BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

Soepriadi dan Bambang Pardiarto Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

Oleh : Soepriadi, Armin Tampubolon dan Hamdan Z. Abidin Kelompok Penyelidikan Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

STUDI MINERALISASI TIPE ENDAPAN GREISEN DI BUKIT MONYET KECAMATAN PANGKALAN BARU KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TATANAN GEOLOGI

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Ciri Litologi

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

MINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaolin merupakan mineral yang cukup banyak dipakai dalam berbagai industri, baik

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter 2

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FENOMENA BARU KETERDAPATAN BIJIH BESI DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR. Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto. Sari

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB II TINJAUAN UMUM

HALAMAN PENGESAHAN...

KARAKTERISTIK CEBAKAN TIMAH PRIMER DI DAERAH PARIT TEBU, KABUPATEN BELITUNG TIMUR, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENENTUAN ZONA PROSPEKSI MINERAL LOGAM TIMAH DI LAUT TANJUNG PALA KABUPATEN BANGKA, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

JENIS DAN TIPE ENDAPAN BAHAN GALIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

BAB I: PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timah merupakan komoditas tambang tertua dan penting di Indonesia. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan merupakan salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia. Salah satu keberadaan timah di Indonesia dapat ditemukan di Pulau Belitung. Pulau Belitung merupakan satu dari tiga pulau di Indonesia yang termasuk dalam Pulau Timah Indonesia (Sujitno dkk., 1981). Pulau Belitung terletak di ujung selatan dari Sabuk Timah Asia Tenggara yang membentang berarah utara selatan sepanjang 2800 km dengan lebar sekitar 400 km dari Cina, Burma, Thailand, Malaysia sampai akhirnya di Indonesia (PT. Timah, 1993). Timah di Indonesia umumnya diproduksi dari endapan letakan. Penambangan endapan timah letakan (sekunder) terbilang cukup mudah bila dibandingkan dengan endapan timah primer yang biasa dijumpai dalam bentuk greisen dan urat pada granit. Selain itu, pengolahannya juga tidak terlalu rumit seperti pada endapan timah primer. Akan tetapi, cadangan timah sekunder cepat atau lambat akan habis jika tidak ada upaya penambahan cadangan (Primadona, 2013). Bahkan, ITRI memperkirakan penurunan produksi timah yang signifikan pada tahun 2017 (Skykes, 2012). Produksi timah Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan dapat mencapai 32,2%, kemudian mengalami penurunan menjadi 19,1% di tahun 2017 (Sykes, 2012). Penemuan cadangan timah primer merupakan salah satu solusi untuk dapat menambah pasokan timah Indonesia. 1

2 Eksplorasi dan penelitian-penelitian bahkan eksploitasi terkait timah primer sebenarnya sudah pernah dilakukan. Penelitian dan eksplorasi timah primer di Pulau Belitung (Indonesia) bahkan sudah dilakukan sejak tahun 1970-an. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut harus terus diperbarui dan ditingkatkan agar dapat meningkatkan pemahaman terkait endapan timah primer secara komprehensif. Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi modal untuk melanjutkan eksplorasi ke tahap selanjutnya sampai akhirnya dapat dieksploitasi. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi dan karakteristik endapan timah primer di daerah penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui kondisi geologi serta kontrolnya terhadap pembentukan mineralisasi timah primer pada daerah penelitian 2. Mengetahui tipe dan karakteristik alterasi hidrotermal serta penyebarannya pada daerah penelitian 3. Mengetahui karakteristik mineralisasi timah primer serta penyebarannya pada daerah penelitian 4. Mengetahui genesa endapan timah primer pada daerah penelitian. I.3. Batasan Masalah Batas permasalahan penelitian ini mencakup tipe alterasi serta tipe mineralisasi yang dikontrol oleh litologi dan struktur geologi pada endapan timah

3 primer yang ada di Desa Lintang dan Parit Tebu Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Penentuan zona dan tipe alterasi serta mineralisasi pada batuan pembawa bijih timah didukung dengan pengujian dan analisis menggunakan metode petrografi, mikroskopi bijih, X-Ray Diffraction (XRD) dan Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry (ICP-MS). I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi geologi meliputi geomorfologi, variasi litologi dan struktur geologi serta karakteristik mineralisasi timah primer daerah penelitian dalam bentuk karya tulis maupun peta 2. Menghasilkan peta geomorfologi, geologi, alterasi dan mineralisasi daerah penelitian dalam skala yang lebih detil dan terbaru 3. Memberikan informasi tambahan bagi ahli geometalurgi dalam penentuan metode pengolahan timah primer secara efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik timah primer daerah penelitian 4. Memberikan informasi dalam penentuan strategi eksplorasi lanjutan daerah penelitian. I.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara geografis, lokasi penelitian berada di Pulau Belitung, dengan batasbatas geografis yakni di bagian timur berbatasan dengan Selat Karimata, bagian

4 selatan berbatasan dengan Laut Jawa, bagian barat berbatasan dengan Selat Gaspar dan bagian utara berbatasan dengan Laut Natuna. Gambar 1.1. Peta lokasi daerah penelitian (portal.ina-sdi.or.id). Lokasi penelitian berada di Desa Lintang dan Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi penelitian masuk dalam lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Timah Persero Tbk. dengan surat izin praktek penelitian dari perusahaan nomor 1564/Tbk/UM- 0401/2015-S8.13 tanggal 22 Agustus 2016. Lokasi penelitian masuk ke dalam peta

5 geologi regional lembar Belitung yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi yang dibuat oleh Baharuddin dan Sidarto tahun 1995 serta termasuk dalam Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Padang (1313-11). Luas lokasi penelitian sekitar 15 km 2. Lokasi penelitian dapat ditempuh menggunakan kendaraan darat selama 30 menit dari Kota Manggar ke arah barat daya. I.6. Peneliti Terdahulu 1. van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa struktur geologi Pulau Belitung beranalogi dengan Pulau Bangka. Formasi tertua di Pulau Belitung mengandung sedimen pelitik dan psamitik. Diabas Cape Siantu dapat dibandingkan dengan dyke dan sill doleritik di Penjabung, Bangka. Lapisan rijang radiolarian memanjang sejajar urat di Kelapa Kampit dapat dibandingkan dengan serpih silikaan mengandung radiolaria di Bangka. 2. Cooper (1976) dalam laporan aktivitas geologi yang dilakukan di Pulau Belitung menyatakan bahwa mineralisasi timah primer di Pulau Belitung terdiri atas dua tipe. Tipe pertama berupa endapan greisen yang berasosiasi dengan granit dan menunjukkan kadar yang rendah. Tipe kedua berupa endapan urat yang terdiri dari urat sejajar bidang perlapisan, urat patahan, urat rekahan dan stockwork pada batupasir. Tipe kedua tersebut lebih bersifat ekonomis. 3. PT. Geoservices (1977) meneliti tentang kondisi geologi urat bijih yang tersingkap di Mengkubang, Belitung Timur. P.T. Geoservices menyatakan bahwa mineralisasi bijih kasiterit terjadi dalam urat kuarsa, zona dislokasi dengan atau tanpa pembentukan breksi dan jenis sedimen lempung yang

6 berasosiasi dengan batupasir kuarsitik. Jebakan mineralisasi tersebut ditentukan oleh faktor kondisi struktur dan stratigrafi. 4. Jones dkk. (1977) meneliti tentang umur dari mineralisasi timah dan plumbotectonics di Belitung. Hasil dari penelitian tersebut adalah endapan timah primer di Belitung secara spasial berhubungan dengan granit berumur Triasik Atas. 5. Sujitno dkk. (1981) melakukan penelitian di beberapa lokasi di Belitung di antaranya daerah Pagardamar-Mang-Tebu-Kluang-Amoy, Belitung Timur. Penelitian tersebut menyatakan bahwa timah pada daerah tersebut berasosiasi dengan magnetit, hematit, kuarsa, kaolin dan klorit. Urat (lode) magnetitkasiterit dapat dijumpai di daerah Pagar Damar, terpotong oleh adanya kemungkinan sesar berarah timur laut-barat daya. 6. PT. Timah (1993) pada tahun 1992 melaporkan dalam pemboran prospeksi yang dilakukan di Pagardamar, Belitung Timur dijumpai urat hematit-magnetit bersifat masif di bagian luar, semakin ke arah dalam berongga dengan kilap metalik. Hasil pemboran menunjukkan urat hematit-magnetit mempunyai ketebalan 2 2,2 meter, semakin ke dalam, urat semakin menipis. 7. Lehmann dan Hermanto (1990) meneliti tentang deplesi timah skala besar di Granit Tanjungpandan, Belitung. Deplesi timah tersebut disebabkan oleh fluida bertemperatur tinggi dan berfugasitas oksigen rendah sehingga terjadi distribusi timah kembali dalam granit. 8. Schwartz dan Surjono (1990) meneliti tentang greisenisasi dan albitisasi endapan timah-tungsten di Tikus, Belitung. Hasil penelitian tersebut adalah

7 mekanisme deposisi kasiterit dan wolframit adalah meningkatnya ph dan secara bersamaan terjadi penurunan temperatur pada granit yang mengalami greisen dan albitisasi dalam level moderat/sedang. 9. Baharuddin dan Sidarto (1995) meneliti tentang stratigrafi regional penyusun Pulau Belitung, yang mana pada peta geologi regional tersebut menjelaskan bahwa stratigrafi penyusun Pulau Belitung dari tua ke muda yakni Formasi Kelapa Kampit, Formasi Tajam dan Siantu, Granit Tanjung Pandan, Adamelit Baginda dan Diorit Kuarsa Batubesi dan Granodiorit Burungmandi. 10. Herald Resources Limited (2000) dalam laporan aktivitas geologi yang dilakukan di Belitung Timur salah satunya Pagardamar menyatakan tubuh bijih di Pagardamar berupa urat magnetit sejajar bidang perlapisan sepanjang 200 meter dan patahan berarah timur laut memotong urat. 11. Soepriadi dkk. (2014) melakukan penyelidikan untuk menentukan wilayah pengeboran eksplorasi mineral logam timah primer dan logam lain di daerah Parit Tebu dan Lintang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa unit batuan malihan berselingan batusabak dan batupasir kuarsa bersisipan batulanau mengandung urat-urat tipis kuarsa yang diduga berasosiasi dengan cebakan timah. 12. Soepriadi dan Pardiarto (2015) melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil pengeboran logam timah primer di daerah Parit Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa di daerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai di

8 permukaan umumnya mempunyai tipe urat dengan mineral pengotor berupa kuarsa yang berasosiasi dengan mineral besi. Penelitian-penelitian terdahulu pada umumnya hanya memfokuskan penelitian pada mineralisasi timah primer. Beberapa peneliti meskipun telah membahas mengenai geologi, alterasi serta mineralisasi timah primer di daerah penelitian, akan tetapi terbatas pada ketelitian penelitian yang dilakukan. Penelitian ini akan membahas mengenai geologi, alterasi serta mineralisasi timah primer di daerah penelitian dengan melakukan pemetaan geologi dalam ketelitian 1:25000 serta pengujian dan analisis laboratorium dengan metode petrografi, mikroskopi bijih, XRD dan ICP-MS.