BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama resin akrilik kuring panas memenuhi syarat sebagai bahan basis gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak mulut (McCabe & Walls, 2008). Mayoritas basis gigi tiruan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Dipublikasikan Pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan dalam interaksi sosial manusia (Tin-Oo dkk., 2011). Sebuah survei yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan yang berada di atas linggir sisa yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1-4 Basis gigi tiruan dapat terbuat dari bahan logam atau non-logam. Basis gigi tiruan yang terbuat dari bahan logam contohnya emas, aluminium, stainless steel, dan kobalt-kromium, sementara basis gigi tiruan dari bahan non-logam dapat dibuat dari resin. Resin dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu resin termoplastik dan resin termoset. 3-5 Berbeda dengan resin termoplastik, resin termoset merupakan resin yang hanya dapat dibentuk sekali dan tidak dapat dilunakkan lagi, contohnya amino resin, fenol-formaldehid, silikon dan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP). 6,7 Resin akrilik polimerisasi panas pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Wright pada tahun 1937 sebagai bahan basis gigi tiruan. Sejak tahun 1946 banyak dipergunakan oleh praktisi dokter gigi untuk membuat basis gigi tiruan yaitu sekitar 98% karena memiliki beberapa keuntungan, seperti nilai estetis yang baik, biokompatibel, tidak larut dalam cairan mulut meskipun dapat menyerap air, warna dapat dibuat mirip dengan gingiva, mudah dimanipulasi, dapat direparasi, dan harga yang relatif murah. 8-12 Meskipun demikian, RAPP ini juga memiliki kerugian yaitu porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi, sehingga permukaan basis gigi tiruan yang kasar karena tidak dipoles seperti bagian yang menghadap ke jaringan mukosa akan lebih mudah untuk melekat sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan setiap hari maka dapat menjadi tempat akumulasi plak, kalkulus dan berkembangnya spesies mikroba. 11-14 Akumulasi plak dapat bertindak sebagai pembawa infeksi dan prasyarat melekatkan berbagai jenis jamur ke permukaan basis gigi tiruan RAPP

2 sehingga jamur berkolonisasi ke mukosa rongga mulut dan berkembang menjadi penyakit denture stomatitis. 15-17 Denture stomatitis adalah penyakit yang paling sering diderita oleh pemakai gigi tiruan lepasan. Menurut Dwiatmoko S, dkk. (2011), 35-50% pemakai gigi tiruan penuh lepasan dan 10-70% pemakai gigi tiruan sebagian lepasan menderita denture stomatitis. 13 Denture stomatitis memiliki etiologi multifaktorial, termasuk faktor lokal yaitu jamur Candida albicans yang dilaporkan oleh Mota ACLG, dkk (2015) dan de Castro RD, dkk. (2015) sebagai agen etiologi utama. 15-22 Kebersihan gigi tiruan yang buruk, gigi tiruan yang kurang pas, faktor sistemik, penggunaan antibiotik sembarangan, serta memakai gigi tiruan di malam hari menyebabkan penurunan laju aliran saliva di bawah permukaan gigi tiruan tersebut dapat menjadi faktor predisposisi terjangkitnya denture stomatitis. 13,16-18 Perawatan denture stomatitis dapat dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk melepaskan gigi tiruan setiap malam hari selama 8 jam, menggunakan agen antijamur serta menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi tiruannya. 15-18,20-25 Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan metode mekanis, kemis atau kombinasi keduanya. 17,20 Metode mekanis yang paling umum digunakan adalah menyikat gigi tiruan dengan sikat gigi dan air, pasta gigi atau sabun cair atau menggunakan alat ultrasonik, namun metode ini kurang cocok untuk perawatan gigi tiruan RAPP jika dilakukan penyikatan yang terlalu keras atau terlalu sering dapat merusak permukaan menjadi kasar karena basis gigi tiruan RAPP memiliki ketahanan abrasif yang relatif buruk. Pembersihan gigi tiruan metode kemis dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan dalam larutan bahan pembersih kimia. 17,20,24-26 Beberapa bahan pembersih kimia yang disarankan untuk desinfeksi basis RAPP antara lain bahan yang mengandung alkalin hipoklorit, alkalin peroksida, enzim (protease dan mutanase), asam (fosfat dan benzoat), desinfektan (klorheksidin diglukonat dan sodium hipoklorit). 24-29 Dalam pemilihan bahan pembersih gigi tiruan sebagai agen desinfektan, salah satu yang harus diperhatikan ialah kompatibilitasnya dengan jaringan mulut serta terhadap sifat fisis, mekanis, atau kemis dari basis gigi tiruan RAPP tersebut. 14,16

3 Persyaratan bahan pembersih gigi tiruan yang ideal umumnya memiliki karakteristik tidak toksik, mudah dihilangkan dan tidak meninggalkan bahan yang bersifat mengiritasi, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan seluruh tumpukan deposit bahan organik dan anorganik seperti kalkulus, tidak merusak bahan-bahan dalam pembuatan basis, anasir gigi tiruan, dan soft liners, tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila tidak sengaja tertumpah, stabil dalam penyimpanan jangka panjang, harga relatif murah serta bersifat bakterisida dan fungisida. 20,22,24-27 Namun, pada beberapa bahan pembersih kimia terdapat zat tertentu dari larutan yang dapat berpenetrasi ke dalam basis dan tidak dapat dibersihkan secara tuntas dengan cara pencucian sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan merusak basis gigi tiruan. 14,20 Saat ini, telah banyak diperdagangkan bahan pembersih kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme terutama Candida albicans, salah satu diantaranya adalah sodium hipoklorit (NaOCl) yang menjadi gold standar larutan bahan pembersih gigi tiruan dan paling umum digunakan selama lebih dari 100 tahun karena telah memenuhi banyak persyaratan sebagai bahan pembersih gigi tiruan yang ideal. 19,23,30-32 Bernabe, dkk. (2004) melaporkan bahwa tidak ada pengurangan jumlah Candida albicans dengan menggunakan 0,5% sodium hipoklorit dan sabun kelapa sebagai agen antimikroba. 17 Menurut da Silva PMB, dkk. (2010) dalam penelitiannya yang berjudul analisis secara mikroskopis terhadap biofilm Candida albicans pada permukaan RAPP setelah perendaman dalam klorheksidin glukonat dan sodium hipoklorit. Hasilnya menunjukkan bahwa sodium hipoklorit 1% dan 2% lebih efektif menghilangkan seluruh biofilm Candida albicans pada permukaan RAPP jika dibandingkan dengan klorheksidin 4%. 32 Sodium hipoklorit ini memiliki kekurangan seperti bau dan rasa tidak sedap, dapat meningkatkan kekasaran dan menurunkan kekerasan serta apabila terus menggunakannya dapat menyebabkan perubahan warna pada basis gigi tiruan RAPP. 17-20,23,25-27,31 Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk berbagai bahan pembersih kimia, maka saat ini telah banyak dilakukan penelitian untuk menemukan bahan pembersih gigi tiruan alternatif sebagai pilihan lain dari bahan pembersih yang

4 sudah ada. 17,21 Banyak penelitian diarahkan kepada pemanfaatan bahan pembersih alami yang mengandung sifat desinfektan untuk dijadikan sebagai bahan pembersih gigi tiruan alternatif, salah satu diantaranya adalah vinegar. Vinegar adalah larutan asam asetat yang dihasilkan melalui dua tahap proses fermentasi, yaitu proses fermentasi gula atau pati menjadi etanol oleh khamir, kemudian difermentasi kembali dengan proses oksidasi etanol menjadi vinegar. Vinegar banyak digunakan dalam industri pengolahan makanan, industri farmasi, dan industri kimia. 20 Beberapa jenis vinegar diberi nama berdasarkan bahan baku yang digunakan seperti vinegar murni, vinegar beras, vinegar anggur, vinegar apel, dan lain-lain. 33-36 Vinegar yang paling sering tersedia di dapur rumah tangga penduduk Indonesia adalah vinegar apel yang dapat dibuat sendiri dari sari buah apel yang telah mengalami fermentasi alkohol dengan menggunakan kulit, biji, maupun daging buah apel itu sendiri. 17,33,36 Vinegar apel juga mudah ditemukan di pasaran dengan harga relatif murah, yaitu dengan konsentrasi asam asetat sekitar 5% sampai 6%. 16,24,37 Vinegar apel juga memiliki potensi antimikroba terutama sifat anti-candida. Berbeda dengan sodium hipoklorit, penggunaan vinegar tidak meninggalkan bau dan rasa tidak sedap serta tidak menyebabkan perubahan warna pada basis RAPP. 15-17,20 Menurut Ostrosky EA, dkk. (2008) bahwa kandungan asam asetat dalam vinegar akan menunjukkan mekanisme kerja yang dapat menyebabkan potensi hidrogen menjadi berkurang untuk memfasilitasi terjadinya difusi asam, sehingga dapat melintasi membran plasma dari sel jamur dan terjadi apoptosis sel. 16,38 Sementara, menurut Suskovic Hs, dkk. (2010) terjadi pengaruh penghambatan oleh asam asetat terhadap enzim 14α-lanosterol-demethylase yang terlibat dalam pembentukan ergosterol yang sangat penting untuk mempertahankan integritas membran plasma jamur. 16 Selain memiliki kandungan utama asam asetat, 16,22,24 vinegar apel juga memiliki kandungan kimia lainnya seperti asam malat, asam hidroklorida, asam amino, senyawa fitokimia, senyawa polifenol yang berasal dari buah apel, bahan baku vinegar ini. 15,21,25,26,37,39 Sebagian besar bahan baku alami yang digunakan untuk memproduksi vinegar adalah buah-buahan, seperti anggur, apel, dan lain-lain. Apel sering digunakan sebagai bahan baku alami karena banyak tumbuh di

5 Indonesia, mudah didapat dengan harga yang relatif murah, dan memiliki berbagai manfaat tanpa efek samping yang merugikan. Apel memiliki sifat antibakteri dan antifungi karena memiliki kandungan tanin berkonsentrasi tinggi dan katekin. 20,36,40 Sifat antifungi tanin diketahui dari kemampuannya dalam mengganggu struktur membran sel dan menghambat proses reproduksi vegetatif Candida albicans. Tanin dapat menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama dalam membran sel Candida. Sterol ini bertanggung jawab atas fluiditas dan permeabilitas membran, sehingga jika sterol tidak terbentuk maka membran sel Candida akan terganggu fungsinya. 40 Pada kulit apel juga terdapat kandungan flavonoid turunan senyawa polifenol seperti kuersetin, phloridzin, asam klorogenik dan katekin. Katekin merupakan golongan flavonoid yang memiliki peran sebagai agen antifungi. 21,37,41 Studi in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas antimikroba yaitu dengan mendenaturasi ikatan protein sehingga membran sel Candida albicans menjadi lisis. Akibatnya sel tersebut masuk ke dalam inti sel sehingga jamur tidak berkembang. 31,36,40,41 Penelitian awal yang dilakukan Basson, dkk. (1992) telah menunjukkan adanya efektivitas vinegar murni sebagai agen desinfeksi untuk pembersih gigi tiruan dalam membunuh mikroorganisme. 17,20 Selanjutnya Pinto TM,dkk. (2008) melakukan penelitian dengan merendam gigi tiruan penuh dalam red wine vinegar 10% dan dalam NaCl 0,9% yang digunakan sebagai kontrol negatif, kemudian dilakukan perendaman setiap malam selama 8 jam dalam kurun waktu 45 hari dan jumlah jamur Candida dianalisis. Hasilnya menunjukkan terjadi pengurangan yang signifikan pada jumlah kasus denture stomatitis yaitu 70,8% dari 55 populasi pemakai gigi tiruan penuh yang diteliti dengan perendaman menggunakan red wine vinegar 10% jika dibandingkan NaCl 0,9%, terutama pada pasien denture stomatitis. 17,20 Penelitian Silva FC, dkk. (2008) menunjukkan bahwa vinegar alkohol murni dapat menghambat perlekatan mikroorganisme ke permukaan resin akrilik, termasuk Candida albicans. 16 Hasil penelitian Jafari AA, dkk. (2012) melaporkan bahwa perendaman gigi tiruan selama 8 jam dengan white vinegar 10% sebanding dengan sodium hipoklorit 1% yang efektif untuk menghilangkan 100% sel Candida albicans dan white vinegar 5%

6 yang efektif menghilangkan 99% sel Candida albicans yang melekat ke permukaan gigi tiruan. 20 Penelitian de Castro, dkk. (2015) secara in vitro telah menunjukkan bahwa vinegar alkohol 10% dapat mencegah perlekatan Candida albicans ke permukaan basis gigi tiruan RAPP serta memiliki efek fungistatik dan fungisida dengan aksi fungisida yaitu setelah 120 menit perendaman. 16 Penelitian Mota ACLG, dkk. (2015) melaporkan bahwa vinegar apel 4% menunjukan efek fungisida terhadap Candida spp. karena memiliki kandungan asam malat yang bersifat bakterisida dan fungisida sebanding dengan nistatin, sehingga dapat menjadi pilihan perawatan alternatif untuk pasien denture stomatitis. 15 1.2 Permasalahan Resin akrilik polimerisasi panas telah banyak dipergunakan sejak tahun 1946 oleh praktisi dokter gigi yaitu sekitar 98% karena memiliki beberapa kelebihan. Meskipun demikian, RAPP ini juga memiliki kekurangan yaitu porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi, permukaan basis gigi tiruan yang kasar karena tidak dipoles seperti bagian yang menghadap ke jaringan akan lebih mudah untuk melekat sisa makanan dan apabila tidak dibersihkan setiap hari maka dapat menjadi tempat akumulasi plak. Akumulasi plak dapat bertindak sebagai pembawa infeksi sehingga dapat berkolonisasi ke mukosa rongga mulut dan berkembang menjadi penyakit denture stomatitis. Perawatan denture stomatitis salah satunya dengan menginstruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan gigi tiruannya. Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan metode mekanis, kemis atau kombinasi keduanya. Saat ini, telah banyak diperdagangkan bahan pembersih kimia salah satunya sodium hipoklorit, namun larutan ini memiliki kekurangan seperti bau dan rasa yang tidak sedap, perubahan warna, dan apabila terus menggunakannya dapat menyebabkan kekasaran pada permukaan basis gigi tiruan RAPP sehingga banyak dilakukan penelitian untuk menemukan bahan pembersih gigi tiruan alternatif, salah satunya vinegar. Vinegar mudah ditemukan di pasaran dengan konsentrasi asam asetat yang sudah ditentukan yaitu 5% sampai 6,23% dengan harga yang relatif murah, dan memiliki potensi antimikroba, terutama sifat anti-candida.

7 Apel memiliki sifat antifungi karena memiliki kandungan kimia turunan senyawa polifenol yaitu tanin berkonsentrasi tinggi dan katekin. Penelitian Pinto TM, dkk. (2008) merendam gigi tiruan penuh dalam red wine vinegar 10% dan NaCl 0,9% sebagai kontrol setiap malam selama 8 jam dan hasilnya terjadi pengurangan yang signifikan pada jumlah kasus denture stomatitis yaitu 70,8% dari 55 populasi pemakai gigi tiruan penuh yang diteliti. Penelitian Jafari AA, dkk. (2012) melaporkan bahwa perendaman gigi tiruan dalam white vinegar 10% sebanding dengan sodium hipoklorit 1% yang efektif untuk menghilangkan 100% sel Candida albicans dan white vinegar 5% menghilangkan 99% sel Candida albicans yang melekat ke permukaan gigi tiruan. Penelitian Mota ACLG, dkk. (2015) melaporkan bahwa vinegar apel 4% menunjukan efek fungisida terhadap Candida spp. karena memiliki kandungan asam malat yang bersifat bakterisida dan fungisida sebanding dengan nistatin, sehingga dapat menjadi pilihan perawatan alternatif untuk pasien denture stomatitis. Dari uraian diatas timbul pemikiran untuk memanfaatkan vinegar sebagai salah satu pembersih gigi tiruan alternatif, khususnya di daerah kota Medan distribusi produk vinegar yang paling banyak dijual di pasaran adalah jenis vinegar apel dengan konsentrasi 5% dan 6,23%. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5% dan 6,23%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti apakah ada pengaruh perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam vinegar apel dan sodium hipoklorit terhadap jumlah Candida albicans. 1.3 Rumusan Masalah 1. Berapa jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5%, vinegar apel 6,23%, sodium hipoklorit 1%, dan NaCl 0,9% selama 8 jam? 2. Apakah ada pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5%, vinegar apel 6,23%, sodium hipoklorit 1%, dan NaCl 0,9% selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans?

8 3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5%, vinegar apel 6,23%, dan sodium hipoklorit 1% selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam larutan vinegar apel 5%, vinegar apel 6,23%, sodium hipoklorit 1%, dan NaCl 0,9% selama 8 jam. 2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5%, vinegar apel 6,23%, sodium hipoklorit 1%, dan NaCl 0,9% selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans. 3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 5% vinegar apel 6,23%, dan sodium hipoklorit 1% selama 8 jam terhadap jumlah Candida albicans. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Kedokteran Gigi khususnya dibidang Prostodonsia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dokter gigi mengenai efektifitas vinegar apel dalam menghambat jumlah Candida albicans dibandingkan sodium hipoklorit. 2. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih gigi tiruan agar dapat meningkatkan dan memanfatkan bahan-bahan alami seperti vinegar apel untuk bahan pembersih gigi tiruan.