1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses membantu anak berkembang secara optimal, yaitu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Hal ini berarti bahwa pendidikan bukanlah proses memaksakan kehendak orang dewasa kepada anak, melainkan upaya menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak, yaitu kondisi yang memberikan kemudahan bagi anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan dasar menjadi pondasi bagi pendidikan tingkat selanjutnya, ketika sebuah pondasi telah terbangun kuat, maka untuk pembangunan selanjutnya akan lebih mudah dan kokoh. Seorang guru harus mampu meletakkan sebuah dasar yang kokoh bagi siswa yang kelak akan digunakan sebagai pijakan untuk mencapai hal yang diinginkan atau hal yang dicita-citakan tanpa banyak mendapat kendala yang berarti. Belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan. Tetapi ternyata tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan
2 perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar (Kartadinata dan Nyoman, 1998:57). Keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas salah satunya ditentukan oleh cara guru menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa, karena setiap model pembelajaran mempunyai tujuan, prinsip dan penekanan yang berbeda. Namun dalam kenyataannya selama ini guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga aktivitas siswa terlihat masih pasif dan hasil belajarnya rendah. Guru sering menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru sendiri, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan penugasan sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang berpusat pada guru inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Kedungwangi II belum sesuai dengan harapan. Karena metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik sehingga belum bisa merangsang perkembangan kreativitas peserta didik. Metode tanya jawab juga menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya sehingga peserta didik yang tidak aktif tidak memperhatikan bahkan tidak terlibat secara mental (Sumantri, 1998:143). Penugasan yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan bagi peserta didik. Proses pembelajaran seharusnya siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan, namun kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat bosan, jemu dan pasif. Hal ini disebabkan karena metode mengajar yang digunakan oleh guru belum
3 menarik perhatian siswa dan belum melibatkan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Keterampilan guru dalam menggunakan variasi dimaksudkan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh, membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Pembelajaran seharusnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta didik. Oleh karena itu keterampilan menggunakan variasi sangat penting bagi guru sekolah dasar dalam upaya memelihara dan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Penggunaan variasi merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif (Sumantri, 1998:271). Kegiatan pembalajaran IPA seharusnya berlangsung secara aktif yang melibatkan siswa sepenuhnya baik secara fisik maupun mental. Namun kenyataannya dari hasil observasi peneliti pada tanggal 9 Januari 2013 sebelum kegiatan penelitian (Pra siklus) dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II siswa hanya terlihat pasif, sehingga dibutuhkan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Melihat kenyataan tersebut diperlukan alternatif pemecahan masalah agar dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif. Menurut peneliti langkah yang tepat yaitu dengan menggunakan metode Think Pair Share yang selama
4 ini belum pernah di terapkan di SDN Kedungwangi II Kelas III pada mata pelajaran IPA. Dengan metode ini di dalam kelas, guru berperan untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari pikiran siswa sendiri bukan dari apa kata guru. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran ini dapat diciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan siswa aktif dalam proses belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA kelas III di SDN Kedungwangi II. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengangkat masalah ini menjadi penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Think Pair Share pada Pembelajaran IPA Kelas III SDN Kedungwangi II. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.2.1 bagaimanakah penerapan metode think pair share dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II?
5 1.2.2 bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode think pair share pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II? 1.2.3 bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode think pair share pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1.3.1 untuk mendeskripsikan penerapan metode think pair share dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II. 1.3.2 untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode think pair share pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II. 1.3.3 untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode think pair share pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 siswa 1.4.1.1 Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA;
6 1.4.1.2 Untuk melatih siswa bekerja sama dan mempunyai rasa tanggung jawab; dan 1.4.1.3 Untuk memperbaiki hasil belajar siswa pada pembelajaaran IPA. 1.4.2 guru 1.4.2.1 Memberikan masukan tentang salah satu alternatif teknik pembelajaran yang relevan dan menyenangkan; 1.4.2.2 Memberikan semangat untuk menciptakan metode lain sesuai dengan kondisi kelasnya; 1.4.2.3 Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya; dan 1.4.2.4 Dapat memberikan temuan-temuan dan inovasi baru dalam model dan strategi pembelajaran yang ada sehingga dapat menjadi lebih baik dan efektif. 1.4.3 teman sejawat 1.4.3.1 Teman sejawat akan termotivasi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sendiri atau dalam bentuk kolaborasi 1.4.4 sekolah 1.4.4.1 Memberikan informasi yang penting pada pihak sekolah dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengajaran serta alternatif teknik pembelajaran yang efektif.
7 1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apabila model pembelajaran think pair share (TPS) diterapkan dalam pembelajaran maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas III SDN Kedungwangi II, Kecamatan Sambeng, Kebaupaten Lamongan. 1.6 Batasan Masalah Setelah memperhatikan latar belakang masalah yang cukup luas maka penelitian ini kami fokuskan pada. 1.6.1 Metode Think Pair Share Metode pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. 1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Kedungwangi II yang difokuskan pada mata pelajaran IPA Kelas III pada Kompetensi Dasar (KD): 4.1 menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran 4.2 mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran, dalam kehidupan sehari-hari Kesimpulan hasil penelitian hanya berlaku di kelas III SDN Kedungwangi II, Kecamatan Sambeng.
8 Sekolah Dasar Negeri Kedungwangi II adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program Pendidikan Dasar 6 tahun yang terletak di Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. 1.6.3 Motivasi Belajar Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan mencapai prestasi belajar yang optimal (Suciati, 2007:3.1). 1.6.4 Hasil Belajar Sudjana dalam artikel sarjanaku menyatakan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). 1.6.5 Pembelajaran IPA IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berfikir kritis (Iskandar, 2001:17). Pelajaran IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu, tetapi juga mengajarkan metode-metode memecahkan masalah yang baik, menganjurkan sikap
9 yang baik, melatih kemampuan, mengambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melatih bersifat objektif dan tidak teburuburu dalam mengambil kesimpulan, melatih bekerja sama dengan kelompok, melatih menghargai pendapat orang lain (Iskandar, 2001:18)