HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer Maybellyn Mamentu*, Nancy S. H. Malonda*, Febi K. Kolibu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Latar Belakang: Industri mebel dapat menimbulkan dampak negatif yaitu pencemaran udara di lingkungan kerja karena pajanan bahan-bahan hasil dari pada proses penggergajian, pengampelasan dari industri tersebut yaitu berupa debu kayu. Debu kayu bisa mengendap di dalam paru-paru sehingga dapat mengakibatkan gangguan serta menurunkan kapasitas fungsi paru dari para pekerja industry mebel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan masa kerja, pengetahuan penggunaan APD dan kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru pekerja industry mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa. Jenis penelitian ini adalah bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang ada di CV. Debra, CV. Yabispas dan CV. Pykindo yang berjumlah 40 pekerja. Alat yang digunakan yaitu menggunakan kuesioner dan spirometry dengan jenis Hand Held Spirometry Microloop Carefusion. Data dianalisis menggunakan uji Fisher s Exact. Terdapat 25% pekerja mebel memiliki KVP Normal dan 75% tidak normal. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara Masa Kerja dan Pengetahuan Penggunaan APD dengan serta terdapat Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan (p=0,012) pada Pekerja Industri Mebel di Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Saran untuk pekerja agar mengurangi kebiasaan merokok dan memakai alat pelindung diri. Kata Kunci: Masa Kerja, Pengetahuan Penggunaan APD, Kebiasaan Merokok, KVP ABSTRACT The furniture industry could pose a negative impact, namely the working surroundings due to air pollution exposure result from materials in the process of sawing, sanding of the industry that is in the form of wood dust. Wood dust can settle in the lungs so it can lead to impaired lung function capacity as well as lowering of workers in furniture industry. The purpose of this research is to know there is a relationship of the working period, knowledge of the use of protective tools themselves, and the smoking habit with the vital capacity of the lungs of workers the furniture industry in the village of leilem sub-district of minahasa regency sonder. This type of research is analytical survey with cross sectional approach. This research was carried out in February 2018. The population of this research is all of the labor in CV. Debra, CV. Yabispas, and CV. Pykindo who is totalling 40 workers. The tools of this research were using questionnaires and spirometry with type Hand Held Spirometry Microloop Carefusion. Data analysis using Fisher s Exact test. Result : there is 25% of furniture workers have normal vital lung capacity and 75% are not normal. Conclusion: there is no correlation between the woring period and knowledge of the use of personal protective equipment with vital capacity and there is have a correlation between smoking habit with vital capacity of lung (p=0,012) at the furniture industry workers in leilem village of sonder sub-district. Keywords: Working period, Knowledge of the use of personal protective Equipment, Smoking Habit, Lung Vital Capacity
PENDAHULUAN Setiap pekerjaan mempunyai risiko gangguan kesehatan berdasarkan tingkat risiko bahaya kerjanya misalnya seorang pekerja yang bekerja di Industri mebel kayu dapat mengalami gangguan pernapasan karena adanya pajanan debu kayu yang terpapar setiap hari. Tenaga kerja industri mebel kayu mempunyai resiko yang besar untuk penimbunan debu pada saluran pernapasan dan apabila terpapar secara terus-menerus maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan, karena pekerja menghabiskan sepertiga waktunya tiap hari di tempat kerja. Pajanan yang di hasilkan dari industri mebel adalah berupa debu kayu (Handayani, 2008). Debu kayu yang dihasilkan dapat menyebabkan lingkungan kerja mengalami pencemaran udara yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja seperti terjadinya gangguan pada saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Menurut Suma mur (2014), Pneumoconiosis adalah segolongan penyakit yang diakibatkan oleh karena penimbunan partikel debu dalam paru. Menurut data dari International Labour Organization (ILO) penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan adalah penyakit saluran pernapasan sebesar 21%. Berdasarkan hasil penelitian Isnaini (2015) tentang Hubungan Masa Paparan Debu dan Kebiasaan Merokok dengan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel Antik LHO di Jepara. Didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara masa paparan debu dengan fungsi paru pekerja mebel. Berdasarkan hasil survei dan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di tiga industri mebel yang ada di desa leilem menunjukan kondisi lingkungan kerja yang berdebu dan sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung diri seperti masker ketika sedang bekerja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara masa kerja, pengetahuan penggunaan APD dan kebiasaan merokok industry mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan desain cross sectional study (studi potong lintang). Penelitian ini dilakukan pada 40 pekerja mebel di tiga industri mebel berbeda yang ada di desa leilem kecamatan sonder pada februari 2018. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan spirometry tipe Hand Held Spirometry
Microloop Casefusion. Data yang diperoleh dianalisa secara bivariate. HASIL Karakteristik responden yang diperoleh menunjukan sebagian besar berada pada umur >43 tahun yaitu sebanyak 17 responden (42,5%) dan terbanyak kedua adalah responden dengan umur 34-43 tahun yaitu sebanyak 16 responden (40,0%). Responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki terdapat 38 pekerja dengan presentase 95,0% dan yang memiliki jenis kelamin perempuan terdapat 2 pekerja dengan presentase 5,0%. Pendidikan Terakhir menunjukkan bahwa yang paling banyak yaitu reponden yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 23 responden (57,5%) responden yang berpendidikan SMP dan SD masingmasing 10 (25,0%) dan 6 (15,0%) responden dan terakhir 1 responden (25,5%) yang berpendidikan Sarjana. Tabel 8. Hubungan Masa Kerja dan Masa Kerja Tidak Normal Normal Total p value n % n % n % >25 Tahun 4 10,0 3 7,5 7 17,5 16-25 Tahun 14 35,0 2 5,0 16 40,0 0,259 5-15 Tahun 12 30,0 5 12,5 17 42,5 Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100 Berdasarkan hasil analisis uji Fisher s Exact diperoleh nilai p= 0,259 atau ditolak karena tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru. (p>0,05) artinya, H0 diterima dan H1 Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD dan Pengetahuan Penggunaan APD Tidak Normal Normal Total p value n % n % n % Pengetahuan Kurang 9 22,5 1 2,5 10 25,0 0,204 Pengetahuan Baik 21 52,5 9 22,5 30 75,0 Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100 Berdasarkan hasil analisis uji Fisher s ditolak karena tidak ada hubungan antara Exact diperoleh nilai p=0,204 atau (p>0,05) artinya, H0 diterima dan H1 pengetahuan penggunaan APD dengan kapasitas vital paru.
Tabel 10. Hubungan Kebiasaan Merokok dan Kebiasaan Tidak Normal Normal Total p value Merokok n % n % n % Merokok 23 57,5 3 7,5 26 65,0 0,012 Tidak Merokok 7 17,5 7 17,5 14 35,0 Jumlah 30 75,0 10 25,0 40 100 Berdasarkan hasil analisis uji Fisher s Exact diperoleh nilai p= 0,012 atau (p<0,05) artinya, H1 diterima dan H0 ditolak karenaada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pekerja dibagian produksi industri mebel di tiga CV. yang berbeda yaitu pertama di CV. Debra yang mempunyai 15 pekerja, CV. Yabispas sebanyak 20 pekerja dan CV. Pykindo sebanyak 5 pekerja. Jumlah responden yang didapat oleh peneliti yaitu 40 responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu dilihat dari distribusi umur responden sebagian besar responden yang diteliti berada pada kategori umur >43 tahun dengan presentase 42,5%. Faktor usia tentu saja sangat berpengaruh karena diusia yang bertambah tua maka semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru (Suyono, 2001). Distribusi jenis kelamin responden yaitu responden dengan jenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan. Distribusi tingkat pendidikan responden yaitu yang terbanyak 23 responden yang berpendidikan SMA. Secara umum pendidikan bertujuan mengembangkan dan memperluas pengetahuan, pengalaman, serta pengertian individu. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pekerja yang ada di tiga CV. tersebut sudah bisa dikatakan baik, karena tingkat pendidikan pekerja umumnya tamat sekolah menengah atas. Hubungan Masa kerja dengan Berdasarkan hasil uji hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja industri mebel dengan menggunakan uji statistik Fisher s Exact dengan nilai p = 0,259 atau (p> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak atau tidak terdapat hubungan antara masa kerja industry mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa.hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menurut Suma mur (2014) yang
menyatakan bahwa jika seorang pekerja mempunyai masa kerja >5 tahun dengan lingkungan kerja yang berdebu pekerja tersebut mempunyai resiko mendapatkan gangguan kapasitas fungsi paru. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut dikarenakan kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah suatu zat yang diabsorbsi bukan hanya tergantung pada sudah berapa lama terpapar oleh debu saja tetapi kadar debu didalam ruang kerja, serta kimia dan fisik debu tersebut perlu diperhitungkan juga. Temuan di lapangan menunjukan meskipun masa kerja para pekerja yang umumnya sudah bekerja dalam kurun waktu yang lama, kemungkinan kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi seperti adanya hembusan angin yang datang dan berlawanan arah dengan kadar debu di udara sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan tidak secara langsung terpapar dengan debu. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD dengan Berdasarkan hasil uji hubungan antara pengetahuan penggunaan APD dengan kapasitas vital paru pekerja industry mebel dengan menggunakan uji statistik Fisher s Exact dengan nilai p = 0,204 atau (p> 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak atau tidak terdapat hubungan antara pengetahuan penggunaan APD industri mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa. Penelitian yang dilakukan pada pekerja industri mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa dapat dilihat bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan penggunaan APD dengan kapasitas vital paru karena sebagian besar responden yang ada memiliki pengetahuan yang baik tentang alat pelindung apa yang harus dipakai di lingkungan kerja mereka sehingga responden tidak beresiko mengalami penurunan kapasitas fungsi paru. Temuan di lapangan melalui wawancara dengan responden menunjukan bahwa sebagian besar responden mengetahui kegunaan APD, manfaat atau fungsi dari APD serta bahaya yang dapat timbul oleh debu kayu yang ada di lingkungan kerja industri mebel. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Berdasarkan hasil uji hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru pekerja industri mebel dengan menggunakan uji statistik Fisher s Exact dengan nilai p = 0,012 atau (p< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
diterima dan H0 ditolak karena terdapat hubungan antara kebiasaan merokok industri mebel di desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa. Adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru kemungkinan dikarenakan oleh frekuensi merokok yang dinyatakan dalam lama merokok, jenis rokok yang dihisap, jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari dimana pekerja mengkonsumsi secara berlebihan dan juga bagi pekerja yang tidak memiliki kebiasaan merokok mungkin dikarenakan sering terpapar oleh asap rokok di lingkungan rumah maupun debu di lingkungan kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khairun (2015) menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru pada pegawai pria. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nurdiansyah (2015) bahwa ada hubungan perilaku merokok terhadap kapasitas vital paru di kelurahan Trmulyo RW 1 dan RW 2 kota Semarang (p-value< 0.05). Pekerja yang merokok dan berada di lingkungan kerja yang berdebu cenderung mengalamai gangguan fungsi paru dibandingkan dengan pekerja yang berada di lingkungan yang berdebu tetapi tidak merokok. Asap rokok dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru. KESIMPULAN Dari hasil uji statistik tentang Hubungan antara Masa Kerja, Pengetahuan Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Industri Mebel di Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa adalah sebagai berikut 1. Gambaran KVP pekerja industry mebel di desa leilem yaitu dari 40 pekerja terdapat 30 pekerja yang mengalami/gangguan kapasitas vital paru dan 10 pekerja memiliki kapasitas vital paru normal. 2. Tidak terdapat Hubungan antara Masa Kerja dengan KVP Pekerja Industri Mebel di Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. 3. Tidak terdapat Hubungan antara Pengetahuan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan KVP Pekerja Industri Mebel di Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. 4. Terdapat Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan KVP
Pekerja Industri Mebel di Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk pekerja industri mebel diharapkan untuk mengurangi kebiasaan merokok. 2. Untuk pekerja industri mebel diharapkan untuk menggunakan alat pelindung diri masker pada saat sedang bekerja. 3. Untuk peneliti lain atau peneliti selanjutnya yaitu diharapkan dapat meneliti faktor - faktor lingkungan kerja lain yang mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja industri mebel di desa leilem. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta Handayani. 2008. Occupational Health and Safety, Pekanbaru: Universitas Riau Hutama, A. P. 2013. Hubungan antara Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kapasitas Vital Paru pda Pekerja Unit Spinning 1 Bagian Ring Frame PT. Pisma Putera Tekstil Pekalongan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Isnaini, A. 2015. Hubungan Masa Paparan Debu dan Kebiasaan Merokok dengan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel Antik LHO di Jepara. International Labour Organization. 2011. Safety and Health At Work Nurdiansyah, 2015. Hubungan Perilaku Merokok Terhadap di Kelurahan Trmulyo RW 1 dan RW 2 Kota Semarang. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Suma mur, PK. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja, Jakarta : Erlangga WHO, 1996. Recommended Health Based Limit in Occupational Exposure to Selected Mineral Dust (Silica, Coal). Genewa.