HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 ABSTRAK Reza Eka Putra, Dwita Anastasia Deo, Dyah Gita Rambu Kareri Bekerja di industry furniture kayu merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko untuk keterkena gangguan fungsi paru akibat dari paparan debu kayu. Pekerjakayu di Kecamatan Kelapa Lima mempunyai risiko tinggi terkena gangguan fungsi paru akibat dari kebiasaan pekerja yang tidak pernah menggunakan masker sebagai alat pelindung diri dan kuantitas debu kayu yang tinggi di area bekerja sehingga dapat menyebabkan debu kayu terhirup dan mengganggu fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama paparan debu kayu dengan kapasitas vital paru. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini menggunakan uji chi square dengan nilai signifikan p<0,05. Sembilan puluh empat pekerja kayu yang dipilih menggunakan metode consecutive sampling, yang bekerja di industry furniture kayu daerah Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang ikut berpartisipasi dalam penelitian yang berlangsung pada bulan Oktober hingga November 2015. Identifikasi data lamanya paparan debu kayu menggunakan kuesioner dan kapasitas vital paru menggunakan Spirometer Digital Takei TKK 115010. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan signifikan secara statistic antara lama paparan debu kayu dengan kapasitas vital paru (p=0,030). Masker berjenis N95 dapat digunakan oleh para pekerja kayu untuk melindungi diri dari paparan debu kayu. Kata Kunci :industri furnitur kayu, gangguan fungsi paru, kapasitas vital paru, debu kayu Kesehatan kerja merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai factor seperti penggunaan alat pengaman saat bekerja serta tempat kerja yang aman dan sehat. Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Tempat kerja tidak terorganisir dapat menyebabkan bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan yang mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan. Menurut International Labour Organization (ILO) 2013, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerjaan menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Lebih dari 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. (1) Menurut Kementrian Perindustrian (Kemenperin) padatahun 2013, dari tahun ketahun kebutuhan akan furniture berbahan dasar kayu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri selalu meningkat. Minimal ekspor barang barang furniture dari Indonesia mencapai 5-10%. (2) Di NTT, industry furniture berbahan dasar kayu terjadi peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2013 menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG), jumlah industry furniture berbahan dasar kayu di daerah Kecamatan Kelapa Lima mencapai 35 industri. (3) Bekerja di industry furniture berbahan dasar kayu mempunyai risiko 52 Universitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 52
terhadap gangguan pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh menghirup debu yang dihasilkan dari pengolahan kayu. (4 ) Debu kayu yang bebas di udara akan terhirup kesaluruan pernapasan dan menyebabkan gangguan fungsi paru sehingga mengakibatkan menurunnya kesehatan pekerja. (5) Debu kayu yang masuk kedalam saluran pernapasan akan mengendap dan mengeras pada jaringan paru-paru. (6) Pengerasan jaringan atau disebut juga dengan fibrosis ini yang nantinya akan mengakibatkan sulitnya pengembangan paru-paru dan selanjutnya berdampak pada penurunan volume paru. (7) Fibrosis yang berlangsung lama akan semakin menurunkan kapasitas vital paru. (8) Pekerja kayu di Kecamatan Kelapa Lima mempunyai risiko tinggi untuk terkena gangguan fungsiyang diakibatkan oleh kebiasaan pekerja kayu yang tidak pernah menggunakan alat pelindung diri dan kuantitas debu kayu di area bekerja yang tinggi. Kondisi ruang kerja yang outdoor mempunyai konsentrasi debu kayu yang lebih rendah dibandingkan dengan ruang kerja yang indoor, dikarenakan pada ruang kerja outdoor partikel debu kayu akan keluar ke udara bebas, sedangkan pada ruang kerja indoor partikel debu kayu akan terperangkap dalam area kerja dan mengakibatkan tingginya konsentrasi debu kayu di udara. Partikel debu kayu yang dihasilkan oleh pengolahan kayu mempunyai variasi ukuran bergantung pada alat yang digunakan untuk mengolah kayu tersebut, semakin kecil ukuran debu kayu tersebut maka kemungkinan untuk mengakibatkan gangguan fungsi paru semakin besar. (9) METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah cross sectional atau potong lintang dimana peneliti melakukan pengukuran atau observasi terhadap variable menurut keadaan atau statusnya selama waktu observasi. (10) Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama paparan debu kayu dan variable independen dalam penelitian ini adalah kapasitas vital paru. Penelitian ini dilakukan di 20 industri furnitur kayu di daerah Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan populasi pekerja kayu yang bekerja di industri furnitur kayu daerah Kecamatan Kelapa Lima yang memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi subjek penelitian dan menandatangani lembar persetujuan penelitian, pekerja kayu dengan rentang umur 20-55 tahun dan pekerja kayu yang menjawab dan mengumpulkan kuisioner dengan lengkap, serta kriteria-kriteria eksklusi yaitu pekerja kayu dengan penyakit paru saat dilakukan penelitian, pekerja kayu dengan IMT diatas normal, pekerja kayu dengan intensitas olahraga sering (>4 hari/minggu), pekerja kayu yang menggunakan masker saat melakukan pekerjaan, pekerja kayu dengan kebiasaan merokok lebih dari 10 batang per hari dan pekerja kayu wanita. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 94 sampel. Pengukuran lama paparan debu kayu dilakukan menggunakan kuesioner dan kapasitas vital paru menggunakan Spirometer Digital Takei TKK 11510. Sampel yang bersedia selanjutnya menandatangani informed consent, melakukan pengisian kuesioner dan melakukan pengukuran kapasitas vital paru. Data yang didapatkan kemudian diolah menggunakan uji statistik dan hasil yang keluar kemudian disusun menjadi laporan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini terbanyak ialah yang berusia 20-31 tahun dan berpendidikan terakhir SMP atau sederajat. Pada penelitian ini dari 94 responden didapatkan sebanyak 23,4% (22/94) responden mempunyai lama paparan debu kayu kurang dari 5 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 76,6% (72/94) Universitas Nusa Cendana 53
responden mempunyai lama paparan debu kayu selama 5 tahun atau lebih. Pada pengukuran kapasitas vital paru pada 94 responden didapatkan sebanyak 25,5% (24/94) responden mempunyai kapasitas vital paru yang baik, yakni bernilai 80% atau lebih sedangkan sisanya sebanyak 74,5% (70/94) responden mempunyai kapasitas vital paru yang rendah, yakni bernilai kurang dari 80%. HASIL ANALISIS DATA UNIVARIAT Berikut ini adalah hasil analisis univariat yang digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi subjek penelitian. Tabel 1. Analisis Univariat Lama Paparan Debu Kayu dan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Kayu di Kecamatan Kelapa Lima. No Variabel 1. Lama Paparan Debu Kayu Kurang dari 5 tahun 5 tahun atau lebih 2. Kapasitas vital paru 80% atau lebih Kurang dari 80% Sampel N % 22 72 94 24 70 94 23,4 76.6 100 25,5 74,5 100 Berdasarkan Tabel 1 di atas jumlah responden yang memiliki lama paparan debu kayu kurang dari 5 tahun sebanyak 23,4% (22/94) responden, sedangkan yang memiliki lama paparan debu kayu 5 tahun atau lebih sebanyak 76,6% (72/94) responden. Pada variabel kapasitas vital paru, sebanyak 25,5% (24/94) responden memiliki kapasitas vital paru 80% atau lebih, sedangkan sebanyak74,5% (70/94) responden memiliki kapasitas vital paru kurang dari 80%. HASIL ANALISIS BIVARIAT ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU Tabel Lama Paparan Debu Kayu Kurang dari 5 tahun 5 tahun atau lebih 2. Analisis Bivariat antara Lama Paparan Debu Kayu dengan Kapasitas Vital Paru 80% atau lebih Kapasitas Vital Paru Kurang dari 80% N % N % N % 10 45,5 12 54,5 22 23,4 14 19,4 58 80,6 72 76,6 22 25,5 70 75,5 94 100 p = 0.014dan α =0.05, dimananilai p < α Berdasarkan Tabel 2 di atas, hasil analisis didapatkan nilai p=0,030 (p<0,05) menunjukkan penelitian ini memiliki hubungan antara lama paparan debu kayu dengan kapasitas vital paru ini sejalan dengan naskah publikasi oleh Khumaidah yang meneliti dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama paparan debu kayu dengan gangguan fungsi paru yang merujuk pada menurunnya kapasitas vital paru pada pekerja kayu di PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama paparan debu kayu dengan kapasitas vital paru. Kapasitas vital paru akan menurun apabila semakin lama terpapar debu kayu. (11) Sebanyak 22 responden yang memiliki lama paparan debu kayu kurang dari 5 tahun, sebanyak 54,5% (12/22) responden mempunyai kapasitas vital paru kurang dari 80%. Hal ini berbanding lurus pada 72 responden yang memiliki lama Universitas 54 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 54
paparan debu kayu selama 5 tahun atau lebih, sebanyak 80,6% (58/72) responden diantaranya memiliki kapasitas vital paru yang rendah, yakni bernilai kurang dari 80%. Berdasarkan data diatas, terbukti bahwa semakin lama seseorang terpapar debu kayu maka kemungkinan mengalami penurunan kapasitas vital paru juga meningkat. Kapasitas vital paru dipilih sebagai nilai standar ukur untuk pemeriksaan fungsi paru dikarenakan nilai dari kapasitas vital paru merupakan jumlah dari seluruh volume fungsional paru, dan alat untuk mengukur kapasitas vital paru disebut spirometer. (12)(13) Debu kayu yang sebagai benda asing masuk kedalam paru-paru akan menginduksi makrofag untuk menghancurkan debu kayu di dalam paruparu. (14) Pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin yang berlangsung lama selanjutnya akan menjadi fibrosis jaringan paru. Akibat fibrosis paru akan terjadi penurunan elastisitas jaringan paru serta mengurangi bagian fungsional paru dan menimbulkan gangguan. Gangguan ini disebut gangguan paru restriktif. (11) Risiko penurunan kapasitas vital paru oleh paparan debu yang lama dapat dikurangi dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa masker N95 yang khusus dibuat agar terhindar dari debu dengan ukuran partikel yang kecil. (15) KETERBATASAN PENELITIAN 1. Penelitian ini hanya mengukur lama paparan debu kayu, sehingga belum memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pengukuran terhadap kapasitas vital paru dan tidak dilanjutkan dengan pemeriksaan lain yang menunjang untuk deteksi gangguan fungsi paru dikarenakan alat yang digunakan hanya untuk mengukur kapasitas vital paru. KESIMPULAN 1. Lama paparan debu kayu pada pekerja kayu di Kecamatan Kelapa Lima sebagian besar berjumlah 5 tahun atau lebih. 2. Kapasitas vital paru pada pekerja kayu di Kecamatan Kelapa Lima sebagian besar mengalami penurunan (bernilai kurang dari 80%). 3. Terdapat hubungan antara lama paparan debu kayu dengan kapasitas vital paru pada pekerja kayu di Kecamatan Kelapa Lima tahun 2015. 4. Semakin lama seseorang terpapar debu kayu, maka semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan kapasitas vital paru. DAFTAR PUSTAKA 1. International Labour Organization. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. 5th ed. Jakarta: International Labour Organization; 2013. 2. Kemenperin. Perkembangan Dunia Industri Furniture. 2013. 3. Disperindag. Data Industri Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang: Disperindag; 2013. 4. Sucipto E. Pengolahan Batu Kapur terhadap Penurunan Kapasitas Fungsi Paru (Studi Kasus di Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal). Universitas Diponegoro; 2007. 5. Suma mur K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). 2nd ed. Agung Seto; 2009. Universitas Nusa Cendana 55
6. Price SA. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005. 7. Kumendong JW. D, Rattu A. J, Kawattu A. P. Hubungan antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung. 2011;5 10. 8. Rantung F, Umboh M. J, B.S L. Hubungan Lama Paparan Debu Kayu dan Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Fungsi Paru pada Tenaga Kerja Mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. 2013. 9. Anugrah Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih di PT. SINAR UTAMA KARYA. Universitas Negeri Semarang; 2013. 11. Khumaidah. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel PT. KOTA JATI FURNINDO Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Universitas Diponegoro; 2009. 12. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012. 13. Harahap F. Uji Fungsi Paru. 192th ed. Cermin Dunia Kedokteran; 2012. 14. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2007. 15. Bois RM du. Forced Vital Capacity in Patients with Idiopathic Pulmonary Fibrosis. ATSJournals; 2011. 10. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta: CV. Agung Seto; 2011. 56 Universitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 56