ABSTRAK. Kadar HbA1C 6,5serta lama ulkus 3 bulan merupakan faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus (DM) Klasifikasi DM Diabetes Melitus Tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dalam tubuh seperti penyakit kardiovaskuler, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal (Corwin, 2007). Penderita DM rentan mengalami infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

I KOMANG AGUS SETIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

Transkripsi:

ABSTRAK KADAR HbA1C YANG TINGGI DAN ULKUS YANG LAMA SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA AMPUTASI PADA PASIEN KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi dari penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa ulkus atau luka yang sulit disembuhkan, bahkan sampai bisa menimbulkan gangren dan pada akhirnya berakhir dengan amputasi. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes, antara lain adalah kadar HbA1C yang tinggi serta ulkus yang lama. Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional retrospektif analitik, dengan rancangan case control study, dengan matching berdasarkan umur dan jenis kelaminu ntuk mencari faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pasien dengan diagnosis kaki diabetik pada 76 pasien yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denapasar. Data dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang tabel 2x2, sehingga didapatkan Odd Ratio (OR). Penelitian ini didapatkan pada kelompok pasien amputasi (kasus) terdapat laki-laki 24 orang (63,2%) dan perempuan 14 (36,8%), begitu juga pada kelompok kontrol (match). Umur penderita terendah (minimum) adalah 40 tahun dan tertinggi (maksimum) 76 tahun dengan umur rata-rata pasien 57,2 ± 8,2. Analisis lebih lanjut pada penelitian ini mendapatkan bahwa lama ulkus 3 bulan, OR 10,0 (95% CI 2,4-88,2; p=0,0001), kadar HbA1c 6,5dengan OR 20,0 (95% CI 3,1-828; p=0,0000). Kadar HbA1C 6,5serta lama ulkus 3 bulan merupakan faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes. Kata kunci: kaki diabetes, HbA1C, Ulkus, amputasi. ABSTRACT HIGH LEVELS OF HbA1C AND LONG ULCER AS RISK FACTORS OF AMPUTATION IN DIABETIC FOOT PATIENT AT SANGLAH GENERAL HOSPITAL

Diabetic foot is one of the complications of Diabetes Mellitus (DM) which is still giving problems such as ulcers or wounds that are difficult to cure, and even can cause gangrene and ultimately leading to amputation. There are several risk factors for amputation in patients with diabetic foot; such as high levels of HbA1C and long ulcer. This study is an observational study retrospective analytic by design a case control study with matching based on age and gender to looking for risk factors for amputation patients with diagnosis of diabetic foot in 76 patients who come to Sanglah General Hospital Denpasar. Data were analyzed using cross tabulation tables 2x2, and we ve got the Odd Ratio (OR) as a result. In this study, group of patients with amputations (cases) are 24 male (63.2%) and 14 women (36.8%), as well as in the control group (match). Lowest patient age (minimum) is 40 years old and the highest (maximum) 76 years, with an average age of 57.2 ± 8.2 years. Further analysis of this study found that the long ulcers 3 months, OR 10.0 (95% CI 2.4-88.2; p = 0.0001), levels of HbA1c 6.5 with OR 20.0 (95% CI 3.1-828; p = 0.0000). Levels of HbA1C 6.5 and ulcer 3 months old are the risk factors for amputation in patients with diabetic foot. Keywords: diabetic foot, HbA1C, ulcer, amputation. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANTIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi Halaman

ABSTRAK... x ABSTRACT... xi DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR SINGKATAN... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.3.1 Tujuan Umum... 6 1.3.2 Tujuan khusus... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis... 7 1.4.2 Manfaat Praktis... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8 2.1 Diabetes Melitus... 8 2.1.1 Definisi... 8 2.1.1 Klasifikasi Diabetes melitus... 8 2.1.1 Diagnosis Diabetes melitus... 9 2.1.2 Komplikasi lanjut Diabetes Melitus... 10 2.2 Definisi Diabetik foot... 10 2.3 Patofisiologi Diabetik foot... 10 2.3.1 Neuropati... 10 2.3.2 Peripheral Vascular Disease... 12 2.4 Klasifikasi Diabetik foot.... 13 2.5 Gangguan Penyembuhan luka pada Diabetes...16 2.6 Pemeriksaan Fisik Kaki Diabetes... 18 2.6.1 Pemeriksaan Fisik... 18 2.6.2 Pemeriksaaan Penunjang... 19

2.7 Batasan HbA1C... 20 2.8 Ulkus Diabetikum...22 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP... 25 3.1 Kerangka Berpikir... 25 3.2 Konsep Penelitian... 26 3.3 Hipotesis Penelitian... 27 BAB IV METODE PENELITIAN... 28 4.1 Rancangan Penelitian... 28 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 30 4.3 Penentuan Sumber Data... 30 4.3.1 Populasi Penelitian... 30 4.3.2 Sampel Penelitian... 31 4.4 Kriteria Responden... 31 4.3.1 Kriteria Inklusi... 31 4.3.2 Kriteria Ekslusi... 31 4.5 Cara Pengambilan Sampel... 31 4.5.1 Sampel Kasus... 31 4.5.2 Sampel Kontrol... 32 4.6 Besar Pengambilan Sampel... 32 4.7 Variabel Penelitian... 32 4.8 Definisi Operasional Variabel... 33 4.9 Alur Penelitian dan Cara Kerja... 36 4.10 Analisis Data... 37 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41 5.1 Karakteristik Variabel Kontrol Subyek Penelitian... 41 5.1.2 Analisis Bivariat Faktor-faktor yang berhubungan dengan Terjadinya Amputasi pada pasien kaki diabetes... 43 5.1.3 Analisis Multivariat Faktor-faktor yang berhubungan dengan Terjadinya Amputasi pada pasien kaki diabetes... 44 5.2 Pembahasan... 45 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 51

6.1 Simpulan... 51 6.2 Saran... 51 DAFTAR PUSTAKA... 52 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 57

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka di Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Melitus (DM). Menurut data World Health Organization (WHO), jumlah pasien penderita DM sejumlah 171 juta jiwa, pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat mencapai angka 366 juta jiwa pada tahun 2030. Peningkatan populasi DM berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, yang mana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik di dalam hidup mereka (Singh dkk, 2005). Di Amerika Serikat, Huang dkk. (2009) memproyeksikan jumlah penyandang DM dalam 25 tahun ke depan (antara tahun 2009-2034) akan meningkat 2 kali lipat dari 23,7 juta menjadi 44,1 juta, biaya perawatan per tahun meningkat sebanyak 223 miliar dolar dari 113 menjadi 336 miliar dolar Amerika Serikat. Biaya pengobatan DM dan komplikasinya pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 116 miliar dolar, dimana 33% dari biaya tersebut berkaitan dengan pengobatan ulkus kaki diabetik (Driver dkk, 2010). Di Indonesia, prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1% (Riskesdas, 2007). Indonesia kini telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang

diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang DM. WHO memperkirakan kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Pusat Data dan InformasiPERSI, 2012). Penyakit kaki diabetes adalah masalah ekonomi dan sosial utama di seluruh dunia. Di negara-negara maju, kejadian tahunan ulkus diabetes mencapai 2%, dan merupakan penyebab utama amputasi non trauma pada pasien dengan diabetes (Boulton dkk, 2005). Telah diketahui bahwa Peripheral Artery Disease (PAD) merupakan salah satu bentuk gangguan vaskuler pada ulkus kaki diabetik sebagai sumber penyebab hipoksia jaringan, karena kebanyakan ulkus kaki diabetik berlokasi pada bagian kaki yang mengalami iskemia akibat komplikasi vaskuler dari DM kronis (Lerman, 2003). Kejadian PAD pada ulkus kaki diabetik bervariasi antara 10-60%, dan merupakan prediktor kuat untuk ulkus kaki kronis yang sulit sembuh, amputasi ektremitas bawah, morbiditas dan mortalitas (Tellechea dkk, 2010). Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Waspadji S, 2006). Penanganan ulkus kaki diabetes memerlukan kerjasama tim dari berbagai disiplin ilmu. Penanggulangan DM, kontrol kadar gula darah, penanganan ulkus, infeksi, gangguan vaskular, gangguan nutrisi merupakan tantangan tesendiri bagi dokter maupun petugas medis yang terlibat. Beberapa strategi telah dikembangkan untuk menangani penyakit kaki dibetes, penanganan umumnya adalah dengan cara pembedahan, debridement jaringan mati, evakuasi nanah dan amputasi. Amputasi merupakan momok tersendiri bagi penderita kaki diabetes. Dengan memahami kemungkinan penyembuhan kaki diabetes maka tindakan amputasi yang tidak perlu dan pemborosan biaya yang timbul karena perawatan berkepanjangan dan debridemen berulang

dapat dihindari (Tardivo dkk, 2015). Amputasi pada kaki diabetik diindikasikan bila terdapat neuropati diabetik, penyakit pembuluh darah, dan deformitas ulseratif yang telah menyebabkan nekrosis jaringan lunak, osteomyelitis, sepsis, atau nyeri. Secara keseluruhan, DM adalah penyebab utama untuk amputasi non traumatik tungkai bawah (Sage, 2006; Weledji, 2014). Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian amputasi antara lain Infeksi Luka Operasi (ILO), vaskulopati, riwayat amputasi sebelumnya dan kadar leukosit > 11.000/mm 3 (Lipsky, 2011). Temuan utama studi diabetes oleh Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) telah menunjukan pentingnya tes HbA1C. Studi menunjukan bahwa menurunkan angka HbA1C dapat menunda atau mencegah komplikasi kronik (Gershater MA, dkk, 2009). Pengukuran HbA1C sebagai dasar penilaian glikemik, didapatkan kelompok pasien diabetes dengan pemberian insulin konvensional memperoleh nilai 9% sepanjang penelitian. Pada kelompok pemberian insulin intensif, resiko mengalami retinopati berkurang 76%, risiko menderita proteinuria berkurang 54% dan risiko neuropati klinis berkurang 60% (DCCT Research,2004). Semakin tidak terkontrolnya kadar gula darah (HbA1C 6,5%) semakin tinggi angka komplikasi yang terjadi pada penderita ulkus diabetikum. Pengukuran HbA1C untuk memprediksi risiko komplikasi mikrovaskuler telah menyebabkan pemeriksaan HbA1C direkomendasikan penggunaanya secara luas (DCCT Research, 2004). Gangguan penyembuhan ulkus kaki diabetik menurut Tellechea dkk. (2010) terjadi karena 4 faktor yaitu adanya hiperglikemia yang berlangsung secara terus menerus, lingkungan pro-inflamasi, penyakit arteri perifir, dan neuropati perifir, keempat keadaan di atas secara bersam-sama menyebabkan gangguan fungsi sel imun, respon inflamasi menjadi tidak efektif, disfungsi sel endotel, dan gangguan neovaskularisasi (Kirsner dkk, 2010).

Identifikasi dini faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum akan menurunkan terjadinya komplikasi termasuk kemungkinan dilakukan amputasi. Ulkus diabetikum biasanya disebabkan oleh beberapa faktor (Stillman R, 2004). Secara umum meliputi kombinasi diabetik neuropati, insufisiensi arteri yang ke kaki, dan trauma lokal. Suatu penelitian multisenter akhirakhir ini menunjukkan bahwa 63% ulkus diabetikum disebabkan oleh 3 hal yaitu neuropati sensoris perifer, trauma, dan deformitas pada kaki (Swagata IB,2006). Beberapa faktor lain telah tercatat seperti faktor usia, lama menderita DM, kontrol gula darah yang buruk, kalus pada kaki, riwayat ulkus atau amputasi, iskemia, infeksi, perawatan kaki yang buruk, edema, mobilitas sendi yang kurang (Malgrange Ddkk, 2003; Swagata IB, 2006), retinopati, proteinuria, hipertensi dan kolesterolemia (Frykenberg RG dkk, 2000). Kombinasi faktor resiko dan lingkungan yag buruk seperti tekanan berulang pada kaki, sepatu yang terlalu ketat, akhirnya akan merusak jaringan, merupakan dasar terjadinya ulkus pada kaki (Swagata IB, 2006; Frykberg RG, 2001). Sekitar 15% ulkus diabetes pada kaki diabetes akan menjadi osteomyelitis, merupakan risiko mengalami amputasi (Miller JC, 2006). Gejala-gejala lain yang biasanya sebagai pertanda osteomyelitis pasien kaki diabetes antara lain pembengkakan pada kaki atau jempol pasien, riwayat ulkus pada kaki, peningkatan WBC yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, atau tanda-tanda inflamasi lainnya, atau adanya hiperglikemia (Collins MS, dkk 2005). Amputasi merupakan tindakan yang disarankan untuk penanganan pada pasien osteomyelitis kronis (Lipsky dkk, 2012). Belum ada penelitian yang membandingkan secara langsung penanganan secara primer pembedahan dengan secara primer medikamentosa, namun penanganan osteomyelitis non-bedah dengan pengobatan jangka panjang (3-6 bulan) dengan penggunaan antibiotik dilaporkan secara klinis mengalami kesuksesan mencapai 65%-80% (Senneville dkk, 2008; Embil JM dkk, 2006)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar HbA1C 6,5%, dan lamanya ulkus lebih dari 3 bulan sebagai faktor-faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di RSUP Sanglah, Denpasar Bali. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini: 1. Bagaimanakah hubungan kadar HbA1C 6,5% terhadap terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali? 2. Bagaimanakah hubungan lamanya ulkus 3 bulan terhadap terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kadar HbA1C 6,5% dan lamanya ulkus 3 bulan untuk memprediksi terjadinya risiko amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali. 1.3.1 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kadar HbA1C sebagai faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali. b. Untuk mengetahui lamanya ulkus sebagai faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah

1. Dalam bidang akademik, hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam upaya mengetahui faktor faktor risiko terjadinya amputasi pada pasien kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali. 2. Dalam bidang riset, penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut terutama tentang upaya peningkatan akurasi dalam mendeteksi terjadinya risiko amputasi pada pasien kaki diabetes. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Untuk mendeteksi dini kemungkinan amputasi pada pasien kaki diabetes. 2. Untuk bahan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada pasien dan keluarga penderita kaki diabetes untuk kemungkinan amputasi pada pasien tersebut. 3. Untuk mengetahui risiko terjadinya amputasi pada pasien dengan kaki diabetes, sehingga bisa dilakukan dtindakan pencegahan.