Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Volume 4 Nomer 2 Desember 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Model Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN Pengawu

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Lere Pada Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Problem Solving

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

aantara lain tape recorder dan radio. Alat peraga visual adalah alat peraga 3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga

3.1.2 Subyek Penelitian

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 2 ISSN X

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

YENY SURYA DEWI A 54B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. dengan Classsroom Action Research, yang disingkat CAR yang berarti

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

Juwadi, S.Pd. ABSTRAK. Kata Kunci : Pendidikan Kewarganegaraan,Kebebasan Berorganisasi, Pendekatan Active Learning Strategy model Action Learning

PENERAPAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI ASEAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1 KALIOMBO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SUMBER ENERGI PANAS MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TERBIMBING. Imam Sobirin

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring Melalui Penggunaan Media Pias-Pias Kata Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 0104 Sibuhuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research),

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

(Class Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas. CAR (Class. Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

Zulham A.Ranya, Mohammad Jamhari, dan Amran Rede. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid

BAB III METODE PENELITIAN

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

selanjutnya dapat dibuat diagram di bawah ini.

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH RAHMAWATI HIDAYAH A54B090044

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA LINGKUNGAN SISWA KELAS IV SEMESTER I SEOLAH DASAR NEGERI 2 TEGALYOSO KECAMATAN KLATEN SELATAN 2014/2015 Oleh : Estiningsih Rahayu, S.Pd. SD Negeri 2 Tegalyoso Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dalam materi struktur dan fungsi akar pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Tegalyoso. Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Subyek penerimaan tindakan berjumlah 27 siswa yang terdiri 18 laki-laki dan 9 perempuan. Metode pengumpulan data dilakukannya melalui observasi tes melalui LKS dan dokumentasi. Dari penelitian ini dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar sebagai berikut : antara lain : (a) rata-rata kelas sebelum tindakan adalah 55,5 (b) Pada siklus I meningkat menjadi 63 (c) Pada siklus II meningkat menjadi 78,3. Sedangkan siswa yang tuntas sebelum tindakan 6 siswa (22%), pada siklus I terdapat 10 siswa (37%) dan pada siklus II siswa yang tuntas 19 siswa ( 79%) Dengan data tersebut membuktikan bahwa mengalami peningkatan dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II dengan penerapan pembelajaran kontektstual dengan media lingkungan sekitar dan telah mencapai indikator pencapaian hasil belajar siswa dengan rata-rata kelas yaitu > 70. Dari penelitan ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA dalam menyebutkan struktur dan fungsi akar kelas IV semester I dapat meningkat sehingga meningkatknya hasil belajar siswa di SD Negeri 2 Tegalyoso pada mata pelajaran IPA. Kata kunci : Pembelajaran Kontekstual, Hasil belajar 51

PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu tempat terjadinya proses belajar yang diusahakan dengan sengaja untuk menyajikan pengalaman bagi siswa, sehingga mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari kenyataan yang ada menunjukkaan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah masih banyak mempunyai permasalahan. Di antara permasalahan tersebut adalah rendahnya penguasan materi oleh siswa yang ditandai oleh rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Dari pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh data sebagai berikut : dari 27 siswa yang mengikuti ulangan diperoleh data : 6 siswa yang tuntas sedangkan 21 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Hal tersebut disebabkan karena pada saat pembelajaran, peneliti belum menggunakan media yang dapat mengoptimalkan siswa dalam belajar. Dari uraian tersebut maka dalam mencari alternatif pemecahan masalah adalah menggunakan media lingkungan di sekitar sekolah. Peneliti memilih media lingkungan dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 2 Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, dikarenakan pembelajaran IPA dengan media lingkungan akan lebih efektif dan bermakna, karena dengan lingkungan tersebut siswa lebih kongkrit dalam memaknai konsep dan akan tercapai KKM di SD Negeri 2 Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan dengan nilai ketuntasan 70. Dengan digunakannya bantuan media lingkungan, pembelajaran akan bisa lebih mengaktifkan siswa, sehingga siswa akan lebih perhatian, lebih fokus, terangsang daya pikirnya, serta motivasi belajar siswa meningkat dan proses pembelajaran bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti bersama teman sejawat serta guru kelas mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap adanya beberapa masalah yang timbul diantaranya adalah : 1. Penguasaan materi pembelajaran pada siswa masih rendah. 2. Hasil belajar kurang 3. Siswa belum bisa menguasai materi pelajaran. Setelah peneliti bersama guru kelas juga sebagai teman sejawat mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran, kemudian menganalisis apa yang menjadi penyebabnya dan akhirnya ditemukan faktor-faktor penyebabnya yaitu : 1. Penjelasan guru terlalu abstrak karena tidak menggunakan alat peraga media lingkungan. 2. Dalam pembelajaran siswa kurang dilibatkan. 3. Perhatian siswa tidak terpusat pada pembelajaran. KAJIAN PUSTAKA Prestasi Belajar IPA Belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, oleh sebab itu pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik. Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes Bellgredler (1986 : 1). Belajar adalah suatu proses perubahan individu sebagai yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, Fontana (1981). Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan, Gagne (1985). Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman, Mouly dalam Nana Sudjana (1996 : 5). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, dimana perubahan itu seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar, Sudjana, Nana (1996 : 5). Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman, Mouly dalam Sardiman (2001 : 23). Kemampuan ini dapat diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan 52

dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Slamet (1995 : 2). Ciri-ciri kegiatan belajar oleh Suryabrata, Sumadi (1993 : 249) : 1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada individu yang belajar (dalam arti behavioral changes). 2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru. 3. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, kebiasaan, ataupun sikap yang didalamnya terjadi perubahan. Menurut Arifin, Zainal (1998 : 30) prestasi belajar mempunyai fungsi : 1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2. Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu. 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai bahan informasi intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dari berbagai pendapat tentang pengertian prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah seseorang itu melakukan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu hal. Berdasarkan pengertian belajar dan prestasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Telah kita ketahui bersama bahwa prestasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-beda, ada yang prestasinya baik, ada yang prestasinya sedang, bahkan ada juga yang prestasinya kurang. Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan IPA yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar IPA adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah diterapkan sebelumnya, yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan kecakapan baru. Alat Peraga Beberapa pengertian menurut pendapat para ahli pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai : wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran. Briggs dalam Noehi Nasution, dkk ( 2004 : 7.3) 2. Alat peraga sebagai komponen sumber, dia mendefinisikan alat peraga sebagai : Komponen sumber belajar dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, Gagne dalam Noehi Nasution, dkk (2004 : 7.3). 3. Alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai berikut : Alat peraga adalah teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran, Schramm, Wilbur dalam Noehi Nasution, dkk (2004 : 7.3). 4. Alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem pendidikan, sehingga definisinya berbunyi : Segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar, Miarso, Hadi Yusuf dalam Drs. Noehi Nasution, M.A, dkk (2004 : 7.3) Sedangkan pengertian alat peraga secara terbatas adalah sebagai alat bantu pembelajaran. Terlepas dari ragamnya pengertian tentang alat peraga jelaslah bahwa sebagai alat bantu dalam pembelajaran memiliki fungsi yang jelas yaitu memudahkan siswa dalam memahami konsep atau prinsip, merangsang siswa dalam belajar, menarik perhatian siswa, sehingga motivasi belajar siswa meningkat dan proses belajar berjalan lebih efektif dan efisien. Secara umum alat peraga sebagai media pendidikan terdiri dari : 1. Alat-alat audio dan visual, seperti : radio, tape, TV, video, dan lain-lain. 2. Bahan-bahan cetakan atau bacaan seperti : buku, koran, majalah. 53

3. Koleksi benda-benda seperti : mata uang kuno, tumbuhan dan hewan yang diawetkan 4. Sumber-sumber masayarakat seperti : candi, peninggalan sejarah, monument. Selanjutnya kalau kita lihat dari jenis indra yang digunakan alat peraga digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Media audio yaitu alat peraga yang bisa didengar seperti : kaset, suara burung, suara petir, tape, radio dan lain-lain. 2. Media visual yaitu alat peraga yang dapat dilihat seperti : gambar, grafik, model, slide, dan lain-lain. 3. Media audio visual yaitu alat peraga yang bisa didengar dan dilihat seperti : video, TV, film, dan lain-lain. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN Subyek Penelitian 1. Tempat Pelaksanaan Perbaikan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran bertempat dikelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten dan Kelas IV ditetapkan sebagai setting kelas. Penelitian dilakukan sendiri oleh guru kelas sebagai peneliti dengan jumlah siswa sebanyak 27 anak terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. 2. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus pada mata pelajaran IPA dengan indikator : a. Siklus I dilaksanakan : 5 Oktober,8 Oktober dan 19 Oktober 2014 b. Siklus II dilaksanakan : 26 Oktober,29 Oktober dan 31 Oktober 2014 Teknik Penelitian Tindakan Kelas Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas pada umumnya menggunakan modelclass room action research (CAR) yang dikembangkan oleh Kemmis& Tagaart.Kemmis & Tagaart merupakan pengembang dari konsep dasar PTK pada umumnya, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). 1. Perencanaan (planning) Rencana penelitian tindakan kelas merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan keadaan yang tepat. 2. Tindakan (acting) Yang dimaksud acting adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Tindakan yang dilakukan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun sesuai dengan permasalahan. 3. Observasi(observing) Observasi dalam tindakan ini berfungsi untuk mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan dan pengaruh tindakan terkait. 4. Refleksi(reflecting) Refleksi adalah mengingat dan menunjukkan kembali suatu tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan hasil observasi. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus (putaran) atau kegiatan berkelanjutan. Siklus inilah yang sebenarnya menjadi salah satu unsur utama dari penelitian tindakan kelas, yaitu bahwa penelitian tindakan kelas harus dilakukan dalam bentuk siklus, bukan satu kali tindakan saja. Putaran atau siklus tersebut berulang terus-menerus sampai masalah yang dihadapi terpecahkan. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif terdiri dari : Data motivasi dan observasi serta data hasil belajar. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi participan dan non participan, pada awalnya peneliti menggunakan observasi non participan dimana peneliti hanya mengamati aktivitas siswa tanpa ikut aktif dalam kegiatan tersebut. Dengan observasi non participan peneliti bisa mengetahui permasalahan yang ada serta menahami kondisi sebelum digunakannya metode pembelajaran kontekstual. Teknik Analisis Data Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Análisis data dilakukan secara diskriptif kualitatif. Indikator Pencapaian 54

Pada Siklus I pembelajaran dikatakan tercapai jika hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai atau kurang dari KKM yaitu mencapai 77 %. Sedangkan pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai KKM yaitu mencapai 75 %. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Kelas yang digunakan subyek penelitian adalah kelas IV yang berjumlah 27 siswa. Karakter kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kebanyakkan siswa susah untuk memahami materi, pasif bertanya karena takut salah bila diberi pertanyaan serta metode guru menggunakan metode konvensonal. Kondisi kelas juga tidak tenang karena ada dua tiga siswa yang membuat gaduh sehingga siswa yng lain ikut juga gaduh. Dengan keadaan tersebut, siswa kurang memperhatikan pelajaran, sehingga lamban untuk memahami materi dan ada juga yang tidak bisa sama sekali. Bila kondisi kelas kurang kondusif sangat mempengaruhi dalam hasil belajarnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel diatas dapat dipaparkan bahwa hasil belajar IPA pada prasiklus, dari 27 siswa secara keseluruhan yang tuntas dalam belajar hanya 6 siswa, sedangkan 21siswa lainnya belum tuntas. Ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan pada prasiklus baru mencapai 22% dengan nilai rata-rata kelas 55,5. Hal tersebut memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaraan IPA masih rendah, karena rata-rata kognitif siswa dibawah KKM yaitu < 70. Sedangkan ratarata ketuntasan secara keseluruhan belum mencapai seperti yang diharapkan yaitu >75% siswa yang tuntas belajar. Peneliti bersama guru kelas IV menyimpulkan bahwa akar permasalahan dari rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA sebagai berikut : 1. Pembelajaran IPA masih bersifat teacher centered, sehingga siswa kurang percaya diri untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 2. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, sehingga pembelajaran kurang menarik dan siswa merasa bosan. 3. Belum menggunakan alat peraga dan media pembelajaran yang tepat, masih abstrak siswa menerima materi. 4. Belum optimal guru dalam mengkondisikan kelas, sehingga suasana kelas gaduh, ramai, dan pada akhirnya dalam pembelajaran siswa tidak dapat berkosentrasi. Deskripsi Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti akan merencanakan pelaksanaan tindakan. Diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Senin, tanggal 5 Oktober 2014 dan hari Rabu, tanggal 8 Oktober 2014. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Masingmasing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit (dua jam pelajaran). Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dengan mengamati kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Materi yang diajarkan pada tindakan siklus I adalah bagian tubuh akar dan tanaman. Observasi Tindakan Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar kurang tertib, pembelajaran kurang aktif, suasana kelas masih gaduh karena ada 3-5 siswa yang menertawakan temannya. Siswa belum berani mengeluarkan pendapat atau gagasan selama pembelajaran berlangsung, hanya terdapat beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran sehingga terdapat hasil belajar siswa ada beberapa yang masih jauh dari harapan. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu : 10 siswa ( 37% ) yang tuntas dan 17 siswa yang tidak tuntas ( 63% ). Hasil belajar pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan, yaitu rata-rata nilai hasil belajar prasiklus adalah 55,5 Pada siklus I meningkat menjadi 68,3. Sedangkan prosentase keberhasilan siswa yang nilainya diatas KKM (> 70) atau siswa yang tuntas mencapai 6 siswa pada prasiklus dan 10 siswa yang tuntas pada siklus I sehingga mengalami kenaikan sebesar 4 siswa. Dan 55

siswa yang tidak tuntas pada prasiklus berjumlah 21 siswa ( 77% ) dan siswa yang tidak tuntas pada siklus I berjumlah 17 siswa ( 63% ) sehingga mengalami penurunan sebesar 4 siswa. Refleksi Peneliti melakukan diskusi dengan observer juga merefleksi diri tentang pembelajaran yang telah berlangsung. Pada pembelajaran yang pertama belum berhasil. Dalam kegiatan ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan kelas selanjutnya, yaitu : 1. Beberapa siswa masih menertawakan teman yang lain. 2. Dalam pengamatan siswa belum optimal 3. Penggunaan media gambar penapang gambarnya kurang besar Evaluasi Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat dikatakan kegiatan yang dilakukan pada siklus I melalui metode pembelajaran kontekstual dengan media lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah terlihat meningkat tetapi belum mencapai indikator pencapaian 75%. Prosentase hasil belajar baru mencapai 37% baru 10 siswa yang mencapai KKM, yaitu 70 sehingga pada siklus I perlu diadakan perbaikan tindakan pada siklus II. Diskripsi Siklus II Perencanaan Merancang rencana pembelajaran melalui teman sejawat mengefisienkan waktu yang kurang tepat. Pada siklus II merancang tugas untuk siswa yang belum tuntas belajarnya pada siklus I, dan mensosialisasikan kedatangan teman sejawat. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan masih tetap seperti pelaksanaan pada siklus I. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Masingmasing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit (dua jam pelajaran). Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dengan mengamati kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Materi yang diajarkan pada tindakan siklus I adalah kegunaan akar pada tanaman. Observasi Tindakan Berdasarkan hasil observasi ditemukan adanya kenaikan hasil belajar. Dari 37% pada siklus I yang belum tuntas, menjadi 81% yang tuntas pada siklus II. Jadi pada siklus II siswa yang berjumlah 22 sudah bisa tuntas dari KKM 70. Berdasarkan hasil analisis data yang dilaksanakan pada siklus II secara umum menunjukkan adanya peningkatan. Pembelajaran pada siklus II secara umum mulai membaik, hal ini terlihat dari adanya interaksi antara guru dan murid, murid dengan teman-temannya yang lain. Terlihat pada tabel berikut Refleksi Hambatan yang masih ditemukan pada siklus II dan alaternatif pemecahannya : 1. Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi ada anak yang tidak memperhatikan atau bicara sendiri. Alternatif pemecahannya siswa yang ramai diberi perhatian dan disuruh maju. 2. Siswa yang mengangkat tangan dan tidak ditunjuk merasa kecewa. Alternatif pemecahannya mereka diberi penjelasan dan pengarahan. 3. Siswa yang belum tuntas di beri tugas dan perbaikan. Evaluasi Berdasarkan hasil refleksi siklus II maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Dalam hal ini metode pembelajaran kontekstual dengan mengunakan media lingkungan sudah terlihat pada proses kegiatan belajar. Beberapa langkah perbaikan yang melalui siklus merupakan kunci keberhasilan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil Penelitian Dilihat dari refleksi kondisi awal dan pada siklus I naik 15% yang tadinya 22% menjadi 37% dan setelah perbaikan lanjutan dengan menggunakan siklus II terjadi peningkatan tadinya 37% menjadi 81%. Hal ini mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 75% siswa yang melampui KKM 70. Dengan demikian hipotesis yang berjudul Pengunaan Metode Pembelajara Kontekstual dengan Media Lingkungan pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri 2 Tegalyoso Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten dapat diterima. 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti dapat mengambil kesimpulan : 1. Pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar), dan belum menggunakan media lingkungan pada siswa ternyata hasilnya masih kurang. Terbukti dari 24 siswa yang mendapat nilai diatas 70 ada 6 anak, yang mendapat nilai 60 70 ada 21 anak. 2. Pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasi bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar), setelah menggunakan alat peraga media lingkungan dan pada pembelajaran dibentuk kelompok maka siswa dapat menemutunjukkan bagian-bagian tubuh tumbuhan (akar), di depan kelas. Dan ternyata hasilnya meningkat lebih baik. Terbukti dari 27 siswa yang mendapat nilai diatas 70 ada 22 anak. Maka pembelajaran sudah bisa dikatakan tuntas dan berhasil. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran agar pemahaman, penguasan materi pelajaran oleh siswa pada materi kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara struktur akar dengan fungsinya menjadi lebih baik yaitu : 1. Guru harus menguasai materi pelajaran. 2. Usahakan untuk selalu menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dan bentuklah kelompok kecil pada siswa yang masing-masing kelompok diberi alat peraga karena alat peraga merupakan hal yang penting. 3. Berikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan alat peraga agar siswa terlibat secara aktif. 4. Membimbing siswa dalam menggunakan alat peraga. 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan. Sebagai tindak lanjut perlu adanya kelompok kerja untuk bertukar pikiran dan pengalaman dalam bertugas sebagai pendidik generasi penerus bangsa. DAFTAR PUSTAKA Andayani (at.al) 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Drs. H. Udin S. Winataputra, MA, dkk, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Heriyanto, Nur Hamid H.M, Akib. 2005. Statistika Dasar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sukahar, 1995. Matematika SD Kelas VI. Jakarta Depdikbud. Suparno, Yunus Muhammad. 2004. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wardani, I.C.A.K, Wihardit Kuswaya, Nasoetion Noehi, 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 57