KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DI SMA NEGERI 1 RANTAU

dokumen-dokumen yang mirip
Agni Danaryanti dan Adelina Tri Lestari

METODE PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Siti Mawaddah, Fenty Ayu Prichasari

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

Siti Mawaddah, Raihanatul Jannah

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JUCAMA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Elli Kusumawati, Manopo

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING KELAS VIII SMP

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Siti Mawaddah, Yulianti

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 24-31

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

PENGARUH MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ANALISIS REAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN MEKANISTIK

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

PENGARUH GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DI SMP. Agni Danaryanti, Herlina Noviani

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM. Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

PROSIDING ISBN :

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Endang Srininsih SMP NEGERI 4 MATARAM

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DI SMP

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (DISCOVERY LEARNING)

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA KORPRI BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI AJAR USAHA-ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Tanjugsiang Subang Tahun Pelajaran 2014/2015)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KONSEP REAKSI REDOKS KELAS X MAN MUARO BUNGO KARYA ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MELATIH KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

ABSTRAK MENGATASI KESULITAN MEMAHAMI KONSEP SISTEM REGULASI MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF PADA SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB V PENUTUP. 1. Kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model Problem Based. variabel (SPLKDV) di kelas X IPA 2 SMAN 1 Simpang Empat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 UBUKLINGGAU.

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 15 BANJARMASIN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Kata Kunci : Pembelajaran IPA MI, Make a Match, Prestasi Belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SMPN 7 BANDA ACEH ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel A, kita mengatakan arah variabel itu dari A ke B bukan dari B ke A.

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

PENERAPAN STRATEGI QUESTIONS STUDENTS HAVE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X8 SMAN 9 PADANG

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MEMERIKSA BERPASANGAN (PAIR CHECKS)

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENERAPAN STRATEGI RELATING EXPERIENCING APPLYING COOPERATING TRANSFERRING (REACT) DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI DI KELAS X SMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Transkripsi:

180, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DI SMA NEGERI 1 RANTAU Karim dan Desy Rahmalia Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin Email: karim_fkip@unlam.ac.id; desyrahmalia@gmail.com Abstrak: Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan untuk di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru matematika dan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Rantau, didapat informasi bahwa kemampuan berpikir kritis siswa belum pernah terukur, kemampuan siswa dalam mengemukakan ide dan pendapat akan pokok permasalahan matematika masih dalam golongan rendah, hal ini terlihat dari tidak adanya siswa yang bertanya atau berpendapat setelah guru menjelaskan, masih ada siswa yang kesulitan dalam perhitungan dan penghapalan rumus akibat selalu menunggu dan mengandalkan penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian menyalin kembali apa yang guru tuliskan di papan tulis. Setiap ada pertanyaan, siswa cenderung menunggu jawaban dari guru karena kurang percaya diri untuk mengungkapkan ide hasil pemikirannya sendiri. Siswa juga kurang paham dalam pemecahan masalah, dalam hal ini siswa tidak tahu tujuan dari soal yang diberikan karena malu untuk bertanya sehingga sulit dalam penggunaan konsep yang telah dipelajari. Tujuan pada penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching di SMA Negeri 1 Rantau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Rantau tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 265 siswa. Teknik sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, serta wawancara. Teknik analisis data menggunakan rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 1 Rantau termasuk ke dalam klasifikasi sedang pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat, dan tinggi pada pertemuan kelima dan keenam. Kata kunci: kemampuan berpikir kritis, reciprocal teaching Kemampuan berpikir kritis sudah seharusnya ditanamkan kepada generasi muda Indonesia sebagai bekal dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks dimana informasi merambat dengan sangat cepat melalui jejaring sosial di dunia maya. Tanpa kemampuan berpikir kritis, generasi muda Indonesia akan cenderung menerima semua informasi dari seluruh dunia tanpa dipikirkan secara cermat dan bijak untuk menyaring informasi 180

Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 181 yang benar dan terpercaya. Saat menempuh pendidikan, kemampuan berpikir kritis juga sangat diperlukan dalam pemantapantujuan, menentukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut, melakukan pertimbangan atas konsekuensi yang mungkin akan timbul akibat cara yang digunakan, menguji asumsi, membuat kesimpulan, dan melakukan evaluasi hasil capaian. Kemampuan berpikir kritis dan berargumen dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah, yang menekankan pada sistem dan struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang ketat antara suatu unsur dengan unsur lainnya. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar karena anggapan mereka tentang matematika yang sulit dan perlu berpikir dengan keras serta otak yang cerdas sehingga tidak banyak siswa yang mampu memahami matematika untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Anggapan ini sama dengan anggapan siswa SMA Negeri 1 Rantau. Seperti hasil wawancara guru matematika dan siswa kelas X disma Negeri 1 Rantau, permasalahan-permasalahan dan akar penyebab masalah yang ada disekolah tersebut sebagai tempat penelitian yaitu: Pertama, keaktifan siswa yang masih tergolong rendah, dimana banyak siswa menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran sulit dan membosankan dan menbuat mereka menjadi malas untuk membaca dan mencoba untuk berpikir. Kedua, masih ada siswa yang kesulitan dalam perhitungan dan penghapalan rumus akibat selalu mengandalkan penjelasan dari guru dan hanya menyalin kembali apa yang dituliskan guru di papan tulis. Setiap ada pertanyaan, mereka cenderung menunggu jawaban dari guru karena kurang percaya diri untuk mengungkapkan ide. Ketiga, siswa cenderung kurang paham dalam pemecahan masalah, dalam hal ini siswa tidak tahu tujuan dari soal yang diberikan sehingga sulit dalam penggunaan konsep. Keempat, rendahnya kesadaran belajar siswa yang terlihat dari kurangnya semangat siswa untuk belajar dan lebih senang membicarakan masalah lain, mengganggu teman, tidak memperhatikan guru, serta belum adanya pengukuran kemampuan berpikir kritis yang dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 1 Rantau. Beberapa permasalahan itu menjadi penyebab tidak adanya kreatifitas dan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga siswa tidak terlatih dalam memahami, menyerap, dan merespon suatu materi dan permasalahan. Padahal dengan keaktifan dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan ide dan kreatifitas dalam menyelesaikan permasalahan matematika dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun salah satu model yang dapat digunakan untuk melatih siswa untuk berpikir kritis adalah model reciprocal teaching (RT) dimana siswa harus memahami pelajaran lebih dulu agar dapat saling berperan sebagai guru dan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing pada saat pembelajaran berlangsung. Model RT dikembangkan untuk mengajarkan strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami apa yang mereka baca. Palincsar dan Brown berpendapat bahwa strategi dalam RT menggunakan pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip pembuatan pertanyaan, sedangkan keterampilan metakognitif diajarkan melalui proses belajar, dan guru melakukan pemodelan untuk meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa dengan kemampuan rendah (Trianto, 2007).

182, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 Langkah pembelajaran dalam model RT yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mengelompokkan Siswa untuk berdiskusi Siswa bergabung dalam kelompokkelompok kecil. Pengelompokkan siswa berdasar pada kemampuan individual siswa agar kemampuan setiap kelompok yang terbentuk hampir sama. b. Membuat Rangkuman Pada langkah ini siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi informasi yang diperlukan dalam bahan ajar yang mereka baca yang kemudian disusun dalam bentuk kalimat maupun paragraf yang dibuat dengan kalimat mereka sendiri. c. Membuat dan mngajukan Pertanyaan Siswa membuat pertanyaan untuk informasi penting yang dapat ditanyakan dari rangkuman yang telah mereka buat dan menjawabnya. d. Menjelaskan Siswa dapat menjelaskan jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat berdasarkan rangkuman. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk menyajikan rangkuman kelompoknya didepan kelas dan mendemonstrasikannya sebagai guru siswa untuk memimpin diskusi. e. Memprediksi Siswa menduga atau memprediksi tentang apa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh guru selanjutnya atau materi apa yang akan dibahas selanjutnya. f. Memberikan tes Siswa mendapatkan latihan dari guru berupa soal pengembangan untuk dikerjakan secara individual. Hasil penelitian Karim menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model RT lebih baik dibanding pembelajaran biasa. Sedangkan hasil penelitian Nurhasanah (2010) terhadap siswa kelas VIII SMP Al-Hasra di Ciputatparung, Bojongsari Baru menunjukkan hasil bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran RT lebih tinggi dibandingkan siswa pada pembelajaran konvensional. Berdasarkan beberapa alasan inilah penelitian dengan judul Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Di SMA Negeri 1 Rantau ini dilakukan. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif yang ditujukan untuk menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X di SMA Negeri 1 Rantau dengan kurikulum 2013 pada pokok bahasan Trigonometri menggunakan model reciprocal teaching sebanyak enam kali pertemuan. Semua siswa kelas X SMAN 1 Rantau tahun pelajaran 2016-2017 merupakan populasi penelitian. Sampel yang digunakan adalah satu kelas yang diambil secara purposive sampling. Alasannya, peneliti memilih kelas yang memungkinkan munculnya kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan rekomendasi guru matematika. Sampel pada penelitian ini adalah kelas X IPA1 sebanyak 32 orang. Pada kelas X IPA1 digunakan model pembelajaran RT untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis berbentuk uraian berjumlah dua butir soal yang diujikan pada setiap pertemuan sebanyak enam pertemuan dengan pokok bahasan trigonometri, lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran RT, dan pedoman wawancara tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan model RT.

Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 183 Pengumpulan data dilakukan selama enam kali pertemuan dimana pada setiap pertemuan siswa akan diberikan pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching dengan materi berbeda pada setiap pertemuan sehingga sebelum evalusi harian siswa telah belajar untuk berpikir kritis atas soal yang akan diselesaikannya setiap akhir pembelajaran. Sedangkan data keterlaksanaan pembelajaran dengan model reciprocal teaching diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung pada sebanyak enam kali pertemuan, dan data tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan model reciprocal teaching diperoleh dengan wawancara pada guru mata pelajaran matematika sesudah proses pembelajaran selesai. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi kuantitatif dan kualitatif, dimana nilai kemampuan berpikir kritis siswa dan data keterlaksanaan pembelajaran dengan model reciprocal teaching dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan data wawancara tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan model reciprocal teaching dianalisis secara deskriptif kualitatif. 1. Kemampuan berpikir kritis siswa Data skor tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi trigonometri didapatkan dari hasil tes selama enam kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya adalah dengan menghitung nilai kemampuan berpikir kritis siswa melalui skor dalam tes pada setiap pertemuan yaitu rumus dalam Yustyan (2015) berikut: Keterangan : y = nilai tes Tabel 1. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis berdasarkan Nilai Tes No Nilai Klasifikasi 1 89-100 Sangat Tinggi 2 79-89 Tinggi 3 69-79 Sedang 4 59-69 Rendah 5 0-59 Sangat Rendah Adaptasi Yustyan (2015) 2. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Reciprocal Teaching Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran RT digunakan untuk mengontrol keterlaksanaan proses belajar dengan model RT diukur menggunakan skala Guttman dengan interval ya untuk terlaksana dan tidak untuk tidak terlaksana. Tabel 2. Skor Alternatif Hasil Observasi Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Terlaksana 1 Tidak Terlaksana 0 Sumber: (Riduwan, 2012)

184, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 Total skor hasil observasi dengan skala Guttman kemudian dihitung persentasenya dengan rumus berikut: Persentase skor diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3. Klasifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran Rentang Klasifikasi Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Sumber: (Riduwan, 2012) 3. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran dengan Model Reciprocal Teaching Data hasil wawancara tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan model RT dianalisis secara deskriptif dengan melihat hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil tersebut diambil suatu kesimpulan untuk tanggapan guru pada pembelajaran dengan model RT tehadap kemampuan berpikri kritis siswa pada materi trigonometri. HASIL PENELITIAN 1. Kemampuan berpikir kritis siswa Data diperoleh dari skor tes kemampuan berpikir kritis siswa di setiap pertemuan sebanyak enam kali pertemuan yang ditampilkan dalam tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Setiap Pertemuan No. Pertemuan Nilai Rata-rata Klasifikasi 1 Pertama 75,97 Sedang 2 Kedua 76,10 Sedang 3 Ketiga 76,22 Sedang 4 Keempat 77,08 Sedang 5 Kelima 84,14 Tinggi 6 Keenam 84,45 Tinggi Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat rata-rata nilai tes siswa dalam klasifikasi sedang, sedangkan pada pertemuan kelima dan keenam rata-rata nilai tes siswa dalam klasifikasi tinggi. Adapun perkembangan rata-rata nilai tes siswa dapat dilihat pada grafik perkembangan nilai.

Nilai Rata-rata Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 185 Perkembangan Nilai 86 84 82 80 78 76 74 72 70 84.14 84.45 75.97 76,10 76.22 77.08 1 2 3 4 5 6 Pertemuan Ke- Gambar 1. Perkembangan Rata-Rata Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa meskipun pada pertemuan pertama hingga pertemuan keempat klasifikasi kemampuan berpikir kritis siswa berada dalam klasifikasi sedang namun rata-rata nilai tes, kemampuan siswa terus mengalami peningkatan di setiap pertemuan. Begitu pula dengan pertemuan kelima dan keenam yang berada dalam klasifikasi tinggi juga terus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model RT memang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang artinya ada kesesuaian dengan hasil penelitian terdahulu oleh Karim dan Nurhasanah. Berikut ini hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan indikator berpikir kritis pada masing-masing pertemuan. Tabel 5. Indikator Interpretasi No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 95,00 Sangat Tinggi 2. Kedua 99,57 Sangat Tinggi 3. Ketiga 100,00 Sangat Tinggi 4. Keempat 72,32 Sedang 5. Kelima 98,79 Sangat Tinggi 6. Keenam 86,72 Tinggi Berdasarkan tabel 5, nilai rata-rata indikator interpretasi siswa pada pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan kelima berada pada klasifikasi sangat tinggi karena hampir seluruh siswa mampu menginterpretasi pada langkah penyelesaian. Sedangkan pada pertemuan keempat indikator interpretasi berada pada klasifikasi sedang dan pada pertemuan keenam berada pada klasifikasi tinggi. Perbedaan klasifikasi pada setiap pertemuan ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar terutama faktor internal pada aspek psikologis dimana sikap siswa yang berbeda dalam merespon pelajaran pada setiap pertemuan.

186, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 Tabel 6. Indikator Analisis No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 89,17 Sangat Tinggi 2. Kedua 76,29 Sedang 3. Ketiga 75,00 Sedang 4. Keempat 78,13 Sedang 5. Kelima 82,26 Tinggi 6. Keenam 89,84 Sangat Tinggi Berdasarkan tabel 6, nilai rata-rata indikator analisis berada pada klasifikasi sangat tinggi di pertemuan pertama dan keenam, sedangkan pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat berada pada klasifikasi sedang, dan tinggi pada pertemuan kelima. Adanya perbedaan klasifikasi pada masingmasing pertemuan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan materi dan tingkat pemahaman siswa tentang bagaimana menganalisis soal yang diberikan dan menuliskan hasil analisisnya pada langkah penyelesaiannya. Tabel 7. Indikator Evaluasi No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 83,33 Tinggi 2. Kedua 73,71 Sedang 3. Ketiga 85,78 Tinggi 4. Keempat 85,27 Tinggi 5. Kelima 87,90 Sangat Tinggi 6. Keenam 85,94 Tinggi Berdasarkan tabel 7, nilai rata-rata indikator evaluasi siswa pada pertemuan pertama, ketiga, keempat, dan keenam berada pada klasifikasi tinggi. Sedangkan pada pertemuan kedua berada pada klasifikasi sedang, dan pada pertemuan kelima berada pada klasifikasi sangat tinggi. Tabel 8. Indikator Regulasi Diri No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 82,08 Tinggi 2. Kedua 74,14 Sedang 3. Ketiga 84,05 Tinggi 4. Keempat 79,91 Tinggi 5. Kelima 85,48 Tinggi 6. Keenam 78,91 Sedang Berdasarkan tabel 8, nilai rata-rata indikator regulasi diri cukup baik dimana nilai indikator regulasi diri pada pertemuan pertama, ketiga, keempat, dan kelima berada

Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 187 pada klasifikasi tinggi dan pada pertemuan kedua dan keenam berada pada klasifikasi sedang. Adanya nilai rata-rata yang baik pada indikator ini menunjukkan bahwa siswa berhasil meregulasi dirinya dalam menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan. Tabel 9. Indikator Eksplanasi No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 63,75 Rendah 2. Kedua 70,26 Sedang 3. Ketiga 56,47 Sangat Rendah 4. Keempat 77,68 Sedang 5. Kelima 81,05 Tinggi 6. Keenam 80,86 Tinggi Berdasarkan tabel 9, nilai rata-rata indikator eksplanasi berada pada klasifikasi Tinggi pada pertemuan kelima dan keenam, sedang pada pertemuan kedua dan keempat, rendah pada pertemuan pertama dan sangat rendah pada pertemuan ketiga. Hal ini dikarenakan siswa kesulitan dalam menjelaskan dengan kalimatnya sendiri dalam memberikan jawaban. Tabel 10. Indikator Inferensi No. Pertemuan Nilai rata-rata Klasifikasi 1. Pertama 42,50 Sangat Rendah 2. Kedua 49,14 Sangat Rendah 3. Ketiga 56,03 Sangat Rendah 4. Keempat 69,20 Sedang 5. Kelima 69,35 Sedang 6. Keenam 82,81 Tinggi Berdasarkan tabel 10, nilai rata-rata indikator inferensi berada dalam klasifikasi sangat rendah pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Pada petemuan keempat dan kelima, nilai rata-rata indikator inferensi berada dalam klasifikasi sedang dan pada pertemuan keenam berada dalam klasifikasi tinggi. Nilai rata-rata indikator inferensi terus meningkat pada setiap pertemuan, artinya kemampuan siswa dalam menginferensi atau membuat kesimpulan terus berkembang. 2. Keterlaksanaan pembelajaran dengan model reciprocal teaching Keterlaksanaan pembelajaran dengan model RT diperoleh dari hasil observasi dengan lembar observasi keterlaksaan pembelajaran dengan model RT. Observasi dilakukan selama pebelajaran berlangsung. Rata-rata hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan RT pada setiap aspek selama enam kali pertemuan disajikan dalam tabel 11.

188, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 Tabel 11. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran pada Setiap Aspek No. Aspek Keterlaksanaan (%) Kategori 1. Meringkas 88 Sangat Baik 2. Membuat/ menyusun pertanyaan 73 Baik 3. Menyajikan hasil kerja kelompok 73 Baik 4. Mengklarifikasi 56 Cukup 5. Memprediksi/ menyelesaikan masalah 57 Cukup 6. Menyimpulkan 92 Sangat Baik Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa secara keseluruhan desain pembelajaran matematika dengan model RT yang telah dilakukan keterlaksanaannya sangat baik pada pertemuan kesatu dan keenam, baik pada pertemuan kedua dan ketiga, dan cukup pada pertemuan keempat dan kelima. 3. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran Tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan model RT diperoleh melalui wawancara dengan guru matematika yang mengampu kelas sampel di akhir pertemuan. Ringkasan hasil wawancara tanggapan guru tersaji pada tabel 12. Tabel 12. Ringkasan Hasil Wawancara Tanggapan Guru No. Aspek Jawaban 1. Pernah/ tidaknya guru menerapkan model reciprocal teaching. Belum pernah, selama ini biasanya menggunakan metode caramah disertai tugas. 2. Kesan guru terhadap pembelajaran dengan model reciprocal teaching. 3. Pendapat guru tentang aktivitas belajar siswa. 4. Kesulitan yang ditemukan guru. 5. Cara guru mengatasi kesulitan. 6. Ada/ tidaknya peningkatan aktivitas siswa Baik, siswa mendapatkan pengalaman nyata dalam proses belajarnya dan dapat mengembangkan keterampilannya terutama dalam mengemukakan ide maupun pertanyaan yang muncul di kepalanya. Aktivitas belajar siswa baik, siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kesulitan dalam mengontrol siswa ketika diskusi, perhatian mereka bisa saja teralihkan ketika diskusi kelompok sehingga justru membicarakan hal lain di luar materi pembelajaran. Perhatian dan pengawasan yang lebih ketika proses diskusi kelompok dan lebih sering bertanya kepada siswa terkait proses diskusi di dalam kelompoknya. Ada, aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi meningkat karena mereka menjadi lebih mandiri dalam mempelajari materi. Sebab biasanya siswa hanya menerima begitu saja apa yang diberikan langsung oleh guru tanpa mempelajar sebelum menemukan.

Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 189 No. Aspek Jawaban 7. Kemudahan siswa dalam memahami materi. Mempermudah pemahaman siswa, karena siswa harus memahaminya langsung sambil terus bertanya dan berusaha menjawabnya sendiri sehingga ingatannya menjadi lebih kuat. 8. Ketertarikan siswa dengan model reciprocal teaching. 9. Ketertarikan guru terhadap penerapan model reciprocal teaching Ya, kelihatannya siswa tertarik karena memang ini inovasi baru dalam pembelajaran mereka terutama pada mata pelajaran matematika yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan. Ya tertarik, karena dengan model ini siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran serta memudahkan guru dalam mengawasi dan mengontrol siswa akan tetapi harus disesuaikan dengan materi yang kira-kira cocok. 10. Kritik dan saran guru Sarannya, pada saat pembelajaran pengawasan terhadap siswa harus lebih baik. Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching pada materi trigonometri. Namun demikian guru masih merasa mengalami kesulitan dalam mengontrol siswa ketika diskusi kelompok yang mungkin saja siswa justru bukan berdiskusi mengenai pembelajaran serta membuat siswa agar terus aktif bertanya untuk menambah pengetahuanny. Guru menyarankan, pada saat melakukan diskusi kelompok pengawasan terhadap siswa harus lebih baik dan lebih mendorong siswa untuk bertanya dengan menyebut nama siswa yang teralihkan perhatiannya. Pembahasan 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching menunjukkan hasil yang beragam pada masing-masing pertemuan. 2. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Reciprocal Teaching Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan model reciprocal teaching, siswa sudah melaksanakan serangkaian kegiatan dalam pembelajaran dengan model reciprocal teaching ini dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan 2 aspek pada desain pembelajaran dengan model reciprocal teaching yang dilaksanakan termasuk dalam kategori sangat baik, 2 aspek pada kategori baik, dan 2 aspek lainnya dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil observasi dan pendapat guru, rendahnya keterlaksanaan aspek mengklarifikasi dan memprediksi/ menyelesaikan masalah kemungkinan karena siswa pada umumnya masih malu dan kurang berani dalam mengajukan pertanyaan dan tanggapan untuk mengklarifikasi informasi yang mereka dapat sehingga juga berdampak pada aspek memprediksi/ menyelesaikan masalah. Sebab mereka malu memberi tanggapan, maka pengetahuan mereka tidak berkembang sehingga mereka tidak dapat memprediksi informasi apa saja

190, EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 180 191 yang mungkin akan muncul atau maslah apa yang akan muncul dan bagaimana cara mereka menyelesaikannya. Selain itu, rendahnya keterlaksanaan dalam aspek ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya guru dalam mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Guru dalam hal ini dapat lebih memotivasi siswa untuk menjadi lebih kritis dalam bertanya dan memberikan tanggapan. 3. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Berdasarkan tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan model RT, secara umum guru memberikan tanggapan baik. Hal ini dilihat dari jawaban yang diberikan guru saat wawancara lebih banyak berupa pernyataan yang positif. Kesulitan guru dalam menerapkan model RT adalah dalam mengontrol siswa dalam diskusi kelompok, serta dalam mendorong siswa untuk membuat pertanyaan. Guru memberikan saran agar pada saat pembelajaran pengawasan terhadap siswa harus lebih baik, agar pembelajaran berjalan lebih optimal dalam memahamkan siswa dan untuk mengatasi kesulitan dalam mendorong siswa bertanya, yaitu dengan mengarahkan siswa pada apa yang harus ia tanyakan selanjutnya setelah memahami materi yang ia ringkas lebih dari sekali dan untuk mngontrol siswa yang kurang aktif guru dapat menyebut nama siswa agar tetap fokus. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching di SMA Negeri 1 Rantau dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kemapuan berpikir kritis siswa kelas X IPA1 termasuk ke dalam klasifikasi sedang pada pertemuan pertama, kedua, ketiga dan keempat, dan tinggi pada pertemuan kelima dan keenam. 2. Pembelajaran dengan model reciprocal teaching pada materi trigonometri terlaksana dengan sangat baik pada pertemuan pertama dan keenam, baik pada pertemuan kedua dan ketiga, dan cukup pada pertemuan keempat dan kelima. 3. Tanggapan guru terhadap pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching sangat baik. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi siswa agar lebih giat berlatih untuk bertanya dan berpendapat di dalam kelas serta berlatih menyelesaikan soalsoal berbentuk uraian pada materi trigonometri. 2. Bagi guru bidang studi matematika hendaknya lebih melatih siswa untuk berpikir kritis dalam pembelajaran dengan tidak hanya menyuapi siswa materi tetapi memberikan siswa kesempatan untuk belajar mandiri. 3. Bagi peneliti lainnya sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai bagaimana upaya maningktakan kemampuan siswa dalam berpikir di SMAN 1 Rantau khususnya pada materi trigonometri. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. DePorter B. & M. Hernacki. (2004). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Djarwanto. (2000). Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE. Facione, P. A. (2013). Critical Thinking: Whai It Is and Why It Counts. California: Measured Reason and The

Karim & Desy Rahmalia, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 191 California Academic Press. Diambil kembali dari www. insightassess ment.com: http://www. insight assessment.com/pdf_files/what&wh y2006.pdf Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. (B. Hadinata, Penerj.) Jakarta: Erlangga. Hendriana, A. dan Sumarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. PT.Refika Aditama. Bandung. Karim, A. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Model Reciprocal Teaching. Nurhasanah, S. (2010). Pengaruh Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Belajar Matematika. Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press. Sudijono, A. (2008). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherman, E. & Kusumah, Y. S. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah. Suprijono, A. (2016). Model-Model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, A. (2016). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Suyitno, A. (2001). Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: UNNES. Syah, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka Publisher..