IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ISTRI DALAM PERKARA NOMOR 0241/PDT.G/2016/PA.

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

P U T U S A N. Nomor 4/Pdt.G/2008/PTA Btn.

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc

P U T U S A N. Nomor 1599/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N Nomor : 051/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

بسم هللا الرحمن الرحيم

P U T U S A N. Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA.Btn بسم الله الرحمن الرحیم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 95/Pdt.G/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

PUTUSAN NOMOR : 258/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

P U T U S A N Nomor : 35/Pdt.G/2013/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan yang tertuang dalam Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam bahwasannya

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

PUTUSAN Nomor : 150/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor 0556/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor : 0940/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

SALINAN PUTUSAN Nomor : 1382/Pdt.G/2013/PA.Pas

P U T U S A N Nomor 0009/Pdt.G/2015/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor: 0718/Pdt.G/2014/PA. Pas

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 146/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N Nomor 0013/Pdt.G/2014/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 467/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 1965/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

tempat tinggal di Desa xxxxxxxxxxxx, Kecamatan Ayah, Kabupaten

P U T U S A N. Nomor 0006/Pdt.G/2016/PTA.Plk DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

PUTUSAN Nomor : 85/Pdt.G/2010/PA.Pkc

PUTUSAN Nomor 1734/Pdt.G/2014/PA.Pas

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

P U T U S A N Nomor 34/Pdt.G/2011/PTA. Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2011/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Termohon/ Pembanding; L a w a n

Nomor 0606/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 028/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. NOMOR /Pdt.G/2015/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

PUTUSAN Nomor 130/Pdt.G/2015/PA.Pas

P U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 48/Pdt.G/2011/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 0830/Pdt.G/2015/PA. Pas

PUTUSAN Nomor : 193/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N. Nomor : 0325/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn

BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N. Nomor 1818/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 1336/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI DALAM PUTUSAN NO. 718 K/AG/2012

PUTUSAN Nomor 19/Pdt.G/2011/PA.Prg

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas

P U T U S A N. Nomor 1984/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor 1465/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

P U T U S A N SALINAN. Nomor 1517/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0751/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN NOMOR 28/Pdt.G/2013/PTA.Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CERAI TALAK, VERSTEK DAN VERZET, SERTA GUGATAN REKONVENSI

PUTUSAN Nomor : 0027/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0021/Pdt.G/2016/PTA.Pdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0952/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah Iddah dalam Perkara Cerai Talak dalam Putusan Nomor 2542/Pdt.G/2015/Pa.Lmg Dalam setiap putusan dalam persidangan pastinya seorang Hakim haruslah mempunyai dasar-dasar atau dalil yang menguatkan atau sebagai dasar dalam menentukan keputusan atas perkara yang sedang ditangani, tentunya putusan tersebut tidak menyimpang dari Hukum acara yang berlaku, sehingga tiap putusannya tidak menyalahi Hukum materiil maupun Hukum formil. Dalam Putusan No 2542/Pdt.G/2015/Pa.Lmg, majelis Hakim memutuskan perkawinan dari para pihak dengan dalil atau dasar yaitu bahwa sejak tahun 2014 para pihak bertengkar dan cek-cok dikarenakan pihak termohon cemburu buta terhadap pihak pemohon dan berpisah selama 4 bulan. Sehingga majelis Hakim berkesimpulan bahwa Rumah Tangga pihak terkait benar-benar sudah tidak harmonis. Ada beberapa dalil yang dikemukakan oleh majelis Hakim terkait kasus tersebut, antara lain: 69

70 1. Alasan perceraian dari para pihak telah memenuhi ketentuan pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. 2. Alasan tersebut telah sesuai dengan Firman Allah SWT., yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al - Baqarah ayat 229 yang artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. 1 3. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka permohonan Pemohon, a quo (tersebut) telah beralasan dan permohonan Pemohon tidak melawan hukum, oleh sebab itu permohonan Pemohon harus dikabulkan. 4. Berdasarkan ketentuan Pasal 84 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, dan diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009, memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Lamongan untuk mengirimkan salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah yang wilayahnya meliputi tempat kediaman Pemohon dan Termohon dan Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan dilangsungkan, untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu. 1 Departemen Agama, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta : Widya Cahaya, 2011), 320.

71 5. Berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, biaya perkara dibebankan kepada Pemohon. Hal yang juga mendasar dalam pertimbangan tersebut adalah bahwa termohon dalam jawabannya telah mengakui kebenaran dalil-dalil permohonan pemohon tersebut, dan termohon menyatakan tidak keberatan ditalak oleh pemohon. Pada perkara No. 2542/Pdt.G/2015/PA.Lmg dalam amar putusan hakim hanya mengabulkan permohonan pemohon yaitu menjatuhkan talak raj i> kepada termohon tanpa menghukum pemohon untuk membayar nafkah iddah. Hal tersebut terjadi karena termohon (istri)nya telah sepakat dan tidak keberatan dicerai oleh suaminya (pemohon), termohon telah mengakui alasan-alasan perceraian yang diajukan suaminya. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Tidak Ditetapkannya Nafkah Iddah dalam Perkara Cerai Talak dalam Putusan Nomor 2542/Pdt.G/2015/Pa.Lmg Dalam menganalisis putusan perkara No 2542/Pdt.G/2015/Pa.Lmg, bahwa Hakim tidak memutuskan nafkah iddah terhadap suami kepada istri yang telah ditalak, dengan memakai dua teori yaitu Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Formil Peradilan Agama, tentunya dasar-dasar tersebut disinkronkan dengan pertimbangan Hakim dalam putusan tersebut. Yang menjadi masalah dalam putusan tersebut adalah bahwa hakim tidak menetapkan nafkah iddah kepada pemohon, Nafkah iddah merupakan kewajiban

72 dari mantan suami kepada istri yang telah diceraikan. Hal ini merupakan suatu sikap yang sepatutnya dilakukan oleh suami karena pada perkara cerai talak pihak suami yang berkeinginan untuk bercerai atau putus perkawinan dengan istrinya. Sehingga sebagai penghargaan atau imbalan walaupun belum cukup sebagai pengobat kekecewaan, akan tetapi adanya nafkah iddah bisa sedikit meringankan beban hidup ketika menjalani masa iddah dan bisa menjadi penggembira bagi istri yang diceraikan. Salah satu yang mendasar kenapa Hakim tidak memutuskan nafkah iddah adalah bahwa kedua belah pihak mengakui semua dalil yang diutarakan dalam persidangan, dan juga dari pihak istri tidak mengajukan Rekonvensi terkait permintaan nafkah iddah, sehingga Hakim tidak bisa memutuskan atau menghukum para pihak diluar dari apa yang sedang dituntut atau yang diajukan. Dalam pasal 4 huruf b UU No. 48 Tahun 2006 tentang kekuasaan kehakiman, menjelaskan bahwa pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Terkait dengan hal tersebut hakim di dalam peradilan mempunyai kewenangan ex officio atau hak jabatan hakim, yang mana dalam memutuskan suatu perkara hakim dapat keluar dari aturan baku selama ada pendapat yang sesuai dengan Undang-Undang. Artinya bahwa hakim secara ex officio dapat menentukan nafkah iddah.

73 Hakim karena jabatannya atau ex officio menjatuhkan putusan yang dalam amarnya menghukum pemohon untuk membayar nafkah iddah kepada termohon jika hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim terpenuhi. Dengan catatan bahwa istri tidak mengajukan gugatan rekonvensi terkait nafkah iddah. Kewenangan ex officio hakim digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dari seorang istri. Hakim selalu menanyakan kepada pihak istri namun istri terkadang tidak ingin mendapatkan nafkah iddah atau mut ah tersebut karena istri sudah merasa rela dan mengetahui kemampuan suami. Seharusnya dalam hal ini walaupun pihak istri tidak mengajukan permintaan nafkah iddah, Hakim wajib memberikan putusan pertanggungan nafkah iddah karena dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 41 huruf (c) tentang perkawinan yang menjelaskan bahwa pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Pada pasal inilah yang kemudian secara otomatis memperbolehkan hakim menentukan suatu kewajiban yang tidak disebutkan dalam tuntutan (petitum). Mengenai nafkah iddah yang diberikan kepada bekas istri setelah terjadinya perceraian, penulis menemukan beberapa dasar hukum diantaranya adalah sebagai berikut : Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 241 dan surat At{h-T{hala>q ayat 06 sebagai berikut :

74 و ل ل م ط ل ق ت م ت ع ب ل م ع ر و ف ح ق ا ع ل ى ال م ت ق ي Artinya : Kepada wanita-wanita yang diceraikan hendaklah diberikan oleh suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S Al Baqarah : 241). 2 Juga dalam Surat Q.S At{h T{halaq : 06 أس ك ن و ه ن م ن ح ي ث س ك ن ت م م ن و ج د ك م و ال ت ض آر و ه ن ل ت ض ي ق وا ع ل ي ه ن, و إ ن ك ن أ و ل ت ح ل ف أ ن ف ق وا ع ل ي ه ن ح ت ي ض ع ن ح ل ه ن, ف إ ن أ ر ض ع ن ل ك م ف أ ت و ه ن أ ج و ر ه ن, و أ ت ر وا ب ي ن ك م ب ع ر وف, و إ ن ت ع ا س ر ف ست ر ض ع ل ه أ خ ر ى Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (Q.S Ath Thalaq : 06). 3 Ayat ini memperjelas tempat tinggal bagi perempuan yang menjalani masa iddahnya yaitu hendaklah ditinggalkan di tempatmu sendiri atau tempat lain yang dapat kamu ihtiarkan (usahakan). Ayat diatas juga mewajibkan untuk memberikan tempat tinggal kepada istri. Manakala tempat tinggal wajib diberikan, maka 2 Departemen Agama, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta : Widya Cahaya, 2011), 355. 3 Ibid., 188.

75 memberi nafkah juga wajib, karena nafkah itu mengikuti kewajiban suami memberikan tempat tinggal. Disamping itu juga berdasarkan Hadis dari Ibnu Abbas dan Ali r.a yang artinya sesungguhnya tempat tinggal dan nafkah hanya bagi wanita yang ditalak raj i>. Sehingga jika merujuk dari dua ayat diatas terkait pemberian nafkah untuk bekas istri dari bekas suami diwajibkan, terkait dalam hal tidak mengajukannya pihak istri untuk meminta nafkah iddah. Hakim bisa membebankan nafkah iddah tersebut karena hakim diberikan kewenangan oleh undang-undang membebani suami untuk memberikan nafkah iddah kepada bekas istri. Kewajiban bekas suami memberikan nafkah iddah juga terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 149 huruf (b) yaitu bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba in atau istri nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil. Serta dalam pasal 152 Kompilasi Hukum Islam diterangkan bahwa Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali bila ia nusyuz. Adapun perbuatan-perbuatan yang tergolong nusyuz istri antara lain: 1. Menolak berhubungan dengan suaminya tanpa alasan yang sah. 2. Isteri meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa alasan yang sah dan tanpa izin suami.

76 3. Istri tidak mau mengikuti suaminya dalam hal-hal yang dibenarkan oleh agama tanpa alasan yang sah; 4. Memukul atau menyakiti suami secara fisik; 5. Perselingkuhan; 6. Boros membelanjakan harta bersama atau harta suami termasuk boros belanja makanan, minuman, dan pakaian. Dalam kasus perkara Nomor 2542/Pdt.G/2015/Pa.Lmg Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Termohon selalu cemburu buta kepada Pemohon. Akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut, Pemohon dan Termohon terjadi pisah tempat tinggal. Selama pisah tempat tinggal, Pemohon tinggal di rumah orang tua Pemohon, sedangkan Termohon tinggal di rumah orang tua Termohon. Hal ini tidak termasuk adanya indikasi perbuatan istri yang melakukan nusyuz. Memang kasus tersebut istri meninggalkan rumah suami (pisah tempat tinggal), akan tetapi itu disebabkan sering terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara mereka, hal itu disebabkan istri cemburu buta dengan suaminya hingga tidak tahan dan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua masing-masing. Jadi, perbuatan seperti ini bukanlah termasuk perbuatan nusyuz, serta perasaan cemburu yang dirasakan oleh istri itu adalah perbuatan yang wajar yang pernah dialami pasangan suami istri. Di Pengadilan Agama Lamongan, perbuatan nusyuz atau durhaka itu perlu dibuktikan kebenarannya. Hal ini sesuai dalam pasal 84 ayat (4) Kompilasi Hukum

77 Islam bahwa Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang syah. Pada kasus ini hak istri harus dilindungi, jadi suami tetap berkewajiban memberikan nafkah iddah, karena itu merupakan hak istri. Meskipun istri tidak menuntut hak nafkah iddah, akan tetapi tetap saja itu merupakan kewajiban bekas suami memberikan nafkah iddah kepada istrinya. Bahkan diantara Ulama Syiah menetapkan bahwa meskipun istri orang kaya dan tidak memerlukan bantuan biasa dari suami, namun suami tetap wajib membayar nafkah. Untuk kadar jumlah nafkah iddah perlu adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan keadaan ekonomi pemohon dan kebutuhan dari termohon. Jika tidak ada kesepakatan diantara kedua belah pihak maka hakim mempunyai hak Ex Officio untuk menentukan kadar jumlah nafkah iddah dengan melihat keadaan (kemampuan) si suami, meskipun si suami beralasan tidak bekerja (tidak berpenghasilan) tetap saja jumlah nafkah iddah ditetapkan ketika si suami memberikan nafkah kepada istrinya selama dalam masa perkawinannya (uang bulanan). Jadi, dalam nafkah iddah yang tidak dituntut oleh termohon, seharusnya hakim tetap memberikan nafkah iddah tersebut meskipun tanpa adanya tuntutan. Apalagi nafkah iddah itu, hal ini berdasarkan dalil Al-Quran, Hadis, kesepakatan para Fuqaha dan Kompilasi Hukum Islam pasal 149 (b) dan pasal 152 yang berkaitan erat dengan hukum akibat putusnya perkawinan karena talak. Seorang hakim

78 seyogyanya menggunakan kewenangan ex officionya menghukum pemohon untuk membayar nafkah iddah kepada termohon, karena seorang hakim dalam menegakkan keadilan sifatnya mutlak agar mengayomi hak-hak seorang istri pada masa iddah, apalagi terhadap masyarakat yang awam tentang hukum. Dalam menggunakan kewenangan ex officionya tidak bertentangan dengan asas ultra petitum. Dalam hal memutuskan suatu perkara dalam persidangan seorang hakim harus mengambil yang lebih banyak maslahatnya. Dalam pengambilan dasar-dasar yang digunakan oleh hakim, terkadang tidak harus sama dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Hakim juga dapat mengambil putusan berdasarkan situasi dan kondisi yang masih cocok diterapkan dalam keadaan memaksa, karena hakim harus menghukumi suatu perkara sesuai dengan zaman, keadaan dan tempat. Dengan mengacu pada tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.