BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. Tinjauan Pustaka

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control


BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENENTUAN AREA MASALAH

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I PENDAHULUAN. kuman TBC (Microbecterium Tuberkalosis). Sebagian besar kuman TBC

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang bersifat aerobik, tahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. Umur Responden :...Tahun

SANITASI DAN KEAMANAN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi D III keperawatan, Fakultas ilmu

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru. 3. Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini secara optimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Paru 1. Pengenalan penyakit tuberkulosis Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru-paru. Kuman tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. 1 Daya penularan dari seorang penderita tuberkulosis ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara, serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada di udara sekitar penderita tuberkulosis. Penderita tuberkulosis paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (penderita bakteri tahan asam positif) adalah sangat menular. Penderita yang kumannya tidak terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (penderita bakteri tahan asam negatif) adalah sangat tidak menular. 1 Sebagian besar orang yang telah terinfeksi (80-90%), belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara waktu kuman yang ada dalam tubuh berada dalam keadaan dormant (tidur) dan keberadaan kuman dormant tersebut dapat diketahui hanya dengan tes tuberkulin. Mereka menjadi sakit (penderita tuberkulosis) paling cepat adalah 3-6 bulan setelah terinfeksi dan mereka yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai resiko untuk menderita tuberkulosis sepanjang sisa hidupnya. 1 Penularan terjadi melalui udara pada waktu percikan dahak yang mengandung kuman tuberkulosis yang dibatukkan keluar kemudian dihirup oleh orang sehat, melalui jalan nafas selanjutnya berkembang biak di dalam paru-paru. Selain itu dahak yang dibatukkan oleh penderita akan jatuh kembali ke lantai akan

mengering dan bersama dengan debu berterbangan di udara. Bila terisap oleh orang sehat maka orang tersebut dapat menjadi sakit. 4 2. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis Kuman tuberkulosis yang masuk ke jaringan paru-paru akan membentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau efek primer. Empat minggu setelah kuman tuberkulosis masuk melalui aluran nafas, di dalam paruparu akan menjadi suatu fokus primer dengan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus/regional yang disebut kompleks primer. 4 Infeksi primer terjadi pada sebagian besar anak-anak berumur di atas 5 tahun. Sumber penularannya adalah penderita yang mengeluarkan kuman, sedangkan penularannya melalui kontak erat akan berlangsung terus menerus. 4 3. Gejala Klinis Tuberkulosis Pertumbuhan kuman tuberkulosis yang menahun sifatnya tidaklah berangsur-angsur memburuk secara teratur, akan tetapi terjadi secara melompatlompat. Biasanya orang yang terserang penyakit tuberkulosis paru menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : 5 1) Batuk berdahak terus menerus lebih dari 4 minggu, 2) Batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah, 3) Dada terasa sakit (nyeri) dan terasa sesak pada waktu bernafas, 4) Berkeringat pada malam hari padahal tidak ada kegiatan, 5) Suhu badan meningkat, 6) Nafsu makan hilang dan berat badan menurun. Gejala-gejala umum penderita tuberkulosis paru menurut WHO ini merupakan dasar dari upaya pencarian penderita tersangka yang dilaksanakan oleh program pemberantasan penyakit tuberkulosis di Indonesia. 4. Klasifikasi tuberkulosis Dalam program pemberantasan penyakit tuberkulosis, ada 2 macam klasifikasi : 1 a. Tuberkulosis paru

Penyakit tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis ini menyerang jaringan paru dan merupakan satu-satunya bentukdari tuberkulosis yang mudah menular. b. Tuberkulosis ekstra paru Yaitu apabila penderita dalam minggu terakhir masa pengobatan tidak ditemukan BTA dalam pemeriksaan secara mikroskopik yang dilakukan tiga kali berturut-turut. c. Tuberkulosis paru tersangka Merupakan tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, pleura, kelenjar limfe, persendian, tulang belakang, saluran kencing, susunan syaraf dan perut. B. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru Pada dasarnya upaya-upaya kesehatan dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu upaya peningkatan (promotive), upaya pencegahan (preventive), upaya penyembuhan (curative), dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitative). Upayaupaya ini ditujukan terhadap 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, sesuai pendapat Gordon dan Lerich yaitu faktor pejamu (host), bibit penyakit (agent) dan faktor lingkungan (environment). Usaha-usaha pencegahan infeksi tuberkulosis paru terbut dilakukan terhadap : 1. Faktor manusia (host) Dengan mempertinggi daya tahan tubuh dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip perorangan. 2. Faktor pejamu (agent) a. Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita atau carier maupun dengan meniadakan resevoir penyakit. b. Mencegah terjadinya kecelakaan, baik di tempat-tempat umum maupun di tempat-tempat kerja. c. Meningkatkan taraf hidup rakyat sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan.

d. Mencegah terjadinya penyakit keturunan yang disebabkan faktor endogen. 3. Faktor lingkungan Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup sehingga faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia. Dari usaha-usaha tersebut, yang paling penting adalah usaha pencegahan penyakit, karena usaha pencegahan penyakit mudah dilaksanakan dan biaya murah serta dapat memberikan hasil yang optimal. Usaha-usaha lain dapat dilakukan melalui : 6 1. Untuk infeksi tuberkulosis paru a. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius 1) Case finding ; foto rontgen dada mesal, uji tuberkulin secara Mentoux. 2) Isolasi penderita dan mengobati penderita. 3) Ventilasi harus baik, kepadatan penghuni harus dikurangi. b. Pasteurisasi susu sapi, karena banyak sapi yang menderita tuberkulosis paru. 2. Peningkatan daya tahan tubuh. 3. Pengobatan penderita yang sakit dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Strategi penanggulangan tuberkulosis nasional disusun berdasarkan strategi directly observed treatment shortcourse chemotherapy (DOTS) seperti yang telah direkomendasikan oleh WHO, sebagi berikut : 1 1. Peningkatan pelayanan kesehatan a. Pelatihan seluruh tenaga pelaksana. b. Penemuan penderita secara pasif dengan promotif aktif. c. Diagnosa utama dengan pemeriksaan mikroskopik dibawah pembinaan Balai Laboratorium Kesehatan. d. Pendekatan Basic Units dengan pembentukan kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP). e. Ketersediaan obat anti tuberkulosis (OAT) dean pengawasan keteraturan serta kelengkapan pengobatan dengan PMO.

2. Pengembangan secara bertahap ke seluruh Puskesmas dan unit pelayanan baik pemerintah maupun swasta seperti Rumah Sakit, Klinik dan Dokter Praktek Swasta. 3. Peningkatan kesadaran dan kerja sama semua pihak melalui kegiatan advokasi dan peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Lembaga Sosial Masyarakat seperti PPTI, PKK, dan lain-lain serta kerja sama lintas program dan lintas sektor. 4. Daerah tingkat II sebagai titik berat manajemen program dan pengendali sistem pencatatan pelaporan. 5. Kegiatan penelitian dan pengembangan dengan melibatkan unsur terkait di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional. Pemberian vaksin BCG merupakan usaha pencegahan penyakit tuberkulosis paru dengan tujuan untuk memberikan kekebalan relatif terhadap infeksi primer pada golongan umur yang paling rawan. Disamping itu usaha pencegahan tuberkulosis paru dapat dilakukan melalui tindakantindakan yang ditujukan terhadap orang-orang yang rentan terhadap penyakit ini, antara lain melalui penyehatan lingkungan pemukiman dengan upaya perumahan sehat. C. Pengertian Rumah dan Perumahan Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah pada dasarnya adalah suatu produk yang sangat komplek, permanen dan tahan lama, dan seakan-akan menjadi bagian dari tanah dibawah tempatnya tersebut. 11 Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. 11 Menurut WHO perumahan (housing) adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur termasuk juga fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmanai, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu. 12

D. Fungsi Rumah Menurut Azrul Aswar, rumah bagi manusia mempunyai arti sebagai : 13 1. Tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari. 2. Tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada. 3. Tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam. 4. Lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan sampai saat ini. 5. Tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang yang dimiliki yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (DPU), rumah bagi keluarga mempunyai arti sebagai : 12 1. Tempat untuk berlindung Keluarga bertempat tinggal di dalam rumah untuk melindungi diri dari panas, hujan dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dengan rasa aman dan tenteram. 2. Tempat pembinaan keluarga Rumah sebagai tempat tinggal dan pertumbuhan keluarga mempunyai peranan yang besar dalam pembinaan watak penghuninya. Rumah diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan pembinaan keluarga melalui bimbingan, pengetahuan, ketrampilan, perilaku yang baik. Karena rumah merupakan tempat pembinaan keluarga yang pertama dan utama bagi keluarga, terutama bagi perkembangan kepribadian anak. Dengan mempersiapkan rumah yang memenuhi syarat diharapkan dapat menampung kegiatan pembinaan bagi anggota keluarga dan mendorong tercapainya kerukunan dan kebahagiaan keluarga. 3. Tempat kegiatan keluarga Rumah sebagi tempat pertemuan berbagai kegiatan keluarga, mempunyai arti penting dalam memberikan suasana yang menunjang kegiatan itu sendiri, sehingga dalam keluarga dapat menjalankan kegiatan dengan rasa senang, tenteram dan nyaman.

Untuk mencapai keadaan tersebut, perlu dipersiapkan rumah sehat yang dapat menampung anggota keluarga dalam melakukan kegiatan dan kebiasaan dengan baik. Rumah yang sehat dan nyaman akan berpengaruh pada kesehatan jasmani dan rohani anggota keluarga itu. E. Rumah Sehat Menurut WHO, rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung dan tempat beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Rumah sehat harus memenuhi persyaratan berikut : 11 1. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain : a. Pencahayaan Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam. 1) Pencahayaan alam Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan, pohon-pohonan maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari alamiini selain berguna untuk penerangan juga dapat mengurangi kelembaban udara, mengusir nyamuk, membunuh kuman penyebab penyakit tertentu seperti tuberkulosis paru, influenza, penyakit mata dan lain-lain. Standar pencahayaan alam yang memenuhi syarat untuk ruang utama dan ruang tidur (standar WHO) adalah 60 120 lux. Pencahayaan alami sangat ditentukan oleh letak dan besar jendela. Untuk mendapatkan jumlah sinar matahari yang optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik minimal 10 20 % dari luas lantai. 2) Pencahayaan buatan Pencahayaan yang baik dan memenuhi syarat dipengaruhi oleh : cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit-langit, kontruksi

sumber cahaya dalam ornamen yang digunakan, luas dan bentuk ruangan, dan penyebaran sinar dari sumber cahaya b. Ventilasi (Penghawaan) Ventilasi penting untuk pertukaran udara dalam ruangan sehingga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan dapat terjaga secara optimal. Sebaiknya suhu udara dalam ruangan lebih rendah minimal 4 o C dari suhu udara luar untuk daerah tropis. Ventilasi yang baik harus memenuhi syarat antara lain : 1) Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% luas lantai, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (bisa dibuka dan ditutup) minimal 5% luas lantai. Sehingga jumlah keduanya 10% luas lantai. 2) Udara yang masuk adalah udara bersih bebas dari cemaran asap sampah atau pabrik dan knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. 3) Aliran udara hendaknya cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa pada lubang yang berhadapan antara dua dinding ruangan. 4) Kelembaban udara dijaga tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. c. Tidak ada gangguan suara atau kegaduhan Kegaduhan dapat diartikan suara yang mengganggu dan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan baik yang berasal dari dalam ataupun luar rumah. d. Cukup tempat untuk bermain anak Anak-anak memerlukan tempat/ruang untuk bermain sehingga mempunyai kesempatan untuk bergerak, bermain leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, mengurangi kesempatan anak bermain di tempattempat yang berbahaya seperti di jalan raya. 2. Memenuhi kebutuhan psikologis Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain : cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuninya, pada lingkungan tempat tinggal yang baik dan homogen, penataan perabotan sesuai dengan ruangan yang tersedia, tedapat water closed dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya, pada halaman rumah ditanami tanaman hias untuk memperindah pandangan. 3. Mencegah penularan penyakit

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : a. Tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan. b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus. c. Terdapat pembuangan sampah yang memenuhi syarat. d. Terdapat sistem pembuangan air limbah yang memenuhi syarat. e. Terdapat pembuangan tinja. f. Bebas pencemaran makanan dan minuman. 4. Mencegah terjadinya kecelakaan Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau setidaknya dapat mengurangi kecelakaan termasuk jatuh, keruntuhan/roboh, kena benda tajam, keracunan dan kebakaran. A. Persyaratan Rumah Sehat Hubungannya dengan Tuberkulosis Paru Persyaratan rumah sehat tidak hanya dilihat dari bentuk bangunannya, tetapi juga diperhatikan kenyamanan dan kesegaran serta lingkungan sekitarnya. Rumah yang memenuhi syarat secara fisik adalah rumah yang cukup luas bagi penghuninya (tidak over crowded), ventilasi memenuhi syarat, konstruksi lantai dan pencahayaan sinar matahari cukup sehingga dapat melindungi penghuninya dari gangguan kesehatan seperti penularan penyakit tuberkulosis paru. 1. Kepadatan penghuni Mac Gregor mengatakan bahwa ukuran luas ruangan suatu rumah erat hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru. 19 Disamping itu Asosiasi Pencegahan Tuberkulosis Paru Bradbury menyimpulkan secara statistik bahwa kejadian tuberkulosis paru paling besar diakibatkan oleh keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di dalam rumah tersebut mengalami pencemaran, karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen di dalam ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Oksigen sangat diperlukan manusia terutama untuk proses metabolisme tubuh. Pada saat bernafas manusia menghisap oksigen (O 2 ) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO 2 ).

Over crowding dapat menimbulkan efek-efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun moral. Penyebaran atau penularan penyakit di rumah yang padat penghuninya seringkali lebih cepat terjadi. Menurut Depkes, kepadatan penghuni diketahui dengan membandingkan luas lantai rumah dengan jumlah penghuni, dengan ketentuan untuk daerah perkotaan 6 m2 per orang dan pedesaan 10 m2 per orang. 2. Ventilasi Ventilasi merupakan lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor dan memasukkan udara bersih sehingga kondisi udara di ruangan selalu dalam keadaan segar. ketidaknyamanan di dalam ruangan adalah sesak disebabkan oleh kelembaban udara yang meningkat, gerakan angin tidak ada dan temperatur. Jadi ketidaknyamanan dalam ruangan mulai terasa apabila udara sudah jenuh oleh keringat dan temperatur udara sudah mendekati atau sama dengan temperatur tubuh. Apabila udara mulai bergerak dengan adanya ventilasi baik lewat lubang/jendela maupun kipas angin maka kejenuhan udara mulai berkurang dan perasaan nyaman terasa kembali. Apabila suatu ruang tidak mempunyai ventilasi atau ventilasinya kurang baik akan membahayakan kesehatan, apalagi apabila di ruang tersebut terjadi pencemaran oleh bakteri (penderita tuberkulosis paru) atau oleh berbagai zat kimia. 11 Ada beberapa pendapat tentang kondis yang dianggap paling baik dalam suatu rumah, yaitu : Pendapat dari Temperatur (Suhu) Kelembaban MC. Nall 73-77 o F (23-25 o C) 20-60% Joseph Lubart 68-76 o F (20-24 o C) 10-50% Ashrae 77,5 o F 70% 3. Pencahayaan sinar matahari Cahaya sinar matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri, hal ini telah dibuktikan oleh Robert

Koch (1843-1910), bahwa sinar apapun dapat membunuh kuman dalam waktu cepat maupun lambat. Dari hasil suatu penelitian dengan melewatkan cahaya matahari pada berbagai warna kaca terhadap kuman tuberkulosis 11 didapatkan data sebagai berikut : Warna kaca Waktu mematikan (menit) Hijau 45 Merah 20-30 Biru 10-20 Tak berwarna 5-10 Dengan pengetahuan akan sifat sinar matahari yang mematikan kuman maka sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit tuberkulosis paru, yaitu dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Diutamakan sinar matahari pagi karena cahaya sinar matahari pagi banyak mengandung sinar ultra violet yang dapat mematikan kuman. Sinar matahari dapat diupayakan masuk ke dalam rumah dengan beberapa upaya yaitu dengan membuat jendela kaca dan genting kaca. 4. Kelembaban udara dalam rumah Kelembaban udara di dalam rumah minimal 40-50% dan suhu ruangan yang ideal 20-25oC. Hal ini perlu diperhatikan karena kelembaban di dalam rumah akan mempengaruhi berkembangbiaknya mikroorganisme termasuk Mycobacterium tuberculosis. Kelembaban di rumah dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu : kelembaban yang naik dari tanah (rising damp), merembes melalui dinding (rising damp), dan bocor melalui atap (roof leaks).

B. Kerangka Teori Sumber penularan Faktor lingkungan Kejadian penyakit tuberkulosis paru (BTA (+) dan (-)) Stres Perilaku Merokok Faktor karakteristik penderita C. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat - Faktor karakteristik penderita: Umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, status ekonomi, merokok - Faktor lingkungan rumah: jenis lantai, luas ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian Status BTA penderita Tuberkulosis paru - Faktor stres D. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara umur dengan status BTA pada penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Demak 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status BTA pada penderita 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan status BTA pada penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Demak 4. Ada hubungan antara merokok dengan status BTA pada penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Demak 5. Ada hubungan antara status perkawinan dengan status BTA pada penderita 6. Ada hubungan antara status ekonomi dengan status BTA pada penderita 7. Ada hubungan antara lantai rumah dengan status BTA pada penderita 8. Ada hubungan antara luas ventilasi dengan status BTA pada penderita 9. Ada hubungan antara pencahayaan dengan status BTA pada penderita 10. Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan status BTA pada penderita 11. Ada hubungan antara stress dengan status BTA pada penderita Tuberkulosis paru di Kabupaten Demak