II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hewan bagi konsumsi masyarakat umum dan digunakan sebagai tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan dewasa kg, panjang badan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Coturnix-coturnix japonica Betina (kiri) dan Jantan (kanan)

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah dijinakkan (domestikasi) (Martojo, 2003). Proses penjinakan tersebut diduga terjadi di salah satu daerah di Indonesia pada zaman prasejarah, kemungkinan besar terjadi di Pulau Bali (Bandini, 1997). Sapi Bali memiliki beberapa ciri dengan bentuk badan memanjang, dada dalam, badan padat, bertanduk, kepala agak pendek, dan dahi yang datar. Panjang badan Sapi Bali berkisar antara 125-135 cm untuk jantan dan 110-118 cm untuk betina (Bandini, 1997). Selain itu, Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dari sapi bangsa lain. Sapi Bali jantan dan betina memiliki warna putih pada bagian kaki, mulut dan pantatnya. Pada Sapi Bali jantan warna bulu hitam (Ilustrasi 1) sedangkan Sapi Bali betina berwarna merah bata (Ilustrasi 1). Sewaktu lahir, baik Sapi Bali jantan ataupun betina memiliki bulu berwarna merah bata. Setelah dewasa kelamin, warna bulu Sapi Bali jantan berubah menjadi hitam karena adanya pengaruh hormon testosteron (Utoyo, 2003). Sapi Bali banyak dikembangkan di Indonesia karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan sapi jenis lain. Keunggulan yang dimiliki Sapi Bali diantaranya, mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang buruk, mampu beradaptasi terhadap mutu pakan yang rendah, memiliki tingkat fertilitas tinggi dan menghasilkan produksi karkas yang tinggi (Guntoro, 2002). Pada perkembangan dan penyebarannya, Sapi Bali hanya terpusat di Pulau Bali. Selanjutnya Sapi Bali berkembang dan menyebar hampir keseluruh pelosok

8 nusantara, bahkan sampai ke negara tetangga seperti Malaysia, Philipina, Australia bagian utara, dan sebagainya. Upaya mempertahankan kemurnian genetik dan kelestarian ternak Sapi Bali, pemerintah menetapkan empat daerah pengembangan Sapi Bali murni yaitu Provinsi Bali, Sulawesi Selatan, NTT, dan NTB (Payne dan Rollinson, 1973). Ilustrasi 1. Sapi Bali Jantan (Kiri) dan Sapi Bali Betina (Kanan) 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang, Otot, Lemak Proses pertumbuhan dimulai sejak awal embrional dari zigot melalui multiplikasi seluler dan diferensial jaringan yang membentuk organ dan bagian tubuh sampai menjadi individu lengkap menjelang dilahirkan. Pertumbuhan seekor ternak merupakan proses bertambahnya ukuran yang disebabkan oleh pertambahan volume jaringan atau organ (Aberle dkk., 2001). Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang terdiri dari perubahan bobot hidup, bentuk (dimensi linier) dan komposisi baik itu perubahan komponen penyusun tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ ataupun perubahan komponen kimia seperti air, lemak, protein dan abu (Soeparno, 2006) Pertambahan ukuran tersebut disebabkan oleh 3 proses yakni hipertropi (pembesaran sel), hiperplasia (perbanyakan sel), dan pertumbuhan akresionari (Aberle dkk., 2001). Hipertropi adalah proses pembesaran ukuran dari sel,

9 sedangkan hiperplasia adalah proses perbanyakan dari sel-sel baru dan pertumbuhan akresionari adalah pertambahan pada material ekstraselular yang terdiri dari subtansi dasar dan serabut jaringan ikat (Aberle dkk., 2001). Perkembangan dapat didefinisikan sebagai perubahan bentuk tubuh ternak atau konformasi tubuh yang dimulai pada saat ternak lahir hingga mencapai dewasa kelamin (Goodwin, 1977). Secara umum, periode pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase prenatal dan postnatal. Pada fase prenatal terjadi pada saat ternak belum lahir yaitu pada saat pembentukan ovum, embrio dan fetus (Field, 2007). Iustrasi 2. Kurva Pertumbuhan Ternak (Aberle dkk., 2001) Ternak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap. Dalam kondisi lingkungan yang ideal, kurva pertumbuhan dari seekor ternak membentuk kurva sigmoid atau berbentuk huruf S (Ilustrasi 2) (Field, 2007). Kurva pertumbuhan sigmoid tersebut terjadi karena umur tidak menyebabkan peningkatan berat tubuh, tetapi memberikan kesempatan kepada ternak untuk tumbuh dan berkembang mencapai dewasa dan berinteraksi dengan

10 lingkungannya (Karnaen, 2007). Laju pertumbuhan mula-mula terjadi sangat lambat, kemudian cepat, selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat dan berhenti setelah ternak mencapai dewasa kelamin (Field, 2007). Pertumbuhan dan perkembangan tulang akan menentukan ukuran tubuh ternak. Tulang terbentuk pada periode prenatal dan postnatal oleh suatu jaringan ikat. Pertumbuhan tulang memiliki laju yang paling lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan pertumbuhan lemak (Ilustrasi 3) (Field, 2007). Pada ternak yang mengalami early maturity seperti Sapi Bali atau Sapi lokal Indonesia, titik infleksi telah tercapai untuk pertumbuhan tulang pada umur sapih sehingga kurva pertumbuhan tulang mencapai maksimum lebih cepat dibandingkan pertumbuhan otot dan lemak (Boggs dan Merkel, 1993). Ilustrasi 3. Kurva Pertumbuhan Tulang, Otot, dan Lemak (Field, 2007) Komponen utama penyusun karkas pada ternak terdiri atas otot, lemak, dan tulang. Peningkatan berat pada salah satu komponen tersebut akan menurunkan berat komponen lainnya secara proporsional, dengan kata lain

11 apabila terjadi kenaikan pada salah satu komponen maka akan terjadi penurunan pada komponen yang lain. Ketiga komponen penyusun karkas yaitu otot, lemak, dan tulang akan mempengaruhi nilai karkas baik itu dari segi kualitas karkas maupun kuantitas karkas yang dihasilkan (Aberle dkk., 2001). Pada kondisi pertumbuhan komponen karkas berlangsung beriringan dengan urutan tulang tumbuh lebih dahulu, diikuti oleh otot dan lemak. Komponen tulang pada karkas terus meningkat dari mulai ternak lahir sampai berumur 5 bulan, kemudian mengalami penurunan hingga dewasa kelamin. Komponen otot pada karkas memiliki proporsi maksimum saat umur 5-15 bulan dan menurun saat berumur diatas 15 bulan. Komponen lemak terus meningkat pada umur 20 bulan dan terus meningkat seiring pertambahan umur. Komponen lemak stabil pada umur 40 hingga 45 bulan (Aberle dkk., 2001) 2.3 Dimensi Tubuh Dimensi tubuh dari seekor ternak dapat diukur berdasarkan bagian-bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi. Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh yang sering dipergunakan dalam menilai produktivitas ternak antara lain tinggi badan, lingkar dada, dan panjang badan (Jaelani dkk., 2013). Ukuran tubuh yang dapat diukur selain panjang badan dan lingkar dada meliputi tinggi pundak, tinggi pinggul, dalam dada, lebar pinggul, lebar kelangkang, lebar tulang duduk, panjang kelangkang, lingkar dada, dan lingkar tungkai bawah (Bugiwati dan Rahim, 2009).

12 2.3.1 Panjang Badan Semasa hidupnya ternak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu indikator terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada ternak adalah bertambahnya panjang tubuh dari ternak seiring bertambahnya umur ternak. Panjang badan merupakan salah satu parameter tubuh sebagai indikator penilaian pertumbuhan ternak. Panjang badan dari ternak sapi diukur dari jarak lurus dari bagian proximal tonjolan tulang siku (humerus) (Field, 2007) atau dari sendi bahu (antara os scapula os humerus) ( Santosa, 2006). 2.3.2 Panjang Kelangkang Panjang kelangkang merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan. Panjang kelangkang dapat diukur untuk dijadikan indikator penilaian produktivitas ternak pada suatu usaha penggemukan sapi potong. Hal itu terjadi karena pada bagian tersebut merupakan tempat melekatnya otot yang kemudian akan dikonversikan menjadi daging. Panjang kelangkang diukur dari bagian anterior pangkal paha (tuber coxae) sampai benjolan tulang duduk (tuber ischii) (Field, 2007). 2.4 Persentase Karkas Tujuan akhir dari usaha penggemukan sapi potong adalah untuk menghasilkan karkas dengan kualitas dan kuantitas tinggi sehingga potongan daging yang diperoleh untuk dikonsumsi semakin banyak. Karkas diperoleh dari ternak yang telah disembelih dan dipisahkan dari kepala, kaki, kulit, dan jeroan (saluran pencernaan, paru-paru, jantung, limpa, dan hati) kecuali ginjal serta darahnya yang keluar selama proses pemotongan (Santosa, 2006)

13 Nilai produktivitas karkas dapat dinilai dari beberapa aspek, diantaranya berat karkas, jumlah daging yang diperoleh, dan potongan komersial daging pada karkas yang dapat dijual. Komposisi karkas pada ternak berbeda-beda walaupun dalam bangsa yang sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, jenis kelamin atau tipe ternak penghasil karkas, umur atau derajat kedewasaan ternak, dan nutrisi yang terkandung pada pakan (Soeparno, 2006). Seekor ternak sapi dianggap baik apabila mampu menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuhnya dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi (Santosa, 2008). Persentase karkas yang baik dapat dilihat dari poporsi tulang yang rendah, jumlah daging yang tinggi, dan tingkat perlemakan yang otimum sehingga karkas yang dihasilkan tersebut termasuk kedalam karkas yang memiliki kualitas superior (Field, 2007). Persentase karkas yang dihasilkan dari seekor ternak akan berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan bangsa (Philllips, 2001). Persentase karkas akan bertambah dengan meningkatnya bobot potong maka persentase nonkarkas dan isi saluran pencernaan akan berkurang dengan meningkatnya bobot potong (Herman, 2004). Hal ini menandakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi daging yang dapat dikonsumsi manusia karena karkas terbagi atas daging dan tulang. 2.5 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Koefisien korelasi adalah derajat hubungan sekumpulan data berbentuk linier dari regresi yang terbaik (Sudjana, 2005). Kekuatan hubungan dari koefisien korelasi dapat digolongkan menjadi 5 kategori (Sugiono, 2007). Kategori tersebut dibagi berdasarkan besarnya nilai koefisien korelasi antara kedua variabel. Nilai koefisien korelasi (r) dapat -1 < r < +1. Nilai r = -1 menyatakan adanya hubungan

14 linier tak sempurna antara X dan Y. Hal ini berarti titik-titik yang ditentukan oleh (X 1, Y 1 ) seluruhnya terletak pada garis regresi linier dan nilai X yang kecil berpasangan dengan nilai Y yang besar (Sudjana, 2005). Nilai r = +1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna antara variabel X dan Y. Letak titik-titik ada pada garis regresi linier dengan sifat bahwa harga X yang besar berpasangan dengan harga Y yang besar. Tabel 1. Nilai Korelasi Sumber : Sugiono, 2007 Nilai Kategori 0 0,199 Sangat Rendah 0,2 0,399 Rendah 0,4 0,599 Sedang 0,6 0,799 Kuat 0,8 1 Sangat Kuat Koefisien determinasi adalah derajat suatu keterandalan model yang dapat dilambangkan dengan (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X dalam model Y (Sudjana, 2005). Nilai koefisien determinasi melambangkan seberapa besar suatu model penduga terbaik dapat diandalkan. Semakin besar nilai koefisien determinasi maka dapt digunakan sebagai penduga nilai Y. Regresi adalah hubungan yang terjadi antara suatu variabel dependent (terikat) dengan satu atau lebih variabel independent (bebas). Regresi berganda adalah persamaan regresi dengan satu peubah tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah bebas (X) (Sudjana, 2005).

15 2.6 Rumah Potong Hewan Rumah Pemotongan Hewan adalah kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat (Badan Standarisasi Nasional, 1999). Sebagai sarana pelayanan kepada masyarakat (public service) dalam penyediaan daging, Rumah Potong Hewan berkewajiban untuk melaksanakan kontrol terhadap fungsi RPH melalui pemeriksaan antemortem dan postmortem agar daging yang dihasilkan Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Menurut Manual Kesmavet (1993) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya bahwa Rumah Potong Hewan yang berdiri harus memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pemerintah. Secara garis besar syarat-syarat tersebut anatara lain, lokasi tidak berada di bagian kota padat penduduk dan letaknya lebih rendah dari pemukiman penduduk. Kompleks Rumah Potong Hewan harus terdiri dari kandang utama, kandang penampungan, kandang istirahat dan kandang isolasi. Selain itu, seluruh perlengkapan pendukung dan penunjang Rumah Potong Hewan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat.