BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas pada wanita biasanya terjadi antara usia 13 hingga 16 tahun. Pada masa ini organ reproduksi wanita mulai menunjukkan perubahan yang drastis, karena sudah terjadi pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormonal estrogen, yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks sekunder yaitu salah satunya terjadinya pengeluaram darah yang disebut dengan (Proverawati & Misaroh, 2009). Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Siklus merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka terjadi (Bobak, 2004). Banyak mitos yang berkembang di masyarakat terkait dengan masalah sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah, dan ternyata permasalahan seputar atau haid ini sudah ada dari semenjak manusia di ciptakan. Salah satu mitos yang sering terdengar yaitu larangan mencukur rambut alat kelamin, menggunting kuku, dan keramas selama, justru sebaliknya, pada saat perempuan sedang harus menjaga kebersihan tubuhnya, terutama menjaga kebersihan organ genetalianya secara ekstra karena selama masa, kulit menjadi sangat sensitif, 73 % perempuan merasa gatal-gatal dan perih di area kulit vital. Sehingga jika tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan mikro 1
2 organisme yang berlebih pada organ reproduksi dan dapat mengganggu fungsi organ reproduksi tersebut. Namun sebagian masyarakat kita masih ada yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan tentang masalah dalam keluarga, sehingga remaja kurang memiliki dan sikap yang cukup baik tentang perawatan organ reproduksi pada saat (Proverawati & Misaroh, 2009). Penelitian yang dilakukan Maya Ardani (2010) tentang perilaku remaja putri dalam perawatan kebersihan alat kelamin pada saat di SMP negeri 3 Pulau Rakyat Asahan diperoleh remaja putri 93 orang (69,9%) memiliki baik, 39 orang (29,3%) memiliki cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki kurang. Berdasarkan sikap remaja putri dari 100 orang (75,2%) memiliki sikap baik, 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan yang dilakukan Indah Dewi Sari (2010) di Dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tentang remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat dari 102 responden yang memiliki kategori baik 93 orang (91,2%), cukup sebanyak 9 orang (8.8%) dan kurang sebanyak 3 orang (4,35%), sedangkan yang dilakukan oleh Rinneka Handayani (2011) di SMK Negeri 8 Medan tentang, sikap, dan tindakan remaja putri tentang hygiene saat dari 90 responden yang memiliki baik sebanyak 38 responden (42,2%), cukup 41 responden (45,6%), kurang 11 responden (12,2%). Berdasarkan sikap, yang memiliki sikap baik sebanyak 20 responden (22,2%), sikap cukup 29 responden (32,2%), sikap kurang sebanyak 20 responden (22,2%). Hasil yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya dan sikap dalam menjaga kebersihan alat kelamin saat dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya Human Papilloma Virus (HPV) dan berakhir dengan kanker mulut rahim (serviks). Karena pada saat pembuluh darah dalam rahim terbuka sehingga sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
3 masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi (Baradero, 2007). ISR (Infeksi Saluran Reproduksi) telah menyebar luas dan akan terus menjadi masalah kesehatan dunia. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada 2005 setiap tahunnya terdapat lebih dari 448 juta kasus baru PMS yang dapat diobati. Dari perkiraan tersebut, trikomoniasis menduduki angka tertinggi, yaitu 248 juta kasus baru per tahun. Klamidia pada urutan kedua dengan 101 juta kasus baru pertahun, kemudian gonore dengan 88 juta serta sifilis dengan 11 juta kasus baru tiap tahunnya (UNAIDS/WHO, 2011). Sementara itu, WHO dan UNAIDS juga memperhitungkan bahwa pada akhir tahun 2005 sekitar 338 juta orang dewasa dan 60 juta anak-anak akan hidup dengan HIV/AIDS (UNAIDS/WHO, 1999). ISR yang bukan ditularkan melalui hubungan seksual diyakini lebih banyak lagi jumlahnya (UNAIDS/WHO, 2007). Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, Kasus infeksi menular seksual (IMS) di obati sebesar 77,8% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2008 sebesar 98,14% ini berarti belum seluruh kasus infeksi menular seksual (IMS) yang ditemukan diobati atau belum mencapai target yaitu 100%. Selain melakukan kegiatan survey humanimmuno deficiency virus (HIV), pengamatan kasus acquired immune deviciency syndrome (AIDS), Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil virus human immuno deficiency virus (HIV), pada tahun 2008 hasil menunjukan jumlah human immuno deficiency virus (HIV) yang paling tinggi yaitu sebesar 520 dari 345.795 jumlah sampel yang diperiksa (1,49). Sedangkan tahun 2009 terjadi penurunan hasil reaksi yang cukup besar yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel yang diperiksa (0,88) (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2009). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang penderita penyakit menular seksual dari semua golongan umur tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 diantaranya trichomonas vaginalis dari
4 9 menjadi 14, bacteri vaginalis dari 0 menjadi 203, herpes simplek virus dari 149 menjadi 175, syphilis dari 2 menjadi 11, clamidia dari 0 menjadi 4, chancroid dari 0 menjadi 1, gonorre dari 71 menjadi 140, candyloma acuminate dari 68 menjadi 98, acquired immune deviciency syndrome (AIDS) dari 323 menjadi 287 namun demikian ada beberapa kasus yang menurun antaranya kandidiasis dari 308 menjadi 203, dan NGU (non gonore uretritis) dari 25 menjadi 19 (Dinkes Kota Semarang, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang, mengatakan selama ini di Madrasah Tsanawiyah tersebut tidak pernah ada kegiatan palang merah remaja (PMR), pelajaran Biologi yang diberikan juga hanya sebatas pada organ organ reproduksi dan masalah, tetapi belum sampai pada perawatan alat kelamin saat. Sekolah madrasah tsanawiyah tersebut, juga belum pernah mendapatkan penyuluhan atau seminar mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai kebersihan alat kelamin pada saat. Sehingga para siswa kebanyakan belum mengetahui tentang kebersihan alat kelamin pada saat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data jumblah siswi Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol yang terdiri dari 3 kelas, sebanyak 101 siswi. Dari hasil observasi dan wawancara singkat pada 15 siswi terdapat 10 siswi yang kurang mengetahui tentang kebersihan alat kelamin pada saat dan 9 siswi mengatakan sering mengalami gatal gatal dan iritasi pada alat kelamin (vagina) saat. Berdasarkan data dan uraian di atas perlu diteliti Hubungan dengan sikap remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat (studi pada siswi madrasah tsanawiyah husnul khatimah 02 dusun pengkol temblang semarang). B. Perumusan Masalah Permasalah dalam ini dirumuskan sebagai berikut Adakah Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Tentang
5 Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin pada saat Menstruasi di Madrasah Tsanawiyah Husnul Khatimah 02 Dusun Pengkol Tembalang Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tentang kebersihan alat kelamin saat b. Mendeskripsikan sikap terhadap kebersihan alat kelamin saat c. Menganalisis hubungan tentang kebersihan alat kelamin saat dengan sikap terhadap kebersihan alat kelamin saat. D. Manfaat 1. Bagi Remaja Putri Memberikan informasi dan yang benar tentang khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat kepada remaja putri. 2. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan kepada sekolah untuk membuat kebijakan mengenai pentingnya memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan siswa tentang. 3. Bagi Peneliti
6 Meningkatkan dalam menggali informasi kesehatan di bidang kesehatan reproduksi khususnya tentang kebersihan alat kelamin saat 4. Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan & instansi terkait tentang keadaan remaja di wilayah setempat, sehingga menjalin kerjasama untuk memberikan penyuluhan kesehatan. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diteliti adalah Keperawatan Maternitas (Kesehatan Reproduksi) F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama 1 Pengetahu an Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di SMA Al- Washliyah 3 Medan Tahun 2010 2 Perilaku Remaja Putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Indah Dewi Sari Maya Ardani Tahun dan tempat 2010, SMA Al- Washliyah 3 Medan 2010, SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Asahan Rancangan Penelitian ini Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Penelitian ini Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Variabel Variabel bebas : kebersihan alat kelamin pada saat Variabel terikat : remaja putri Variabel bebas yaitu menggambarkan perilaku remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat Variabel terikat : kebersihan alat kelamin pada saat Hasil Hasil ini didapatkan 93 orang (91,2 %) dalam kategori baik, 9 orang (8,8 %) dalam kategori cukup. Hasil menunjukkan bahwa 94 responden (70,7%) memiliki perilaku baik secara keseluruhan. Berdasarkan remaja putri 93 orang (69,9%)
7 Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama Pulau Rakyat Asahan Tahun 2010 3 Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Putri Tentang Higienis Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010 Rinneka Handayani Tahun dan tempat 2010, SMK Negeri 8 Medan Rancangan Penelitian ini Survey Deskriptif dengan Pendekatan Cross Sectioanal Variabel Variabel bebas :,sikap Variabel terikat : tindakan higiene pada saat Hasil Memiliki baik, 39 orang (29,3%) memiliki cukup (75,2%) dan 1 orang (0,8%) memiliki kurang. Berdasarkan sikap remaja putri 100 orang (75,2%) memiliki sikap Baik 31 orang (23,3%) memiliki sikap cukup dan 2 orang (1,5%) memiliki sikap kurang. Sedangkan berdasarkan tindakan remaja 57 orang (42,9%) memiliki tindakan baik dan 76 orang (57,1%) memiliki tindakan cukup. Hasil ini menunjukkan siswi yang baik sebesar 38 orang (42,2%), cukup 41 orang (45,6%) dan kurang 11 orang (12,2%). Untuk sikap baik sebanyak 38 orang (42,2%), sikap cukup sebanyak 29 orang (32,2%) dan sikap kurang sebanyak 23 orang (25,6%). Untuk tindakan baik sebanyak 20 orang (22,2%), cukup sebanyak 24 orang (26,7%) dan yang
8 Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Nama Tahun dan tempat Rancangan Variabel Hasil kurang sebanyak 46 orang (51,1%). Kesimpulan 41 orang (45,6%) pengengetahuan cukup dan 23 orang (25,6%) sikap baik tetapi 46 orang (51,1%) yang memiliki tindakan kurang.