BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja, Kebersihan Alat Kelamin, Menstruasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA SMA NEGERI 1 SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas pada wanita biasanya terjadi antara usia 13 hingga 16 tahun. Pada masa ini organ reproduksi wanita mulai menunjukkan perubahan yang drastis, karena sudah terjadi pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormonal estrogen, yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks sekunder yaitu salah satunya terjadinya pengeluaram darah yang disebut dengan (Proverawati & Misaroh, 2009). Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Siklus merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka terjadi (Bobak, 2004). Banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait dengan masalah sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah, dan ternyata permasalahan seputar atau haid ini sudah ada dari semenjak manusia di ciptakan. Salah satu mitos yang sering terdengar yaitu larangan mencukur rambut alat kelamin, menggunting kuku, dan keramas selama, justru sebaliknya, pada saat perempuan sedang harus menjaga kebersihan tubuhnya, terutama menjaga kebersihan organ genetalianya secara ekstra karena selama masa, kulit menjadi sangat sensitif, 73 % perempuan merasa gatal-gatal dan perih di area kulit vital. Sehingga jika tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan mikro 1

2 organisme yang berlebih pada organ reproduksi dan dapat mengganggu fungsi organ reproduksi tersebut. Namun sebagian masyarakat kita masih ada yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan tentang masalah dalam keluarga, sehingga remaja kurang memiliki dan sikap yang cukup baik tentang perawatan organ reproduksi pada saat (Proverawati & Misaroh, 2009). Penelitian yang dilakukan Maya Ardani (2010) tentang perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat di SMP negeri 3 Pulau Rakyat Asahan diperoleh remaja putri 93 orang (69,9%) memiliki baik, 39 orang (29,3%) memiliki cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki kurang. Berdasarkan sikap remaja putri dari 100 orang (75,2%) memiliki sikap baik, 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan yang dilakukan Indah Dewi Sari (2010) di Dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tentang remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat dari 102 responden yang memiliki kategori baik 93 orang (91,2%), cukup sebanyak 9 orang (8.8%) dan kurang sebanyak 3 orang (4,35%), sedangkan yang dilakukan oleh Rinneka Handayani (2011) di SMK Negeri 8 Medan tentang, sikap, dan tindakan remaja putri tentang hygiene saat dari 90 responden yang memiliki baik sebanyak 38 responden (42,2%), cukup 41 responden (45,6%), kurang 11 responden (12,2%). Berdasarkan sikap, yang memiliki sikap baik sebanyak 20 responden (22,2%), sikap cukup 29 responden (32,2%), sikap kurang sebanyak 20 responden (22,2%). Hasil yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya dan sikap dalam menjaga kebersihan alat kelamin saat dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya Human Papilloma Virus (HPV) dan berakhir dengan kanker mulut rahim (serviks). Karena pada saat pembuluh darah dalam rahim terbuka sehingga sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali

3 masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Baradero, 2007). ISR (Infeksi Saluran Reproduksi) telah menyebar luas dan akan terus menjadi masalah kesehatan dunia. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada 2005 setiap tahunnya terdapat lebih dari 448 juta kasus baru PMS yang dapat diobati. Dari perkiraan tersebut, trikomoniasis menduduki angka tertinggi, yaitu 248 juta kasus baru per tahun. Klamidia pada urutan kedua dengan 101 juta kasus baru pertahun, kemudian gonore dengan 88 juta serta sifilis dengan 11 juta kasus baru tiap tahunnya (UNAIDS/WHO, 2011). Sementara itu, WHO dan UNAIDS juga memperhitungkan bahwa pada akhir tahun 2005 sekitar 338 juta orang dewasa dan 60 juta anak-anak akan hidup dengan HIV/AIDS (UNAIDS/WHO, 1999). ISR yang bukan ditularkan melalui hubungan seksual diyakini lebih banyak lagi jumlahnya (UNAIDS/WHO, 2007). Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, Kasus infeksi menular seksual (IMS) di obati sebesar 77,8% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14% ini berarti belum seluruh kasus infeksi menular seksual (IMS) yang ditemukan diobati atau belum mencapai target yaitu 100%. Selain melakukan kegiatan survey humanimmuno deficiency virus (HIV), pengamatan kasus acquired immune deviciency syndrome (AIDS), Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil virus human immuno deficiency virus (HIV), pada tahun 2008 hasil menunjukan jumlah human immuno deficiency virus (HIV) yang paling tinggi yaitu sebesar 520 dari 345.795 jumlah sampel yang diperiksa (1,49). Sedangkan tahun 2009 terjadi penurunan hasil reaksi yang cukup besar yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel yang diperiksa (0,88) (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2009). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang penderita penyakit menular seksual dari semua golongan umur tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 diantaranya trichomonas vaginalis dari

4 9 menjadi 14, bacteri vaginalis dari 0 menjadi 203, herpes simplek virus dari 149 menjadi 175, syphilis dari 2 menjadi 11, clamidia dari 0 menjadi 4, chancroid dari 0 menjadi 1, gonorre dari 71 menjadi 140, candyloma acuminate dari 68 menjadi 98, acquired immune deviciency syndrome (AIDS) dari 323 menjadi 287 namun demikian ada beberapa kasus yang menurun antaranya kandidiasis dari 308 menjadi 203, dan NGU (non gonore uretritis) dari 25 menjadi 19 (Dinkes Kota Semarang, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang, mengatakan selama ini di Madrasah Tsanawiyah tersebut tidak pernah ada kegiatan palang merah remaja (PMR), pelajaran Biologi yang diberikan juga hanya sebatas pada organ organ reproduksi dan masalah, tetapi belum sampai pada perawatan alat kelamin saat. Sekolah madrasah tsanawiyah tersebut, juga belum pernah mendapatkan penyuluhan atau seminar mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai kebersihan alat kelamin pada saat. Sehingga para siswa kebanyakan belum mengetahui tentang kebersihan alat kelamin pada saat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data jumblah siswi Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol yang terdiri dari 3 kelas, sebanyak 101 siswi. Dari hasil observasi dan wawancara singkat pada 15 siswi terdapat 10 siswi yang kurang mengetahui tentang kebersihan alat kelamin pada saat dan 9 siswi mengatakan sering mengalami gatal gatal dan iritasi pada alat kelamin (vagina) saat. Berdasarkan data dan uraian di atas perlu diteliti Hubungan dengan sikap remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat (studi pada siswi madrasah tsanawiyah husnul khatimah 02 dusun pengkol temblang semarang). B. Perumusan Masalah Permasalah dalam ini dirumuskan sebagai berikut Adakah Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Tentang

5 Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin pada saat Menstruasi di Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tentang kebersihan alat kelamin saat b. Mendeskripsikan sikap terhadap kebersihan alat kelamin saat c. Menganalisis hubungan tentang kebersihan alat kelamin saat dengan sikap terhadap kebersihan alat kelamin saat. D. Manfaat 1. Bagi Remaja Putri Memberikan informasi dan yang benar tentang khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat kepada remaja putri. 2. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan kepada sekolah untuk membuat kebijakan mengenai pentingnya memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan siswa tentang. 3. Bagi Peneliti

6 Meningkatkan dalam menggali informasi kesehatan di bidang kesehatan reproduksi khususnya tentang kebersihan alat kelamin saat 4. Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan & instansi terkait tentang keadaan remaja di wilayah setempat, sehingga menjalin kerjasama untuk memberikan penyuluhan kesehatan. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diteliti adalah Keperawatan Maternitas (Kesehatan Reproduksi) F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama 1 Pengetahu an Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di SMA Al- Washliyah 3 Medan Tahun 2010 2 Perilaku Remaja Putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Indah Dewi Sari Maya Ardani Tahun dan tempat 2010, SMA Al- Washliyah 3 Medan 2010, SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Asahan Rancangan Penelitian ini Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Penelitian ini Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Variabel Variabel bebas : kebersihan alat kelamin pada saat Variabel terikat : remaja putri Variabel bebas yaitu menggambarkan perilaku remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat Variabel terikat : kebersihan alat kelamin pada saat Hasil Hasil ini didapatkan 93 orang (91,2 %) dalam kategori baik, 9 orang (8,8 %) dalam kategori cukup. Hasil menunjukkan bahwa 94 responden (70,7%) memiliki perilaku baik secara keseluruhan. Berdasarkan remaja putri 93 orang (69,9%)

7 Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama Pulau Rakyat Asahan Tahun 2010 3 Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Putri Tentang Higienis Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010 Rinneka Handayani Tahun dan tempat 2010, SMK Negeri 8 Medan Rancangan Penelitian ini Survey Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Variabel Variabel bebas :,sikap Variabel terikat : tindakan higiene pada saat Hasil Memiliki baik, 39 orang (29,3%) memiliki cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki kurang. Berdasarkan sikap remaja putri 100 orang (75,2%) memiliki sikap Baik 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan berdasarkan tindakan remaja 57 orang (42,9%) memiliki tindakan baik dan 76 orang (57,1%) memiliki tindakan cukup. Hasil ini menunjukkan siswi yang baik sebesar 38 orang (42,2%), cukup 41 orang (45,6%) dan kurang 11 orang (12,2%). Untuk sikap baik sebanyak 38 orang (42,2%), sikap cukup sebanyak 29 orang (32,2%) dan sikap kurang sebanyak 23 orang (25,6%). Untuk tindakan baik sebanyak 20 orang (22,2%), cukup sebanyak 24 orang (26,7%) dan yang

8 Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama Tahun dan tempat Rancangan Variabel Hasil kurang sebanyak 46 orang (51,1%). Kesimpulan 41 orang (45,6%) pengengetahuan cukup dan 23 orang (25,6%) sikap baik tetapi 46 orang (51,1%) yang memiliki tindakan kurang.