekalipun dikatakan telah berubah, bukan berarti mereka merubah sepenuhnya kebiasaan bertani yang telah mereka lakukan sejak mereka mulai bertani, melainkan tetap menerapkan sistem usahatani tradisional disamping sistem usahatani modern. Tabel 7. Perubahan Prilaku Sistem Usahatani Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II Sebelum dan Setelah PTT Padi Sawah Setelah Program PTT Sebelum Program PTT Perubahan Padi sawah Padi Sawah -Tujuan bertani -Penggunaan Benih -Pola Tanam -Sisa jerami - Untuk memenuhi kebutuhan pangan - Benih yang digunakan hanya benih lokal (Midun, Sunami) - Konvensional - Diberikan ke ternak, di bakar -Sudah mulai ke arah komersil -Sudah menggunakan benih unggul (Ciherang,Ir 64). -Jajar Legowo 4;1 - Seleksi Benih menggunakan air garam Jenis Benih Benih padi yang digunakan dalam usahatani padi sawah di Poktan Giri Mukti II terdiri dari 4 macam, yaitu benih jenis Ciherang, IR 64, Midun, dan jenis Sunami. Benih Midun merupakan benih varietas lokal yang telah ditanam sejak jaman nenek moyang mereka. Benih ini memiliki ciri khas yang membedakan dengan benih lainnya, diantaranya usia padi jenis Midun adalah 6 bulan sejak

27 66 masa persemaian hingga panen, dengan usia benih di persemaian 40 hari. Ciri khas lain yang membedakan jenis padi lokal ini dengan jenis padi unggul adalah batangnya yang tinggi dengan ukuran maksimal 1,5 m. Semakin tinggi batang semakin merunduk. Batang tubuhnya kekar walaupun anaknya sedikit, tetapi kualitasnya tidak dapat dipungkiri lagi. Benih yang akan ditanam didapatkan secara gratis dari hasil panen padi yang sebelumnya telah disisihkan untuk dijadikan benih kembali, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya dalam penyediaan benih. Baru pada musim tanam kedua, benih Midun mulai digantikan oleh benih padi jenis Sunami yang juga masih merupakan benih lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh semakin menurunnya kualitas padi jenis Sunami yang digunakan secara terus menerus. Benih Sunami yang diusahakan petani di Poktan Giri Mukti II dengan usia 4-5 bulan per masa tanam yang dihitung sejak proses persemaian dimulai. Usia benih Sunami di persemaian adalah 40 hari. Tinggi padi Sunami sama seperti padi Midun, yaitu dengan tinggi maksimal 1,5 m. Penyediaan benih Sunami didapatkan secara gratis dari hasil panen padi yang telah disisihkan untuk dijadikan benih kembali. Baru pada tahun 2008, benih varietas unggul berjenis Ciherang mulai ditanam oleh Petani di Poktan Giri Mukti II. Hal ini dikarenakan adanya pembagian benih gratis dari pemerintah melalui penyuluh sebagai pengenalan program PTT Padi sawah. Benih unggul yang diperkenalkan adalah Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW). Alasan petani menggunakan benih unggul pada

28 67 usahataninya adalah agar produksi padi lebih meningkat sehingga keuntungan yang dperoleh semakin besar. Benih varietas unggul ini diusahakan oleh petani karena hasilnya jauh lebih banyak dibanding benih lokal. Usia benih unggul Ciherang dipersemaian lebih singkat, yaitu hanya < 21 hari saja. Tinggi batangnya juga lebih pendek, yaitu rata-rata hanya mencapai 80 cm dengan tinggi maksimal 1 meter. Proses pemeliharaan benih unggul dianggap lebih cocok dan masih bisa diusahakan dalam kondisi pertanian Di Poktan Giri Mukti II. Selain itu, usia padi varietas unggul yang lebih cepat menarik perhatian petani untuk bisa menghasilkan padi lebih cepat. Namun Jika benih unggul ditanam lebih dari 2 kali berturut turut, kualitas hasil buruk. Beras yang dihasilkan tidak padat dan rasanya kurang enak. Benih padi yang digunakan petani di Poktan Giri Mukti II mengalami perubahan dalam waktu yang cukup lama. Benih Midun merupakan benih yang telah lama digunakan petani masih digunakan secara kuat di sini walaupun sudah diperkenalkan benih unggul baru seperti Ciherang. Tabel 8. Perubahan Penggunaan Benih pada Sistem usahatani Padi Sawah di Poktan Giri Mukti II Sebelum dan Setelah PTT Padi Sawah Setelah Program PTT Padi Sebelum Program PTT Perubahan sawah Padi Sawah Penggunaan Benih Penggunaan benih lokal: - Midun - Sunami Penggunaan benih lokal disertai benih unggul: Midun,Sunami,Ciherang, IR 64

29 Persemaian Kegiatan persemaian dimulai dalam waktu yang telah diperkirakan. Waktu memulai persemaian ditentukan masyarakat Poktan Giri Mukti II yaitu pada saat musim hujan akan tiba yaitu dengan melihat perhitungan kalender. Sebelum menebar benih, lahan persemaian harus diolah terlebih dahulu supaya lahan telah siap ketika tiba waktu menebar. Petani di Poktan Giri Mukti II mengolah lahan menebar benih dengan tujuan supaya rumput pengganggu tidak tumbuh dan tanah menjadi subur untuk menjaga kekuatan bibit padi. Proses pengolahan tersebut dilakukan dengan cara mencangkul kasar tanah yang akan dijadikan lahan persemaian. Tanah yang telah diolah kemudian didiamkan sebelum di tebar. Sehari sebelum waktu tebar, petani mengolah lahan untuk yang kedua kalinya. Proses pengolahan tanah ini dilakukan dengan mencangkul sebanyak 3 kali. Pertama, tanah dicangkul kasar, dengan hanya membalikkan saja. Tahap kedua, tanah dihaluskan, hingga tanah diratakan pada tahap terakhir. Teknik ini dilakukan agar tanah gembur untuk pertumbuhan tanaman padi. Kemudian, petani menyiapkan benih yang telah diseleksi terlebih dahulu melalui air garam untuk ditebar. Keesokan harinya, benih ditebar diatas tanah yang telah diolah, kemudian ditutup kembali dengan tanah supaya tidak terbawa angin. Dalam penggunaan benih, pemberian pupuk dan obat pembasmi hama, pupuk yang ditebarkan diatas tanah adalah pupuk organik yang terdiri dari campuran kotoran seperti kotoran domba kotoran manusia yang telah mengering, sampah organik yang membusuk dan jerami sisa panen terdahulu. Untuk mengusir hewan pengganggu seperti

30 69 burung yang sering memakan gabah padi, petani sengaja membuat orang-orangan sawah serta bentangan tali yang telah dipasang kaleng-kaleng bekas sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian yang nyaring ketika ditarik-tarik. Racikan obat pembasmi organik dari tanaman dengan bau yang tidak disukai hewan pengganggu juga digunakan untuk mengusir hewan tersebut. Pengolahan tanah untuk persemaian dan penebaran benih dilakukan oleh tenaga kerja pria, sedangkan kegiatan babut (mencabut benih) dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Penggunaan tenaga kerja dalam persemaian juga tergantung dari luasnya lahan persemaian. Untuk membuat lahan semai seluas 0,015 ha hanya dibutuhkan 3 orang saja. Biasanya dilakukan oleh tenaga kerja pria dalam keluarga. Alat yang digunakan untuk mengolah lahan ada yang menggunakan traktor dan alat tradisional berupa cangkul. Lahan persemaian yang tidak terlalu luas menjadi alasan bagi sebagian petani untuk tidak mempekerjakan buruh tani dan tidak menggunakan mesin traktor, untuk menghemat biaya pengupahan dan biaya penyewaan alat. Tabel 9. Perbedaan Tahap Persemaian Pada Usahatani Padi di Poktan Giri Mukti II Sebelum dan Setelah Program PTT Padi Sawah No. Item Sebelum Setelah 1. Seleksi Benih Tidak memakai seleksi benih 2. Sisa jerami Diberikan ke ternak, di bakar 3. Pemberian pupuk Tradisional dan Obat pembasmi 4. Perlakuan terhadap bibit Dipotong atasnya dan dilempar untuk ditanam Seleksi Benih menggunakan air garam Di tanam kembali lalu diolah menjadi kompos Semi modern (memakai pupuk buatan dan pupuk pabrik) Tidak dipotong atasnya, dimasukkan ke dalam nampan baru di tanam

31 Pengolahan Lahan Setelah benih ditebar, petani pria mulai menyiapkan lahan sawah untuk menanam bibit padi. Seperti dalam usahatani padi sawah pada umumnya, pengolahan dimulai dengan proses pembajakan tanah. Pada proses ini, tanah dibalik agar unsur hara yang terdapat di dalam tanah tersebar merata. Ini dimaksudkan agar bibit yang akan ditanam dapat tumbuh dengan mudah, karena tanah menjadi gembur dan memudahkan akar muda yang tumbuh menembus mencari makan. Tanah dicangkul kasar, Sehari sebelum waktu tebar, petani mengolah lahan. Proses pengolahan tanah ini dilakukan dengan mencangkul sebanyak 3 kali. Pertama, tanah dicangkul kasar, dengan hanya membalikkan saja. Tahap kedua, tanah dihaluskan, hingga tanah diratakan pada tahap terakhir. Teknik ini dilakukan agar tanah gembur untuk pertumbuhan tanaman padi. Kemudian, petani menyiapkan benih yang akan ditebar. saat ini sebagian besar masyarakat sudah menggunakan mesin traktor. Kemudian, pupuk organik berupa kotoran sapi dan ayam ditebarkan diatas tanah untuk menggeburkan tanah. Setelah itu, tanah dibiarkan sambil menunggu usia benih siap untuk dipindahkan pada waktu tanam. Setelah bibit cukup umur dan siap dipindahkan, waktu tanam tiba dan lahan sawah yang telah dibiarkan kembali diolah. pengolahan tanah dilakukan sebanyak 3 tahap. Pertama, tanah dicacag (dicangkul kasar), kemudian masuk ke proses ngangler (menghaluskan tanah dengan menggunakan kaki). Tahap terakhir dilakukan dengan menggunakan

32 71 media pohon pisang yang dipaseuk (diikat dibagian ujung dan dilubangi supaya bisa berputar menyerupai bajak). Paseuk tersebut ditarik untuk meratakan tanah. Selain dengan hanya menggunakan cangkul, beberapa petani padi yang memiliki hewan ternak berupa kerbau memanfaatkannya untuk membantu membajak tanah. Membajak adalah proses membalik tanah agar unsur hara yang terdapat di dalam tanah tersebar merata. Kerbau bertugas untuk menarik bajak (kayu dengan bagian bawah bergerigi untuk membalikkan tanah) dengan petani sebagai pemegang kendali. Penggunaan bajak lebih efisien dibandingkan jika hanya menggunakan cangkul, walaupun cangkul masih dibutuhkan untuk mengolah tanah yang tidak terkena bajak seperti bagian pinggir dan pematang. Setelah dibajak, tanah dibiarkan kemudian diolah kembali dengan menggunakan garu, yaitu alat yang menyerupai garpu besar untuk meratakan tanah. Setelah program PTT Padi sawah mulai masuk ke kehidupan petani, alat yang digunakan untuk membajak tanah yang hanya digunakan oleh sebagian petani adalah traktor karena perhitungan waktu yang lebih efisien. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum waktu tanam. Pembajakkan tanah dengan menggunakan traktor hanya dilakukan satu kali putaran saja, tidak berkali-kali seperti menggunakan cangkul. Penggunaan traktor ini dapat membantu petani dalam proses pengolahan tanah tanpa memakan waktu yang lama dan tenaga yang banyak. Namun, penggunaan traktor ini tidak efektif karena tidak seluruh kotakan sawah dapat dibajak sehingga penggunaan cangkul masih dibutuhkan. Bagianbagian yang tidak terbajak traktor seperti pinggiran kotakan sawah dibajak dengan menggunakan cangkul. Begitu pula dengan pematang sawah dan saluran air. Jika

33 72 ada jukut kolot (rumput tua) yang ada sebelum bibit ditanam, dilakukan proses ngarambas (membersihkan rumput tua) terlebih dahulu. Kegiatan ini dilakukan agar makanan dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi tidak diserap oleh rumput sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Tenaga kerja yang bertugas untuk mengolah tanah sawah adalah tenaga kerja pria. Jumlah tenaga kerja pria yang dibutuhkan untuk mengolah tanah sawah tergantung dari luas sawah yang diolah. Begitu pula tenaga kerja wanita yang dibutuhkan untuk membersihkan rumput disesuaikan dengan luas lahan sawah. Sebelum ada traktor untuk mengolah lahan sawah membutuhkan tenaga kerja yang banyak karena penggunaan alat tradisional agar dapat selesai lebih cepat. Namun, penggunaan tenaga kerja yang banyak dalam satu tempat memberikan kesempatan bagi mereka untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain sehingga secara tidak langsung semakin mempererat rasa persaudaraan dan kekeluargaan diantara petani. Saat ini, setelah ada traktor hanya membutuhkan beberapa orang saja untuk mengendalikan traktor dan mencangkul bagian yang tidak terjangkau oleh traktor. Pengurangan tenaga kerja dan penggunaan alat pertanian modern yang tidak membutuhkan tenaga kerja manusia yang banyak telah mengubur salah satu fungsi sawah sebagai media komunikasi dan mengurangi kesempatan petani untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi.

34 73 Tabel 10. Perbedaan antara Alat Pengolahan Lahan Tradisional dengan Mesin Traktor Yang Digunakan Pada Sistem Usahatani Padi No Item Alat Pengolahan Lahan Tradisional Mesin Traktor 1 Penggunaan tenaga kerja Banyak Sedikit 2 Biaya Pengupahan Tinggi Rendah 3 Waktu Pengolahan Lama Cepat 4 Komunikasi dan Interaksi Tinggi Semakin Berkurang Teknologi pengolahan tanah yang digunakan petani di Poktan Giri Mukti II mengalami perubahan dari tradisional menjadi semi modern. Hal ini terlihat dari pengolahan tanah sebelum adanya PTT Padi Sawah yang menggunakan teknologi tradisional, seperti cangkul, bajak hewan, garu, dan paseuk. Setelah SL PTT Padi Sawah, penggunaan alat pengolahan tanah mulai beralih menggunakan alat modern, yaitu traktor. Namun, kemampuan kerja traktor yang terbatas karena tidak bisa menjangkau semua bagian menyebabkan penggunaan cangkul masih dibutuhkan sehingga masih tetap bergantung pada teknologi tradisional Penanaman Masa tanam dimulai jika usia bibit di persemaian sudah matang (< 21 hari) tergantung jenis benih jika benih lokal bibit di persemaian bisa mencapai 30 hari. Cara menanam padi dengan sistem legowo 4;1 di Poktan Giri Mukti II adalah 25x25 cm dan setiap empat rumpun padi diberikan jarak 50 cm. Saat masih menggunakan benih Midun, petani meletakkan 5-7 anakan bibit dalam satu lubang, tetapi bila menggunakan Ciherang petani menanam 3-4 bibit per lubang. Setelah itu, bibit yang telah ditanam didiamkan hingga masa pemeliharaan pertama tiba, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tanam, atau hingga padi terlihat hijau dan rumput mulai terlihat banyak.

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN Ameilia Zuliyanti Siregar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian zuliyanti@yahoo.com,azs_yanti@gmail.com Pendahuluan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! Persemaian padi sangat penting sekali sebelum kita melakukan penanaman. Untuk memperoleh hasil yang baik pertama tama kita menentukan jenis varietas Padi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, kedua desa tersebut merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta No. 05 / Brosur / BPTP Jakarta / 2008 PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI JAKARTA DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 12 34 sampai 110 31 08 Bujur Timur dan antara 7 44 04 sampai 8 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT 1. Partisipatif Petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Uns Ke 41 Tahun 2017 "Peranan SDM Pertanian dan Perkebunan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional" Tingkat Penerapan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19

BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB Monday, 26 September :56 - Last Updated Wednesday, 20 February :19 BUDIDAYA TANAMAN PADI SECARA ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI Bio~FOB 1 / 15 2 / 15 2011 SOP BUDIDAYA PADI ORGANIK BERBASIS TEKNOLOGI BIO~FOB (Semi organic dan Full organic) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar belakangi oleh beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Tanam SRI Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan penyinaran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci