I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Berdasarkan hasil verifikasi terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bulan Agustus 2010 diketahui bahwa Indonesia memiliki sekitar 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke 1, Panjang garis pantai > 81,000 km, 30% hutan bakau dunia ada di Indonesia, 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari pantai 2, luas lahan daratan Indonesia sekitar 191.946.000 Ha dan 45.033.671 Ha adalah luas areal pertanian 3 serta luas hutan Indonesia sekitar 130 juta Ha 4. Pertanian juga merupakan sektor penting yang mendukung perekonomian nasional. Sehingga pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih melibatkan pertanian dalam langkah prioritasnya. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa dan bisnis berbasis pertanian juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, kegiatan pertanian akan menjadi salah satu kegiatan unggulan pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas. Untuk mewujudkan pertanian sebagai salah satu kegiatan unggulan ekonomi nasional maka perlu dibuat sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis IPTEK dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis. Sistem agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian seperti pembibitan, agrokimia, agrootomotif, agromekanik; (2) subsistem produksi usahatani, yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi usahatani untuk menghasilkan produk pertanian primer; (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian, yaitu kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi bahan olahan; 1 http://www.antaranews.com 2 Indonesia Economic Development Prospects Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti 3 Litbang Deptan RI 4 http://www.antaranews.com
(4) subsistem pemasaran dan (5) subsistem kelembagaan penunjang, yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perbankan, infrastruktur, litbang, pendidikan, penyuluhan, transportasi dan lain-lain. Pandangan sistem tersebut menyatakan bahwa kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis akan sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan subsistem lain. Salah satu subsistem yang cukup besar memberikan kontribusi pada keberhasilan pertanian khususnya tanaman padi di Indonesia adalah subsitem lembaga penunjang berupa kegiatan penyuluhan. Penyuluhan sebagai proses bimbingan dan pendidikan nonformal bagi petani memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap mental), dan psikomotorik (keterampilan). Kegiatan penyuluhan tidak hanya sebuah proses penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana konsultasi, pelatihan, dan aktivitas lain yang dapat mengubah perilaku para petani agar lebih handal dan sejahtera. Pengalaman menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian di Indonesia telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan dalam pencapaian berbagai program pembangunan pertanian. Salah satu prestasi terbaiknya adalah dibidang tanaman pangan khususnya padi, yang telah mampu mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984 dan tahun 2007. Keberhasilan tersebut didukung oleh penyuluhan pertanian dengan pendekatan sistem Bimbingan Masal (BIMAS) tahun 1963/1964, sistem Latihan Kerja dan Kunjungan (LAKU) tahun 1976, sistem Intensifikasi Khusus (INSUS) tahun 1979 dan sistem SUPRA INSUS tahun 1986, melalui inovasi teknologi Sapta Usaha Pertanian secara lengkap (Abbas, 1995), serta telah dibangunnya prasarana transportasi, tersedianya sarana produksi, kemajuan teknologi, berkembangnya pasar hasil usahatani, serta adanya insentif bagi usahatani. Sedangkan saat ini penyuluhan pertanian memiliki peran yang sangat strategis terutama dalam gerakan revitalisasi pertanian, karena penyuluh sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dengan petani. Petani akan mengadopsi berbagai teknologi terbaru bergantung pada pendampingan yang dilakukan penyuluh. Begitu pula dengan berbagai program pembangunan pertanian yang 2
digagas pemerintah, akan diikuti atau tidak oleh petani bergantung sejauhmana keterlibatan para penyuluh. Keterlibatan penyuluh dalam mensukseskan program pertanian sama pentingnya dengan partisipasi para petani. Menurut Suparta (2001), yang dimaksud dengan penyuluhan adalah jasa layanan dan informasi agribisnis yang dilakukan melalui proses pendidikan non formal untuk petani dan pihak-pihak terkait yang memerlukan, agar kemampuannya dapat berkembang secara dinamis untuk menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapinya dengan baik menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan penyuluhan adalah jasa layanan, dan jasa layanan itulah yang harus dibuat bermutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan sasaran penyuluhan pada waktu yang diperlukan. Mutu jasa layanan dapat dilihat dari segi keterpercayaan (reliability), keterjaminan (assurance), penampilan (tangiability), kepemerhatian (empaty), dan ketanggapan (responsiveness). Jasa layanan itu dilakukan melalui proses pendidikan non formal guna meningkatkan kesadaran para pelaku sistem agribisnis (sasaran), yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai media cetak atau elektronik. Dengan demikian, sasaran penyuluhan diharapkan akan meningkat kemampuannya secara dinamis untuk dapat menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapinya. Sasaran penyuluhan atau para pelaku sistem agribisnis juga diharapkan kreatif, inovatif, berani dan bebas mengambil keputusan untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapinya dengan kekuatan dan kemampuan yang ada pada dirinya serta prospek pengembangan usahanya ke depan. Menurut data Departemen Pertanian (2008), terdapat sekitar 29.065 orang penyuluh PNS, 1.303 orang penyuluh honorer, 8.650 orang penyuluh swadaya, dan 15.433 orang THL-TBPP yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Penyuluh adalah komunikator pembangunan yang harus mampu berperan ganda, yaitu menjadi guru, pembimbing, penasihat, pemberi informasi, dan mitra petani. Penyuluh harus memiliki komunikasi dua arah, yaitu mampu menyampaikan (berbicara dan menulis) juga mampu menerima (mendengar dan membaca). Oleh karena itu, kualifikasi seorang penyuluh sangat penting untuk diperhatikan. 3
Tersedianya penyuluh di suatu desa tidak menjamin dapat memberikan hasil yang sama karena tergantung bagaimana penyuluh dapat memberikan kepuasan terhadap petani dengan kinerja yang dihasilkan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara pelayanan yang dipikirkan terhadap hasil yang diharapkan. Jenis-jenis pelayanan penyuluhan pertanian yang dapat memuaskan petani seperti jasa informasi pertanian, jasa penerapan teknologi, jasa penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani, jasa pembimbingan, jasa pelatihan/ kursus dan lain-lain. Berdasarkan ulasan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan penyuluh pertanian. 1.2 Perumusan Masalah Pentingnya keberadaan penyuluh pertanian sejak tahun 1970-an sampai sekarang sudah tidak diragukan lagi. Mereka selalu menjadi garda terdepan tumpuan pemerintah untuk menyukseskan program-program di bidang pertanian. Sejak zaman program BIMAS pada tahun 1970-an hingga Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) di tahun 2000-an, Penyuluh adalah tulang punggung harapan pemerintah sebagai eksekutor lapangan. Menurut Hilmiati (2009) 5, pada zaman BIMAS yang merupakan implementasi dari The Green Revolution di Indonesia yang bertujuan untuk mendongkrak produksi beras ditengah paceklik masa itu, Banyak penyuluh menganjurkan petani untuk membeli pupuk dan pestisida sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan komisi dari distributor pupuk, walaupun sebenarnya pupuk tersebut tidak akan bermanfaat untuk petani. Bila terjadi gagal panen, penyuluh akan berusaha lagi mempengaruhi petani mengambil kredit untuk membeli benih baru dengan paket pupuk dan pestisida yang dianjurkan. Demikian seterusnya hingga akhirnya petani tidak mampu lagi bercocok tanam karena terbelit hutang yang ciptakan oleh sebuah program yang katanya akan mampu mensejahterakan petani. Anjuran penyuluh bahkan tidak jarang disertai dengan tekanan dan intimidasi dari aparat desa dan aparat keamanan. 5 http://www.sasak.org/univ-ks/52-pertanian/766-meninjau-kembali-pendekatanpenyuluhan-pertanian-kita.html 4
Pola penyuluh sebagai sumber informasi untuk memecahkan masalah petani sudah ditinggalkan oleh banyak Negara lebih dari 20 tahun yang lalu karena sudah terbukti tidak efektif membawa perbaikan kesejahteraan petani. Sudah saatnya penyuluh merubah paradigma penyuluhan itu sendiri. Penyuluh seharusnya tidak lagi melihat dirinya sebagai suluh yang menerangi petani yang dianggap berada dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Peran penyuluh yang lebih penting adalah sebagai fasilitator yang mampu membangkitkan dan memunculkan kemampuan dan kepercayaan diri petani untuk menganalisa pilihan-pilihan yang ada serta konsekuensi dari setiap pilihan itu serta menumbuhkan rasa percaya diri petani untuk memecahkan persoalan mereka sendiri. Penempatan penyuluh paling banyak berada di wilayah pedesaan karena mayoritas masyarakat perdesaan bermata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar serta penyuluh sebagai pendamping program Pengembagan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) berdasarkan surat keputusan Bupati/ Walikota. Pemilihan Desa Situ Udik sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan : (1) Desa Situ Udik merupakan salah satu sentra pertanian yakni padi, (2) Kecamatan Cibungbulang dalam dua tahun terakhir telah menerima bantuan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (3) Desa Situ Udik sudah mendapat penyuluhan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. (4) Desa situ Udik telah mendapat penghargaan sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Jawa Barat. Kriteria penilaian desa terbaik meliputi peran Badan Perwakilan Desa (BPD), Peran Lumbung Ekonomi Desa (LED), kinerja desa dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta peran PKK dalam memberdayakan perempuan. Dengan pertimbangan pemilihan desa terbaik diharapkan Desa Situ Udik dapat dijadikan acuan penilaian kepuasan kinerja penyuluh terhadap kepuasan kinerja penyuluh di desa lainnya. Penghargaan yang diterima sebagai desa terbaik peringkat ke-dua tingkat Provinsi Jawa Barat bukan berarti desa tidak memikili permasalahan dalam hal pertanian. Berdasarkan hasil observasi langsung kepada petani ditemukan beberapa permasalahan dalam hal penyuluhan, antara lain penyuluh jarang melakukan kunjungan, bahkan ada kelompoktani yang belum pernah dikunjungi 5
selama periode waktu tertentu, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kondisi yang ada di petani dan tingkat produktivitas pertanian yang rendah. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari gagalnya penyuluh dalam memberikan kepuasan maksimal kepada petani, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh belum dapat memahami dan menangkap apa yang dibutuhkan petani. Penyuluh seringkali menilai bahwa suatu layanan tertentu penting bagi petani dan oleh karena itu kinerjanya harus bagus, padahal apa yang dianggap bagus oleh penyuluh teryata merupakan sesuatu yang tidak penting dimata petani, sehingga yang diusahakan oleh penyuluh jadi sia-sia karena tidak dapat memuaskan petani dengan baik. Sebaliknya, apa yang di persepsikan sebagai hal yang tidak penting oleh penyuluh ternyata merupakan hal yang penting bagi petani. Oleh karena itu, menjadi tugas penyuluh untuk terus menerus berusaha mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada petani, karena dengan itu penyuluh dapat mengalokasikan sumberdaya secara tepat dan berhasil guna, sehingga dicapai kinerja yang optimal. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian demi mengetahui faktor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan oleh petani, sehingga dengan meningkatkan kinerja faktor-faktor tersebut akan dapat memuaskan petani. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana atribut pelayanan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani padi? 2. Bagaimana tingkat kepuasan petani padi terhadap kinerja atribut pelayanan penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor? 3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani di masa yang akan datang? 6
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi atribut kualitas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani 2. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja atribut pelayanan petugas penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor? 3. Merekomendasikan upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani di masa yang akan datang. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penyuluh, sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dan meningkatkan kepuasan petani. 2. Bagi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, memberi masukan & evaluasi serta penilaian kinerja dari penyuluh pertanian. 3. Bagi petani, sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi tentang kinerja penyuluh pertanian 4. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 5. Bagi Penulis untuk mendapatkan pengalaman dan wadah penelitian dalam teoti-teori serta aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengevalusi kinerja penyuluh pegawai negeri sipil pada pos penyuluhan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. 7