BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu:

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP LINGKUNGAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OVERVIEW SIFAT FISIK DAN KIMIA DEBU PENCEMARAN UDARA AKIBAT DEBU INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur, yaitu infeksi dan saluran pernapasan bagian atas. Pengertian infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

Kisi-kisi Instrumen. No Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

PENGARUH MEROKOK DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT) PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB III METODE PENELITIAN

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan

Informasi penyakit ISPA

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSISALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI RAB RSU

HUBUNGAN KADAR DEBU AMBIEN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF PERNAFASAN YANG DIRASAKAN MASYARAKAT SEKITAR PELABUHAN TELUK BAYUR PADANG TAHUN 2014

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

BAB III METODE PENELITIAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ISPA Gejala batuk, pilek dan panas adalah tanda-tanda pertama dari suatu penyakit yang digolongkan dalam golongan penyakit "infeksi saluran pernafasan akut", disingkat "ISPA". infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang biak dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. 1 Saluran pernafasan pada manusia adalah alat-alat tubuh yang digunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru. Penyakit yang akut artinya penyakit yang berlangsungnya tidak lebih dari 14 hari. 1 Perlu diketahui, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas disebabkan oleh kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena seseorang tidak tahan terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu, udara dingin, debu, dan sebagainya. Namun penyebab yang paling umum adalah kuman penyakit. 2 ISPA dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. Tetapi bagi kita sangat penting memperhatikan ISPA pada anak-anak, karena penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun, Gejala ISPA ringan : Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala seperti berikut: 1. batuk. 2. serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis). 3. pilek yaitu mengeluarkan lendir/ingus dari hidung. Pilek yaitu mengeluarkan lendir/ingus dari hidung. Perlu diketahui, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas disebabkan oleh kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena seseorang tidak tahan terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu, udara

dingin, debu, dan sebagainya. Namun penyebab yang paling umum adalah kuman penyakit. 2 Gejala ISPA sedang : Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala atau lebih gejala-gejala berikut: pernafasan lebih dari 50x per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40x per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji. 1. Suhu lebih dari 39 derajat Celcius (diukur dengan termometer). 2. Tenggorokan berwarna merah. 3. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak. 4. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. 5. Prnafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). 2 Gejala ISPA berat : Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut bibir atau kulit membiru. lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas anak tidak sadar atau kesadarannya menurun pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah nadi cepat lebih dari 160x per menit atau tak teraba, sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.tenggorokan berwarna merah. 2 B. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA : a. Kepadatan rumah Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Kep Menkes RI 829/1999), sedangkan perumahan menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan

sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Untuk mencapai kondisi seperti di atas, maka salah satu syaratnya adalah mempunyai kamar tidur yang tidak padat penghuni (over crowding). Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari 5 tahun adalah 4,5 m 3 dan anak yang berumur lebih dari 5 tahun adalah 9 m 3, artinya dalam satu ruangan anak yang berumur 5 tahun ke bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 4,5 m 3 (1,5 x 1 x 3 m 3 ), dan di atas 5 tahun diberi kebebasan menggunakan ruangan 9 m 3 (3 x 1 x 3 m 3 ). 3 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, ukuran ruang tidur bagi orang dewasa adalah 8 m 2 untuk dua orang dan tidak boleh dihuni lebih dari 2 orang, kecuali anak umur kurang dari 5 tahun atau 4 m 2 untuk satu orang. 3 Kepadatan hunian menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun moral. Jumlah penghuni rumah sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman penyebab penyakit menular. Rumah yang luasnya tidak sesuai dengan jumlah penghuni akan mempermudah penularan penyakit terutama penyakit menular yang penularannya secara direc contact dan droplet spread diantara penghuni terlebih apabila penghuni tersebut kurang mengerti hygiene perorangan. Perumahan harus memenuhi syarat baik dari segi jumlah penghuni maupun konstruksi rumah. 3 b. Lingkungan Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial disamping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat, sehingga keterkaitan antara kualitas atau karakteristik lingkungan bermasalah dan status kesehatan perlu dipahami dan dikaji secara cermat agar dapat digambarkan potensi besarnya risiko atau gangguan kesehatan. 3 Rumah yang nyaman harus memenuhi persyaratan baik fisiologis maupun psikologis serta terhindar dari penularan penyakit dan kecelakaan. Syarat fisiologis yang harus dipenuhi adalah ventilasi dan pencahayaan yang cukup,

terhindar dari kebisingan; lantai, dinding dan atap harus memenuhi persyaratan kesehatan. Lantai harus kedap air untuk menghindari kelembaban yang tinggi. Kelembaban dalam rumah dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Kelembaban yang optimal dalam rumah adalah sekitar 50 60%. Kelembaban melebihi 60% akan berpengaruh terhadap kesehatan jasmani penghuni rumah (Lubis, 1989). Kurangnya ventilasi dapat juga menyebabkan kelembaban udara dalam rumah meningkat, karena terjadi proses penguapan kulit. Ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 20% dari luas jendela dan luas jendela minimal 10% dari luas lantai (Sanropie, 1991). Hawa segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus memenuhi syarat-syarat seperti : 1. Luas lubang ventilasi tetap minimum 10% dari luas lantai ruangan 2. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari asap 3. Aliran udara jangan menyebabkan orang masuk angin 4. Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. 5. Kelembaban udara dijaga jangan sampai tinggi 3 c. Status gizi dan perilaku Status gizi dan perilaku dalam memberikan masukan makanan terhadap tubuh juga merupakan faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya seseorang memiliki ketahanan terhadap suatu penyakit pada diri seseorang. 4 C. Pencemaran Udara Asap, abu terbang, debu dan lain-lain adalah bentuk padat atau cairan di udara dengan ukuran yang berbeda. Partikel dalam bentuk suspensi mempunyai ukuran 0,0002 500 mikron dan partikel dengan ukuran ini akan bertahan pada bentuknya sekitar beberapa detik sampai satu bulan. Keberadaan partikel di udara dipengaruhi oleh kecepatan partikel yang di tentukan oleh ukuran, densitas serta aliran udara. Partikel di udara ini akan mengotori benda-benda, menghalangi pandangan/sinar serta membawa gas-gas beracun ke paru-paru. 5

Beberapa kegiatan alam seperti letusan gunung berapi, debu dan tanah yang terbawa angin merupakan salah satu sumber debu di samping kegiatan manusia seperti kegiatan pembangunan (konstruksi), pengecoran baja, pertambangan dan asap akibat pembakaran yang tidak sempurna. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (kompisis) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akaan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah tercemar! Kenyamanan hidup terganggu. 5. Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu : karena faktor internal (secara alamiah), contoh : debu yang berterbagan karena tiupan angin. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik. Proses pembusukan sampah organic, dan lain-lain. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : hasil pembakaran bahan baker fosil. Debu / serbuk dari kegiatan industri/ penambangan. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padat, carian atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat. Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industri dan padat lalu-lintas. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurang (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Di negara-negara industri banyak dijumpai kasus penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara dan pencemaran-pencemaran lainnya.

Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan atau pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Penyakit tersebut antara lain : Silicosis, Asbestosis, Bisinosis, Anthracosis dan Berilliosis. Penyakit silicosis disebabkan oleh pencemaran debu silica bebas, berupa SiO 2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru yang kemudian mengendap. Debu silika bebas ini terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir/ menggerinda). Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi 2 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsenstrasi silica di udara cukup tinggi dan terhisap oleh paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan : sesak napas, yang disertai batuk-batuk. Batuk ini sering kali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkat sedang, gejala sesak nafas dan batuk mudah sekali terlihat dan pada pemeriksaan foto thorax kelainan paru parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita tbc paru, bronchitis chronis, asthma bronchiale dan penyakit saluran pernafasan lainnya. D. Feldspar Feldspar adalah kelompok mineral yang memiliki kesamaan karakteristik dan juga strukturnya. Beberapa feldspar dalam bentuk triboluminescent. Umumnya

formula dalam bentuk XAl (1-2) Si (3-2) O 8. X di dalam senyawa tersebut dapat berupa sodium, Na dan/atau pottasium, K dan/atau calsium (Ca). feldspar biasa digunakan sebagai bahan tambahan untuk barang barang yang terbuat dari keramik. 6 Produk yang mengandung silika bebas (Quartz) secara berulang dan terus menerus masuk saluran pernafasan dalam bentuk debu melebihi menyebabkan gangguan paru-paru (silikosis). Dalam bentuk kristal (crystalline silica) dan dapat dihirup melalui saluran pernafasan merupakan bahan karsinogen bagi manusia (IARC, 1999). 6 Tabel 1. Komposisi Kimia Udara yang mengandung Silika bebas Analisa kimia F-20 SiO 2 68,25% Al 2 O 3 18,80% Fe 2 O 3 0,065% CaO 1,40% MgO Sedikit K 2 O 4,10% Na 2 O 6,82% LOI 0.08% Sumber : Tim Epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara E. Kerangka Teori Lingkungan: - Sosial - Ekonomi - Budaya Penyebab: - Mikroorganisme - Alergi feldspar ISPA Imunitas F. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel terikat STATUS PAPARAN UMUR JENIS KELAMIN KEJADIAN ISPA BALITA G. Hipotesa Ada perbedaan Frekuensi kejadian ISPA pada anak balita berdasarkan status paparan di lingkungan penambangan Feldspar Desa Clering Kecamatan Keling Kabupaten Jepara.