BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB III ALASAN-ALASAN POLIGAMI DI PENGADILAN AGAMA PASURUAN TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Poligami memang merupakan ranah perbincangan dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1975 BERKENAAN POLIGAMI (STUDY KASUS PADA PENGADILAN AGAMA KOTA PALU) I NYOMAN SANTIAWAN / D

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

Nomor: 0217/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

P U T U S A N. Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

P U T U S A N. Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 80/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

PERTIMBANGAN HAKIM TENTANG PERKARA IZIN POLIGAMI BAGI PNS TANPA IZIN ATASAN DI PENGADILAN AGAMA GORONTALO DALAM PERSPEKTIF YURIDIS

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

PUTUSAN. Nomor : 0015/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

PUTUSAN Nomor : 0254/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0512/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 0444/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. NOMOR : 54/Pdt.G/2011/PA.Pts DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 1068/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Lawan

P U T U S A N. Nomor: 1419/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN NAFKAH DALAM PUTUSAN IZIN POLIGAMI DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2007 DAN 2008 TENTANG POLIGAMI

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

P U T U S A N. Nomor 0034/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1519/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

P U T U S A N. Nomor: 1791/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM ATAS PEMBERIAN IZIN POLIGAMI KARENA PERJANJIAN. A. Analisis Pertimbangan Hakim Atas Pemberian Izin Poligami Pada

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

P U T U S A N. Nomor 1684/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

SALINAN P U T U S A N NOMOR 55/Pdt.G/2011/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

P U T U S A N. Nomor: 1142/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0891/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah Agama yang sempurna, Islam tidaklah otoriter dalam menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks kemaslahatan untuk terciptanya masyarakat rahmatan lilalamin yang diridloi Allah SWT. Pernikahan merupakan peristiwa yang sakral, dan Islam mengaturnya dengan tata cara yang diatur oleh syari at untuk memuliakan makhluknya sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lainnya. Jika ada surga di dunia maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia, tetapi jika ada neraka di dunia adalah rumah tangga yang penuh pertengkaran dan kecurigaankecurigaan yang menakutkan diantara suami istri. 1 Dalam Islam perkawinan mempunyai tujuan yang jelas dan ada etika yang harus dijaga dan dipatuhi oleh suami istri. Misalnya untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan 2. Dalam Undang-Undang (UU) Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pernikahan dilakukan dengan tujuan untuk kebahagiaan yang kekal dan abadi 3. Begitu juga dalam KHI dijelaskan bahwa tujuan pernikahan 1 M. Fauzil Adhim, Kado Perkawinan Untuk Istriku, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998, hlm.28 2 Zakiyah Drajat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, hlm.121 3 Undang-Undang Perkawinan 1974 dalam Depag RI, Bahan Penyuluhan Hukum UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Depag RI, 1999, hlm. 96. 1

2 yaitu sakinah, mawaddah dan rahmah.4 Islam membuat konsep untuk kebaikan manusia supaya kehidupannya terhormat sesuai dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri, karena rumah tangga yang bahagia dan sejahtera memang menjadi dambaan setiap orang. Ketenangan dan kebahagiaan yang penuh dengan rasa kasih dan sayang dalam kehidupan suami istri perlu dipertahankan sepanjang hayatnya. Dengan demikian keluarga yang dibinanya akan muncul sebagai komponen masyarakat sesuai dengan cita-cita 5. Ketika pasangan tersebut tidak mampu lagi mengemban tanggung jawab dan menegakkan kehidupan sesuai tuntutan syariat Islam, yaitu mencurahkan kasih sayang dan mendapatkan kebahagiaan, maka dalam situasi semacam ini, pasangan tersebut tidak lagi layak meneruskan bahtera rumah tangga 6. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga dan kebahagiaan bersama, maka apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, salah satu pihak harus secepatnya mencari solusi permasalahannya. Apabila sang istri tidak bisa memberikan keturunan atau melayani suami dengan layak, sebuah alternatif yang bisa ditawarkan oleh syari at Islam yaitu poligami. Di Indonesia, untuk dapat melakukan poligami seorang suami harus mengajukan permohonan izin kepada pengadilan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. 4 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Kompilasi Hukum Islam, Tim Redaksi Fokus Media (ed), Bandung: Fokus Media, 2005, hlm. 7. 5 Muhammad Al-Quthb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung: Cv. Diponegoro, 1999, hlm.114 6 Ibid.,

3 Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 4 ayat (1), untuk dapat mengajukan permohonan izin poligami tersebut ke pengadilan maka harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana berikut: 7 1. Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri, 8 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan isteri-isteri dan anak-anak mereka. 9 3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka. 10 Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga diatur tentang sebab-sebab yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk berpoligami. Ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 4 ayat (2) Jo KHI Pasal 57 menyebutkan tiga sebab alasan poligami, yakni apabila: 1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri. 2. Isteri mendapat cacat badan/penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan. 11 Adanya penjelasan mengenai peraturan poligami di atas menegaskan bahwa poligami dapat dilaksanakan berdasarkan kesesuaian dengan ketentuanketentuan yang telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku. Dengan 7 Undang-Undang Perkawinan 1974 dalam Depag RI, op. cit., hlm. 124. 8 Syarat ini juga sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 58 ayat (1) item a. 9 Syarat ini juga sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 58 ayat (1) item b. 10 Syarat ini juga sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55 ayat (2) 11 Pasal 4 ayat (2).

4 demikian, di luar ketentuan yang ada dalam hukum perundang-undangan yang berlaku, sudah tentu tidak dapat menyebabkan terjadinya poligami. Akan tetapi, dalam sebuah putusannya, Pengadilan Agama Sleman, Yogyakarta tepatnya Putusan No: 965/Pdt.G/2008/PA. Smn Yogyakarta telah memutuskan perizinan poligami yang kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diatur dalam hukum perundang-undangan di Indonesia. Kekurangsesuaian tersebut tepatnya adalah adanya izin poligami dengan alasan karena adanya perjanjian antara Pemohon dengan keluarga dan calon istri kedua Pemohon. Berdasar kenyataan keadaan istri pertama dari Pemohon, tidak diketemukan sebab-sebab yang menjadi alasan perizinan poligami sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 4 ayat (2) maupun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 57. Perkara tersebut menarik untuk dikaji karena alasan permohonan izin poligami belum diatur secara jelas dalam ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh sebab itu, menurut penulis, perlu adanya penelusuran dan penelitian terkait dengan landasan hukum yang dijadikan pertimbangan majelis hakim terkait dengan putusan yang mengizinkan Pemohon untuk melakukan poligami. Hasil penelitian tersebut akan penulis susun dalam bentuk skripsi dengan mengambil judul STUDI ANALISIS PUTUSAN NOMOR. 965/Pdt.G/PA.SMN YOGYAKARTA TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM ATAS PEMBERIAN IZIN POLIGAMI KARENA PERJANJIAN.

5 B. Pokok Masalah 1. Bagaimana pertimbangan hukum majelis hakim dalam menyelesaikan dan memutuskan perkara permohonan izin poligami pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap putusan Majelis Hakim tentang perkara izin poligami karena perjanjian pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn? C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hukum majelis hakim dalam menyelesaikan dan memutuskan perkara permohonan izin poligami pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap putusan Majelis Hakim tentang perkara izin poligami karena perjanjian pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn. 2. Kegunaan a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang aktualisasi hukum Islam terutama mengenai permasalahan poligami. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap sikap hakim Pengadilan Agama Sleman dalam memutuskan dan menyelesaikan perkara permohonan izin poligami dan diharapkan

6 dapat menjadi tambahan referensi dan acuan dalam masalah yang berkaitan dengan poligami. D. Telaah Pustaka Untuk mencegah adanya asumsi sekaligus sebagai penegas tidak adanya upaya plagiatisasi karya orang lain, maka berikut ini akan penulis sajikan beberapa pustaka yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan. Telah pustaka ini dikelompokkan menjadi dua yaitu studi terhadap hasil karya yang telah diterbitkan dalam bentuk buku dan karya penelitian yang belum dibukukan (skripsi). Pustaka-pustaka dalam bentuk buku di antaranya meliputi: Pertama, buku yang berjudul Problematika Hukum Islam Kontemporer 12. Buku karya Chuzaimah T Yanggo dan Anshari ini secara substansi menjelaskan bahwa kemandulan seorang wanita atau penyakit menahun yang diidapnya atau wanita yang kehilangan daya tarik fisik atau mental akan lebih banyak menyeret terjadinya perceraian daripada poligami. Oleh sebab itu, dalam berbagai keadaan tertentu sangat diperlukan poligami untuk melestarikan kehidupan keluarga. Kedua, buku yang berjudul Poligami Ditinjau Dari Segi Agama, Social dan Perundang-Undangan 13. Dalam buku karya Abdul Nasir Taufiq al- Attar disebutkan bahwa salah satu motif poligami adalah suami jatuh cinta kepada wanita lain. Sedangkan sebab-sebab yang umum yaitu banyaknya 12 Chuzaimah T. Yanggo dan Ansahari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1996, hlm. 109. 13 Abdul Nasir Taufiq al-attar, Poligami ditinjau dari segi agama, social dan perundangundangan, Cet. Ke-I, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 23.

7 wanita-wanita yang belum menikah dan janda-janda baik karena perceraian maupun kematian. Selain menjelaskan tentang sebab-sebab umum timbulnya poligami, buku ini juga menjelaskan tentang berbagai argumen beberapa pihak yang pro dan kontra terhadap poligami dan mensinergikan antara poligami dengan tatanan sosial dalam masyarakat. Ketiga, studi terhadap buku yang berjudul Riba dan Poilgami: Sebuah Studi Atas Pemikiran Muhammad Abduh. 14 Buku yang ditulis oleh Khoiruddin Nasution ini menerangkan tentang pemikiran Muhammad Abduh yang cenderung memperketat kebolehan poligami, namun bukan berarti beliau melarang poligami bila didukung situasi dan kondisi yang memungkinkan. Pada sisi lain, Muhammad Abduh menyatakan bahwa kebolehan poligami sangat tergantung pada situasi dan kondisi, artinya poligami hanya sebagai jalan keluar yang digunakan bila keadaannya benar-benar terpaksa. Sedangkan tela ah terhadap pustaka-pustaka hasil penelitian yang tidak diterbitkan meliputi: Pertama, Skripsi Sri Widodo (1997) yang berjudul Perizinan Poligami Karena Isteri Menderita Epilepsi (Studi Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Semarang). Penelitian yang mendasarkan pada rumusan masalah tentang relevansi permohonan izin poligami dengan perundang-undangan yang berlaku dan proses pembuktian perkara menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Permohonan Izin untuk berpoligami di Pengadilan Agama Semarang sudah memenuhi ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-undang Nomor 1 14 Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami; Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hlm. 103

8 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. lebih khusus, pemberian Izin poligami karena isteri menderita epilepsi (dalam perkara ini) sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 4 ayat (2) jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 41 huruf a dan telah memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5 ayat (1) jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 41 huruf b, c dan d.; (2) Pembuktian perkara tentang cacat badan atau suatu penyakit harus dengan surat keterangan karena lebih mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Kedua, Skripsi Kunaefi Abdillah (2001) yang berjudul Studi Analisis Terhadap Putusan PA Blora No. 22/Pdt.P/1999/PA. Blora Tentang Penolakan Izin Poligami. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa dalam pemeriksaan ijin poligami ini terungkap alasan pemohon mengajukan poligami adalah karena merasa tidak puas kalau hanya dilayani oleh satu orang istri. Akan tetapi keterangan kemampuan pemohon mengenai ketidakmampuan istri melayani suami dibantah oleh termohon. Atas dasar fakta tersebut, permohonan tersebut ditolak oleh Majelis Hakim. Ketiga, Skripsi Evi Puspita Sari (2000) dengan judul Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Sleman Tentang Menopause Sebagai Alasan

9 Poligami. Skripsi tersebut membahas mengenai perubahan fungsi seksual wanita yang mengalami menopause akan berpengaruh pada hubungan seksual suami isteri. Padahal hubungan seksual suami isteri adalah suatu hubungan yang memiliki peranan penting dalam menciptakan kebahagiaan keluarga. Hasil yang dicapai dalam penelitian tersebut meliputi: (1) Hakim di Pengadilan Agama Sleman dalam memeriksa perkara permohonan izin poligami dengan alasan menopause telah sesuai dengan hukum Islam secara umum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia: (2) Dalam memberikan izin poligami dengan alasan menopause pada hakekatnya sangat tergantung pada isteri yang dimadu. Apabila isteri menyatakan kesediaannya, maka ini adalah dasar yang kuat untuk mengabulkan permohonan izin tersebut. Hal ini didasarkan pada kemaslahatan sebagai tujuan akhir adanya permohonan izin poligami. Berdasarkan penjelasan mengenai pustaka-pustaka di atas, maka akan diketahui beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan. Kesamaan yang ada di antaranya meliputi: 1. Kesamaan obyek penelitian terkait dengan poligami, yang mana dalam pustaka-pustaka di atas secara keseluruhan menitikberatkan pada permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan poligami. 2. Putusan Pengadilan Agama terkait dengan permasalahan perkara perizinan poligami, baik mengenai putusan yang mengizinkan maupun yang menolak izin poligami.

10 Meskipun memiliki kesamaan, terdapat perbedaan yang mendasar antara penelitian yang akan penulis laksanakan dengan pustaka-pustaka yang tersebut di atas. Perbedaan yang dimaksud adalah, sepanjang penelusuran penulis, tidak ada satupun pustaka-pustaka di atas yang mengkhususkan penelitiannya pada permasalahan perizinan poligami karena adanya perjanjian. Oleh sebab itulah, penulis merasa yakin untuk tetap melaksanakan penelitian ini hingga menemukan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian doktrinal. Maksud penelitian doktrinal adalah penelitian yang dipusatkan pada hukum tertulis yang telah dihasilkan. Jadi dalam penelitian doktrinal, seorang peneliti akan terlebih dahulu mengumpulkan dokumen-dokumen yang mengandung bahan hukum positif. 15 Penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian doktrinal karena penelitian ini memusatkan pada analisis terhadap putusan Pengadilan Agama yang juga disebut sebagai sumber hukum sebagai konsekuensi dari statusnya sebagai hasil hukum proses peradilan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (case approach). Pendekatan ini cenderung memusatkan pengkajian pada kasus yang dijadikan obyek penelitian, khususnya yang berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim dalam mengambil keputusan hlm. 87. 15 Bambang S., Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998,

11 pada sebuah kasus. 16 Dengan menggunakan pendekatan ini, maka akan didapatkan sebuah hasil analisa yang berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan oleh Majelis Hakim sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. 2. Sumber Bahan a. Bahan primer merupakan bahan sumber hukum yang menjadi bahan utama dalam penelitian ini dan memiliki otoritas. Salah satu jenis bahan primer dalam penelitian hukum dapat berupa putusan Pengadilan. 17 Bahan primer dalam penelitian ini adalah putusan Pengadilan Agama Sleman tentang perizinan poligami, yakni putusan perkara Nomor 965/ Pdt. G/2008/ PA. Smn. b. Bahan sekunder merupakan bahan yang dapat mendukung bahan primer dan diambil bukan dari bahan primer. 18 Bahan sekunder dalam penelitian ini adalah seluruh bahan hukum yang bersumber pada bukubuku maupun hasil karya lain yang substansi bahasannya berhubungan dengan nilai-nilai hukum. 3. Metode Pengumpulan Data Karena penelitian ini merupakan penelitian yang memusatkan pada obyek arsip, maka dalam proses pengumpulan data hanya akan digunakan satu teknik pengumpulan data, yakni teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa sumber data tertulis 16 Penjelasan mengenai pendekatan kasus secara lebih jelas dapat dilihat dalam P.M. Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009, hlm. 119-126. 17 Ibid., hlm. 141-146. 18 Ibid., hlm. 146-147..

12 (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen pribadi dan juga foto. 19 4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif artinya penyusun lebih mempertajam analisis dengan memahami kualitas dari data yang diperoleh, dengan menggunakan teknik penalaran berfikir deduktifinduktif. Deduksi merupakan langkah analisis dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Sedangakan induksi yaitu menganalisa data yang bersifat khusus kemudian digeneralisasikan sehingga akan diperoleh gambaran dan kesimpulan yang jelas mengenai perizinan poligami pada putusan perkara Nomor 965/ Pdt. G/2008/ PA. Smn. F. Sistematika Pembahasan Pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, Bab pertama, berisi pendahuluan untuk menghantarkan pembahasan skripsi secara menyeluruh dan sistematis serta menjadi pijakan yang kokoh dalam mencari jawaban dari pokok masalah. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua, berisi tentang ketentuan poligami dalam hukum Islam dan hukum Perundang-undangan di Indonesia. Pembahasan pada bab ini terdiri 71. 19 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.

13 atas tiga sub bab. Sub bab pertama pengertian dan dasar hukum poligami. Sub bab kedua memaparkan poligami dalam hukum Islam yang meliputi sebabsebab poligami dan syarat-syarat poligami. Sub bab ketiga memaparkan poligami dalam hukum Perundang-undangan di Indonesia yang meliputi poligami dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan serta poligami dalam Kompilasi Hukum Islam Bab ketiga, berbicara mengenai gambaran umum tentang pemberian izin poligami dalam putusan Nomor 965/ Pdt. G/2008/ PA. Smn. Pembahasan pada bab ini terdiri atas dua sub bab. Sub bab pertama memaparkan tentang Profil Pengadilan Agama Sleman yang meliputi sejarah dan perkembangan, struktur organisasi, prosedur dan mekanisme kerja, serta tugas dan wewenang. Sub bab kedua memaparkan tentang deskripsi Putusan Nomor 965/ Pdt. G/2008/ PA. Smn. Bab keempat, berisi tentang analisis Pertimbangan Hakim Atas Pemberian Izin Poligami Karena Perjanjian (Studi Analisis Putusan No: 965/Pdt.G/2008/PA.Smn Yogyakarta). Analisis ini terdiri atas dua sub bab; sub bab pertama berisikan tentang pembahasan mengenai analisis pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara permohonan izin poligami pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn. Sedangkan sub bab kedua berisikan tentang analisis tinjauan hukum Islam terhadap putusan Majelis Hakim tentang perkara izin poligami karena perjanjian pada Putusan No. 965/Pdt.G/2008/PA.Smn.

14 Bab kelima, merupakan bab penutup, penyusun mengemukakan kesimpulan umum dari skripsi ini secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan sebagai penegasan jawaban atas pokok masalah yang telah dikemukakan dan saran-saran yang kemudian diakhiri dengan kata penutup.