BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Gunungpati terletak di bagian Selatan Kota Semarang, berbatasan langsung dengan Ungaran. Dari pusat Kota Semarang jaraknya sekitar 17 km. Wilayah Gunungpati didominasi perbukitan dengan ketinggian ± 300 meter dari permukaan laut. Kecamatan Gunungpati merupakan daerah pengembangan kota yang memiliki luas wilayah 5.399.085 Ha. Jumlah penduduknya mencapai 70.901 jiwa atau 20.605 KK yang terhimpun dari 89 RW dan 418 RT. Batas wilayah Kecamatan Gunungpati meliputi : Sebelah Utara : Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Gajahmungkur Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang Sebelah Barat : Kecamatan Mijen Sebelah Timur : Kecamatan Banyumanik. (30) Gambar 4.1 Peta Wilayah Gunungpati 36
37 Kecamatan Gunungpati mencakup 16 kelurahan, yaitu Kelurahan Cepoko, Kelurahan Gunungpati, Kelurahan Jatirejo, Kelurahan Kalisegoro, Kelurahan Kandri, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Ngijo, Kelurahan Nongkosawit, Kelurahan Pakintelan, Kelurahan Patemon, Kelurahan Plalangan, Kelurahan Pongangan, Kelurahan Sadeng, Kelurahan Sekaran, Kelurahan Sukorejo dan Kelurahan Sumurejo. (31) Kelurahan/desa Sadeng merupakan salah satu kelurahan/desa yang berada diwilayah Kecamatan Gunung Pati Kota Madya Semarang. Luas daerah ini adalah 425,503 Ha. Dari empat penjuru mata angin, kelurahan/desa ini berbatasan dengan kelurahan/desa-desa yang lain. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kali Pancur, batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pongangan, batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kandri, batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sukorejo. Topografi Kelurahan/desa Sadeng termasuk tinggi, ketinggian tanahnya mencapai 150 m 2 dari permukaan air laut. (32) Kelurahan/desa Sadeng Kecamatan Gunung Pati Kota Madya Semarang, terbagi menjadi 34 RT 6 RW dengan jumlah penduduknya sebanyak 5.721 jiwa. (31) Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) dibangun di atas lahan seluas ± 83.691 m² di Kawasan Manyaran Kecamatan Gunungpati Kelurahan Sadeng, Semarang. Perumahan ini dibangun dalam kondisi tanah yang labil dan tidak ada saluran pembuangan air yang permanen di perumahan. (33) Rumah warga satu sama lain saling berdempetan, ada beberapa rumah yang sudah tidak berpenghuni dan mayoritas warga mengandalkan air PAM sebagai kebutuhan sehari-hari.
38 Pada perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) terdapat 1 RW yaitu RW 5. Pada RW 5 mempunyai 10 RT yang terdiri dari blok A sampai blok T. Penelitian dilakukan pada 1 lokasi atau 1 RT yaitu RT 02 RW 05 yang terdiri dari blok G sampai blok M. Jumlah keluarga di RT 02 yaitu sebanyak 50 kepala keluarga yang akan dijadikan sebagai responden penelitian ini. Warga di RT. 02 Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP), rata-rata menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi keluarganya. Warga seiring mengeluhkan kualitas air PAM yang kurang baik kepada pihak PDAM namun hingga saat ini belum ada perubahan terhadap kualitas air PAM. Oleh karena itu, warga memilih menggunakan air galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. B. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, responden penelitian berjumlah 50 kepala keluarga. Karakteristik responden ini meliputi jenis kelamin, umur dan jenis pekerjaan dengan rincian sebagai berikut: 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Distribusi Frekuensi % Laki-laki 36 72,0 Perempuan 14 28,0 Total 50 100,0
39 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menjadi sampel adalah laki-laki yaitu sebanyak 36 responden dengan persentase 72%, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden dengan persentase 28%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki. 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur berikut: Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden Umur Distribusi Frekuensi (tahun) % 30-47 6 12,0 47-62 39 78,0 62-70 5 10,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 47-62 tahun dengan jumlah 39 responden dan persentase sebesar 78%. Umur minimal responden adalah 30 tahun dan umur maksimal responden adalah 70 tahun. 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:
40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan Distribusi Frekuensi % PNS 16 32,0 Wirausaha 12 24,0 Karyawan swasta 17 34,0 Buruh 2 4,0 Lain-lain 3 6,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden terbanyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 17 orang atau 24%, kemudian PNS yaitu sebanyak 16 orang atau 32%. Responden yang memiliki pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 12 orang atau 24% dan buruh sebanyak 2 orang atau 4%. Hasil ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan, PNS dan karyawan swasta memiliki hasil presentase yang berbeda tipis dengan jumlah 32% dan 34%. 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan % 1 Dasar (Tamat SD) 12 24,0 2 Menengah (Tamat SLTP dan SLTA) 21 42,0 3 Tinggi (Tamat Perguruan Tinggi D3,S1,S2) 17 34,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan yang dimiliki responden lebih banyak tamat SLTA dengan
41 frekuensi 21 responden (42%) selain itu yang tamat perguruan tinggi berjumlah 17 responden (34%). 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan bawah ini : Tingkat penghasilan responden dapat digambarkan pada tabel di Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan No Tingkat Penghasilan % 1 Dibawah UMK (< Rp. 1.685.000,-) 24 48,0 2 Diatas UMK (> Rp. 1.685.000,-) 26 52,0 Total 50 100,0 Berdasarkan SK Gubernur Jateng target UMK, tingkat penghasilan responden paling banyak adalah di atas UMK sebanyak 26 orang atau 52% dan yang memiliki penghasilan di bawah UMK adalah sebanyak 24 orang atau 48%. 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan No Tingkat Pengetahuan Jumlah % 1 Rendah (x<skor rata-rata) 33 66,0 2 Tinggi (x>skor rata-rata) 17 34,0 Total 50 100 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 33 orang
42 (66%) dan yang memiliki tinggkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 17 orang (34%). 7. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan Distribusi responden berdasarkan keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Kesehatan Responden No Keluhan Kesehatan Jumlah % 1 Ada 23 46 2 Tidak Ada 27 54 Total 50 100 Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki keluhan kesehatan karena pemilihan air minum yaitu sebanyak 23 orang (46%) dan yang tidak memiliki keluhan kesehatan yaitu sebanyak 27 orang (54%). 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Air Minum yang Dipilih Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Air Minum Jenis Air Minum Distribusi Frekuensi % Air Galon 24 48,0 Air PAM 16 32,0 Air galon dan PAM 10 20,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar warga yaitu sebanyak 24 warga atau 48% memilih air galon
43 sebagai air minum. Sebanyak 16 warga atau 32% memilih air isi air PAM dan sisanya 10 warga atau 20% memilih menggunakan air PAM dan isi ulang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warga di Perumahan Bukit Manyaran lebih banyak yang memilih menggunakan air PAM dengan mengolahnya sebagai air minum dengan pertimbangan lebih sehat. C. Faktor dalam Memilih Air Minum di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) Kota Semarang Tahun 2016 Faktor umum pemilihan air minum di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) Kota Semarang baik dengan memilih air minum dari PAM, Galon maupun keduanya, sesuai hasil kuesioner yaitu sebagai berikut: Tabel 4.9 Faktor Umum Pemilihan Air Minum Kota Semarang Faktor dalam Menentukan Air Minum Total Jenis Air Minum Biaya Kualitas Air Kepraktisan N % N % N % N % Air Galon 9 64,3 5 31,3 10 50 24 48 Air PAM 5 35,7 11 68,8 0 0 16 32 Air PAM dan Galon 0 0 0 0 10 50 10 20 Total 14 100 16 100 20 100 50 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan air galon dengan faktor dalam memilih air minum berupa biaya yang murah sebanyak 9 orang (64,3%), karena faktor kualitas air sebanyak 5 orang (31,3%) dan karena faktor kepraktisan sebanyak 10 orang (50%). Responden yang menggunakan air PAM sebagai air minum karena faktor biaya sebanyak 5 orang (35,7%), karena faktor kualitas air sebanyak 11 orang (68,8%) dan tidak ada responden yang memilih air PAM karena faktor kepraktisan. Responden yang menggunakan air PAM dan galon
44 sebagai air minum ditentukan oleh faktor kepraktisan sebanyak 10 orang (50%) dan tidak ada responden yang memilih air PAM dan galon karena faktor biaya maupun kualitas air. Faktor umum pemilihan air minum di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) yaitu terdiri dari 4 faktor: (1) faktor biaya murah, (2) faktor kepraktisan, dan (3) faktor kualitas air. Selain faktor umum tersebut, dalam penelitian ini difokuskan pada 4 faktor yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan keluhan kesehatan. 1. Faktor dalam Memilih Air Minum Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Perumahan Bukit Manyaran Permai Kota Semarang. Hasil kuesioner dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menentukan pemilihan air minum dilihat dari tingkat pendidikan responden dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 4.10 Pemilihan Air Minum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilihan Jenis Air Minum Total Tingkat Pendidikan Galon dan Galon PAM PAM N % N % N % N % Dasar (SD) 8 16 0 0 0 0 8 16 Menengah (SLTP/SLTA) 11 22 9 18 5 10 25 50 Tinggi (Diploma, S1,S2) 5 10 7 14 5 10 17 34 Total 24 48 16 32 10 20 50 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa seluruh responden yang berpendidikan sekolah dasar memilih air galon yaitu sebanyak 8 orang (16%). Responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah rata-rata juga menggunakan air galon yaitu sebanyak 11 orang (22%), menggunakan air pam sebanyak 9 orang (18%) sedangkan yang menggunakan air galon
45 dan PAM sebanyak 5 orang (10%). Responden yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang menggunakan PAM yaitu sebanyak 7 orang (14%) dan lainnya 5 orang (10%) memakai air galon serta air galon dan PAM. Responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar/sd, memilih air minum galon dikarenakan faktor biaya yang murah dan praktis. Responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah (SLTP/SLTA) memilih air minum galon dikarenakan faktor biaya, kualitas air dan faktor kepraktisan sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Diploma hingga Sarjana) memilih air minum PAM dikarenakan faktor kualitas air minum yang dinilai lebih baik dengan melalui perebusan. Hasil penelitian ini, tentang faktor dalam memilih air minum dilihat dari tingkat pendidikan yaitu warga yang: (1) berpendidikan yang rendah lebih banyak memilih air galon dengan faktor pemilihan air minum yaitu kepraktisan dan biaya yang murah, (2) berpendidikan menengah memilih air galon dengan faktor memilih air minum adalah kepraktisan, kualitas air dan biaya murah dan (3) berpendidikan tinggi memilih air minum PAM karena faktor kualitas air. Ini berarti ada perbedaan dalam menentukan pemilihan air minum berdasarkan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan responden maka pengetahuan akan kualitas air juga semakin tinggi. Responden melakukan pertimbangan kualitas air dalam memilih air PAM dengan merebus terlebih dahulu.
46 2. Faktor dalam Memilih Air Minum Berdasarkan Tingkat Penghasilan di Perumahan Bukit Manyaran Permai Kota Semarang. Pemilihan air minum dilihat dari tingkat penghasilan respoden di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) sesuai hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Faktor Pemilihan Air Minum Berdasarkan Tingkat Penghasilan Responden Pemilihan Jenis Air Minum Total Tingkat Penghasilan Galon dan Galon PAM PAM N % N % N % N % Rendah (<UMK) 12 24 7 14 5 10 24 48 Tinggi (>UMK) 12 24 9 18 5 10 26 52 Total 24 48 16 32 10 20 50 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui responden yang berpenghasilan rendah memilih air minum galon sebanyak 12 orang (24%), memilih air PAM sebanyak 7 orang (14%) sedangkan yang memilih galon dan air PAM sebanyak 5 orang (10%). Responden dengan penghasilan tinggi memilih galon sebanyak 12 orang (24%), memilih air PAM sebanyak 9 orang (18%) sedangkan yang memilih air galon dan PAM sebanyak 10 orang (20%). Pada umumnya responden yang berpenghasilan rendah (dibawah UMK) memilih air minum galon karenakan faktor biaya yang murah dan praktis sedangkan responden berpenghasilan diatas UMK memilih air galon yang bermerek dengan harga yang tinggi dikarenakan faktor kualitas air yang dianggap lebih baik dibandingkan galon tanpa merek. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tentang faktor pemilihan air minum dilihat dari tingkat penghasilan yaitu responden yang
47 berpenghasilan dibawah UMK memilih air galon biasa dikarenakan faktor biaya yang murah dan kepraktisan sedangkan responden yang berpenghasilan diatas UMK memilih air galon bermerek dengan harga tinggi dikarenakan faktor kualitas air. Ini berarti ada perbedaan dalam menentukan pemilihan air minum berdasarkan tingkat penghasilannya. Semakin tinggi penghasilan maka pemilihan air galon bermerek menjadi prioritas utama sedangkan yang berpenghasilan rendah memilih galon biasa tanpa memperhatikan kualitas airnya. 3. Faktor dalam Memilih Air Minum Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Perumahan Bukit Manyaran Permai Kota Semarang. Pemilihan air minum dilihat dari tingkat pengetahuan responden di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) sesuai hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Faktor Pemilihan Air Minum Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pemilihan Jenis Air Minum Total Tingkat Pengetahuan Galon dan Galon PAM PAM N % N % N % N % Rendah (x<skor rata-rata) 18 36 8 16 7 14 33 66 Tinggi (x>skor rata-rata) 6 12 8 16 3 6 17 34 Total 24 48 16 32 10 20 50 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memilih air minum galon sebanyak 18 orang (36%), memilih air PAM sebanyak 8 orang (16%) sedangkan yang memilih galon dan air PAM sebanyak 7 orang (14%). Responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi memilih air galon sebanyak 6 orang (12%),
48 memilih air PAM sebanyak 8 orang (16%) sedangkan yang memilih air galon dan PAM sebanyak 3 orang (6%). Pada umumnya responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memilih air minum galon biasa karenakan faktor kepraktisan sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi memilih air PAM dikarenakan faktor biaya yang murah dan kualitas air yang baik melalui proses perebusan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah memilih air galon biasa karena faktor kepraktisan, sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi memilih air PAM karena faktor biaya murah dan kualitas air. Ini berarti ada perbedaan dalam menentukan pemilihan air minum berdasarkan tingkat pengetahuannya atau tingkat pengetahuan responden dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui jenis pilihan air minum dan faktor-faktornya. 4. Faktor dalam pemilihan air minum berdasarkan keluhan kesehatan di Perumahan Bukit Manyaran Permai Kota Semarang. Pemilihan air minum dilihat dari keluhan kesehatan responden di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) sesuai hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Faktor Pemilihan Air Minum Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pemilihan Jenis Air Minum Total Keluhan Kesehatan Galon dan Galon PAM PAM N % N % N % N % Ada Keluhan 10 20 8 16 5 10 23 46 Tidak Ada Keluhan 14 28 8 16 5 10 27 54 Total 24 48 16 32 10 20 50 100
49 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui responden yang memiliki keluhan kesehatan memilih air minum galon sebanyak 10 orang (20%), memilih air PAM sebanyak 8 orang (16%) sedangkan yang memilih galon dan air PAM sebanyak 5 orang (10%). Responden yang tidak memiliki keluhan kesehatan memilih air galon biasa sebanyak 14 orang (28%), memilih air PAM sebanyak 8 orang (16%) sedangkan yang memilih air galon dan PAM sebanyak 5 orang (10%). Pada umumnya responden yang mengalami keluhan kesehatan memilih air minum galon karena faktor biaya murah dan praktis sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan kesehatan memilih air galon bermerek dikarenakan faktor kualitas air minum yang lebih baik dibandingkan dengan air galon biasa. Hasil penelitian ini menemukan bahwa responden yang memiliki keluhan kesehatan mengungkapkan faktor pemilihan air minum memilih air galon biasa karena faktor biaya dan kepraktisan sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan kesehatan mengungkapkan faktor pemilihan air minum yaitu kualitas air. Ini berarti ada perbedaan dalam menentukan pemilihan air minum berdasarkan keluhan kesehatan yang dialami dengan mengkonsumsi air minum tersebut. Warga yang memilih air minum galon biasa lebih banyak yang mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan warga yang memilih air galon bermerek.