Keragaan Hasil Penerapan Komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi di Jawa Tengah (Studi Kasus di Wilayah Pantura Barat) Joko Pramono, D.M. Yuwono, dan Anggi Sahru Romdon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Kotak Pos 101 Ungaran 50501 E-mail: maspramono_64@yahoo.com Abstrak Peningkatan jumlah penduduk dengan pertumbuhan yang tinggi, telah memunculkan kekawatiran akan terjadinya kerawanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan produksi pangan terutama padi guna meningkatkan ketahanan pangan dan mencapai kedaulatan pangan dimasa mendatang. Dalam rangka pendampingan program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, telah dilakukan pengkajian penerapan komponen PTT dalam bentuk Display di tiga wilayah kabupaten sentra produksi padi di Jawa Tengah meliputi kabupaten Tegal, Pekalongan dan Batang pada Musim Tanam II tahun 2015. Pelaksanaan Display mengunakan pendekatan On Farm Adaptive Reserach (OFAR), yaitu kegiatan dilaksanakan di lahan petani dengan penerapan inovasi teknologi dikawal oleh peneliti, penyuluh dan teknisi BPTP Jawa Tengah. Adapun komponen teknologi yang diterapkan meliputi; penggunaan Varietas unggul baru padi (Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32, dan Inpari 33), sistem tanam jajar legowo 2:1, bibit muda 20 hss, pemupukan 200 kg Urea/ha dan NPK Phonska 300 kg/ha, dan pemberian bahan organik 2 t/ha. Hasil pengkajian menunjukan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan produktivitas padi di ketiga wilayah kabupaten sentra padi di pantura Jawa Tengah dengan peningkatan pada kisaran rata-rata 15,36 19,96%, dan untuk contoh kasus di kabupaten Tegal dapat meningkatkan keuntungan usahatani sebesar 20,9% atau sebesar 3,940 juta rupiah/ha, serta menurunkan biaya produksi dari Rp. 1.833 kg -1 gabah menjadi Rp. 1.678 kg -1 gabah. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan Peningkatan jumlah penduduk dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, telah memunculkan kekawatiran akan terjadinya kerawanan pangan di Indonesia. Kementerian Pertanian melakukan program Upaya Khusus terhadap sebelas komoditas pangan strategis untuk percepatan swasembada dan peningkatan produksi (Swadaya, 2016). Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan produksi pangan terutama padi melalui pembangunan infrastruktur, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, gerakan optimalisasi lahan, Gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GP -PTT), perluasan areal tambah tanam (Kementan, 2015), dan introduksi inovasi teknologi guna meningkatkan produksi untuk mencapai ketahanan pangan dan mencapai kedaulatan pangan dimasa mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri, telah ditetapkan sasaran produksi pada tahun 2015 sebesar 73.445.034 ton gabah kering giling (Dirjen T P,2015). Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi penghasil padi ketiga terbesar, telah menetapkan target produksi padi sebesar 11.6 juta ton, atau meningkat 2 juta ton dari produksi tahun sebelumnya (Dintan TPH Jateng. 2015). Untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan tidaklah mudah, untuk itu diperlukan upaya ekstra untuk mengatasi berbagai kendala yang meghambat pencapaian produksi. Beberapa kendala peningkatan produksi padi di Jawa Tengah pada tahun 2015 antara lain adalah; penciutan lahan pertanian karena alih fungsi lahan, gagal panen yang disebabkan oleh dampak perubahan iklim seperti El-Nino yang menyebabkan kekeringan dan puso. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 397
Program peningkatan produksi pangan, melalui peningkatan produktivitas secara intensif telah dilakukan sejak 2008 melalui program Sekolah Lapang Pengelolaan tanaman Terpadu (SL- PTT), hingga tahun 2014 melalui program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) di seluruh wilayah sentra produksi padi di Indonesia (Bahri, 2015). Pelaksanaan program SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan pertanian tanaman pangan, khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi nasional telah terbukti mampu mengungkit peningkatan produksi, namun ke depan dengan tantangan yang lebih kompleks diperlukan penyempurnaan dan atau peningkatan kualitas programyang lebih baik (Dirjen TP, 2015). Pada tahun 2015 disamping pelaksanaan GP-PTT juga dilakukan pendampingan program Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi Pajale di 30 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Target yang ingin dicapai pada program tersebut adalah peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama yaitu; padi, jagung dan kedelai. Salah satu strategi yang dilakukan untuk memacu peningkatan produksi pangan adalah dengan mendorong upaya penerapan inovasi teknologi pertanian yang unggul hingga sampai di lahan petani. Inovasi teknologi memiliki peran strategis dalam mengatasi berbagai permasalahan pertanian yang semakin kompleks di Indonesia. Pengalaman menunjukkan, sebagian dari masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dapat dipecahkan dengan penerapan teknologi (Puslitbangtan, 2007). Peningkatan produktivitas pertanian, khususnya pangan tidak luput dari peran inovasi seperti varietas unggul, teknologi pemupukan, teknologi pengendalian hama dan penyakit. Kontribusi varietas unggul terutama varietas unggul baru (VUB) dan varietas unggul hibrida (VUH) terhadap peningkatan produksi bervariasi antara 9% 48% ini menunjukan bahwa peran varietas unggul sangat tinggi terhadap peningkatan produksi (Badan Litbang P ertanian, 2007). Disamping varietas peran komponen teknologi seperti sistem tanam jajar legowo 2:1 perlu didorong pengembangannya ditingkat lapangan. Hasil beberapa pengkajian telah terbukti bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan hasil hingga 16% (Pramono, et al. 2014). Hasil penelitian Abdurachman, et al. (2011) di Jawa Tengah pada tahun 2011 dilaporkan bahwa sistem tanam jajar legowo meningkatkan hasil pada MT-1 sebesar 10,5% dan pada MT-2 sebesar 15,4%. Metodologi Pengkajian dalam bentuk Display PTT dengan komponen teknologi; Varietas unggul baru padi, sistem tanam jajar legowo 2:1, bibit muda 20 hss, pemupukan spsifik lokasi, pemberian bahan organik 2 t/ha telahdilaksanakan di lahan sawah Desa Kalijambe, Kabupaten Pekalongan, Desa Tenggulangharjo, Kabupaten Batang, dan Desa Kaladawa, Kabupaten Tegal pada musim tanam (MT) II tahun 2015. Pelaksanaan Display mengunakan pendekatan On Farm Adaptive Reserach (OFAR), yaitu kegiatan dilaksanakan di lahan petani dengan penerapan inovasi teknologi dikawaloleh peneliti, penyuluh dan teknisi BPTP Jawa Tengah. 398 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Tabel 1: Penerapan teknologi pada masing-masing pola dimasing-masing lokasi Komponen Teknologi Pola A (Tanam Jajar legowo 2:1) Pola B (Tanam Tegel) Varietas Perlakuan benih Jarak Tanam Pemupukan : - Urea - NPK Phonska - Pupuk Organik Inpari 30, 31, 32, 33 Fipronil 40 x 20 x 15 cm 200 kg/ha 300 kg/ha 2 ton/ha Inpari 30, 31, 32, 33 Fipronil 23 x 23 cm 200 kg/ha 300 kg/ha 2 ton/ha Komponen agronomis yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, dan hasil gabah (t/ha) dan untuk keperluan analisis finansial usahatani dicatat input dan output usahatani. Hasil dan Pembahasan Keragaan Hasil Keragaan hasil penerapan komponen teknologi pada pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang meliputi penerapan sistem tanam jajar legowo dan penggunaan varietas unggul padi, datanya disajikan pada Tabel 2, 3 dan 4. Capaian produktivitas padi dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang dilaksanakan di kabupaten Pekalongan ternyata mampu meningkatkan produktivitas berbagai varietas unggul padi yang diintroduksikan pada kisaran 18,7 21,8 %, hal ini lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan Pramono, et al. (2014) sebesar 16%, juga yang dilaporkan Abdurachman, et al. (2011) sebesar 15,4%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo secara benar terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi sawah. Tabel 2.Keragaan produktivtas (t/ha GKG) pada Display PTT padi sawah di Kabupaten Pekalongan, MT 2015 No Varietas Jajar legowo 2:1 Tegel Peningkatan (%) 1. Inpari 30 7,92 a 6,50 b 21,8 2. Inpari 31 7,71 a 6,49 b 18,7 3. Inpari 33 7,08 a 5,93 b 19,4 Rata-rata 7,57 a 6,30 b 19,96 Pada Tabel-3, hasil display PTT di kabupaten Batang, memberikan hasil yang serupa dengan display dikabupaten Pekalongan. Penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 mampu meningkatkan produktivitas pada kisaran 7,4-25,1%, dan introduksi varietas unggul baru rerata produktivitasnya lebih tinggi dari varietas Ciherang (6,43 t/ha) yang terlebih dahulu dikembangkan dan eksis di lokasi sekitar display dengan peningkatan mencapai 7,5-18%. Capaian potensi hasil VUB yang diintroduksikan melalui sistem tanam jajar legowo tersebut sebenarnya belum optimal dan masih berpeluang untuk ditingkatkan, mengingat potensi hasil Inpari 30, 31, 32 dan 33 dapat mencapai lebih dari 8 t/ha GKG (BB Padi, 2015 ; Pramono, et al. 2015). Peningkatan produktivitas padi sistem tanam jajar legowo 2:1 antara lain disebabkan oleh karena peningkatann populasi tanaman per hektar. Menurut Sembiring (2001) dalam Abdulrachman, et al. (2014), sistem tanamjajar Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 399
legowo merupakan salah satu komponen PTT padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam biasa memiliki keuntungan sebagai berikut; (a) terdapat ruang terbuka yang lebar (40-50 cm) diantara dua kelompok barisan tanaman padi yang dapat meningkatkan intensitas cahaya matahari masuk kesetiap rumpun padi, sehingga meningkatnya aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman, dan (b) meningkatkan populasi tanaman pada kedua bagian tepi pada setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi. Tabel 3. Keragaan produktivtas (t/ha GKG) pada Display PTT padi sawah di Kabupaten Batang, MT 2015 No Varietas Jajar legowo 2:1 Tegel Peningkatan (%) 1. Inpari 31 7,56 a 6,04 b 25,1 2. Inpari 32 7,45 a 6,56 b 13,6 3. Inpari 33 6,41 a 5,97 a 7,4 Rata-rata 7,14 a 6,19 b 15,36 Tabel 4. Keragaan produktivtas (t/ha GKG) pada Display PTT padi sawah di Kabupaten Tegal, MT 2015 No Varietas Jajar legowo 2:1 Tegel Peningkatan (%) 1. Inpari 31 7,81 a 5,72 b 36,5 2. Inpari 32 7,92 a 7,64 a 3,7 3. Inpari 33 8,44 a 7,78 b 8,5 Rerata 8,05 a 7,04 b 16,23 Hasil serupa juga ditunjukkan pada display PTT yang dilaksanakan di Desa Kaladawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal (Tabel 4). Pada Tabel tersebut, peningkatan produktivitas akibat penerapan sistem tanam jajar legowo mencapai rata-rata hampir 1 ton/ha gabah kering atau meningkat sebesar 16,23%. Hasil dari berbagai uji coba penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang telah dilakukan tahun-tahun sebelumnya dalam rangka pendampingan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Tengah, juga menunjukkan peningkatan produktivitas padi di lahan sawah. Oleh karena itu pemerintah daerah terutama disentra produksi padi melalui Dinas Pertanian dan Lembaga Penyuluhan yang ada di provinsi dan kabupaten perlu memfokuskan upaya-upaya untuk bagaimana mendorong dan memfasilitasi agar sistem tanam jajar legowo 2:1 dapat dikembangkan petani. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan salah satu cara yang rasional untuk meningkatkan produktivitas padi sawah saat ini. Analisis Finansial Usahatani Hasil perhitungan analisisi finansial usahatani padi dengan pendekatan PTT dengan komponen teknologi pembeda antara sistem tanam Tegel (pola petani) dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 (pola introduksi) disajikan pada Tabel-5. Pada tabel tersebut terlihat bahwa untuk komponen biaya tenaga kerja pada kedua pola ada sedikit perbedaan terutama pada biaya tanam jajar legowo yang lebih tinggi dibandingkan pola petani (sistem tegel) dan biaya panen. Biaya panen dilokasi pengkajian Desa Kaladawa menganut sistem bawon dengan perbanding 1/10, setiap 1 ton hasil panen berupa gabah regu panen mendapat upah 0,1 ton gabah. Upah biaya panen tergantung besarnya produksi dalam bentuk gabah kering panen.komponen biaya usahatani untuk 400 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
sarana produksi pada kedua sistem tanam hanya pada penggunaan benih, untuk sistem tanam tegel kebiasaan petani menggunakan benih lebih banyak hingga 45 kg/ha, sedangkan pada sistem tanam jajar legowo 2:1 cukup dengan 30 kg/ha karena sistem tanam menggunakan 2-3 bibit perlubang. Tabel 5: Hasil analisis finansial usahatani padi untuk masing-masing sistem tanamdi Desa Kaladawa, Kec. Lebaksiu, Kab. Tegal. MT II 2015. Uraian Jarwo 2:1 Tegel Upah : - Olah tanah siap tanam - Pesemaian dan tanam - Penyiangan,pemupukan - Panen dan pasca panen (1/10*GY) 7.452.500 1.200.000 1.400.000 1.230.000 3.622.500 6.698.000 1.200.000 1.100.000 1.230.000 3.168.000 Sarana Produksi : - Benih - Pupuk kimia - Pupuk organik - POC/Pestisida - Sewa lahan/ha/musim 6.060.000 300.000 1.110.000 1.400.000 250.000 3.000.000 6.210.000 450.000 1.110.000 1.400.000 250.000 3.000.000 Total biaya produksi (Rp) 13.512.500 12.908.000 Hasil gabah kering (GY) kg 8.050 7.040 Nilai jual gabah (GY*harga) Keuntungan bersih Ongkos per kg gabah (Rp) 36.225.000 22.712.500 1.678 31.680.000 18.772.000 1.833 Output/input (R/C) 2,68 2,45 Keterangan : Harga gabah Rp.4.500/kg, Urea Rp. 1.800/kg, NPK Rp.2500/kg, pupuk organik Rp. 700/kg, tenaga Rp. 25.000/HOK Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa ke sistem tanamjajar legowo 2:1 layak secara ekonomi untuk diusahakan, dengan nilai rasio total penerimaan dan total biaya (RC ratio) sebesar 2,68 lebih baik dari sistemtanam tegel. Menurut Simatupang (1995) dalam Pramono et al. (2012), bahwa usahatani layak untuk diusahakan apabila minimal RC ratio sebesar 1,2 artinya bahwa usahatani tersebut minimal memberikan keuntungan lebih tinggi 20% terhadap biaya total. Hasil analisis finansial tersebut (Tabel-5) memberikan gambaran bahwa sistem tanam jajar legowo 2:1 memberikan keuntungan terbesar hingga 22,7 juta/musim/ha atau lebih tinggi 20,9% dibanding pola non legowo/sistem tanam tegel. Penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 di Desa Kaladawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal ternyata mampu menurunkan biaya produksi dari Rp. 1.833kg -1 gabah menjadi Rp. 1.678 kg -1 gabah. Kesimpulan Hasil pengkajian penerapan komponen PTT dalam bentuk display PTT dengan komponen utama system tanam jajar legowo 2:1 dan VUB, di beberapa lokasi di Jawa tengah, disimpulkan bahwa a) Penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan produktivitas padi di ketiga wilayah kabupaten sentra padi di pantura Jawa Tengah dengan peningkatan pada kisaran rata-rata 15,36 19,96%, b) penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 contoh kasus di kabupaten Tegal mampu meningkatkan keuntungan usahatani sebesar 20,9% atau sebesar 3,940 juta rupiah/ha, dan c) penerapan system tanam jajar legowo 2:1 dapat menurunkan biaya produksi dari Rp. 1.833 kg -1 gabah menjadi Rp. 1.678 kg -1 gabah. Daftar Pustaka Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 401
Abdulrachman, S., M.J. Mejaya, N. Agustiani, I. Gunawan., P. Sasmita, dan A. Guswara. 2014. Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Litbang Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta Bahri, S. 2015. Jajar Legowo. Materi Bimbingan Teknologi (Bintek) Bagi Petugas dalam rangka Mendukung Program UPSUS Pajale. BPP Pegandon. Kendal, 7 Oktober 2015. (tidak dipublikasikan). BB Padi. 2015. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Dintan TPH Jateng. 2015. Sasaran Produksi Padi, Jagung, Kedelai Tahun 2015. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jawa Tengah. mmateri Workshop Penyusunan sasaran Produksi PJK Jawa Tengah. Semarang, 1 Juni 2015. Dirjen TP. 2015. Pedoman Umum Gerakan Penerapan Pengelolaan tanaman Terpadu (GP -PTT) Padi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Kementan, 2015. Kinerja satu tahun Pembangunan Pertanian Kabinet Kerja. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Pramono, J., Ernawati dan S. Y. Jatmiko. 2012. Potensi Beberapa Varietas Jagung Hibrida pada Agroekosistem Lahan Sawah di Kabupaten Klaten. Dalam. Yanisworo, et al. (Ed). Prosiding Seminar Nasional Peran Teknologi untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Peningkatan Perekonomian Bangsa. Fak. Pertanian UPN Veteran. Yogyakarta. Pramono, J., S. Bahri, M.I. Wahab, dan A.S. Romdon. 2014. Dukungan BPTP Jawa Tengah pada Program Peningkatan Produksi Padi, jagung dan Kedelai di Jawa Tengah. Dalam Muryanto, dkk. (eds). Dukungan Badan Litbang Pertanian dalam Pembangunan Pertanian di Jawa Tengah.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran. Pramono, J., Samijan, H. Anwar dan T,T. Prastuti. 2015. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Buku Lapang. Cetakan ketiga. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 100 hal. Sembiring, 2001. Komoditas Unggulan Pertanian provinsi Sumatera Utara. Balai Pengkaian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Medan. Swadaya. 2016. Koordinasi Pajale Pusat dan Daerah. Laporan Utama. Swadaya Media Bisnis Pertanian. Vol. 7 (64). 402 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian