Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan

dokumen-dokumen yang mirip
Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Benda Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SDN 1 Kalangkangan Tolitoli

Trisnawati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Diskusi di SDN Siney

BAB III METODE PENELITIAN

Zainal Abidin Mustopa Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SDN 3 Tambun Tolitoli

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Meningkatkan Pengetahuan Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Media Gambar Dikelas IV SD Negeri 1 Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Blajar Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas III SDN 1 Laemanta

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA di SDN No. 1 Balukang

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas II SD Inpres 2 Mepanga Kecamatan Mepanga

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Wardani (2007:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEHNIK TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X MA NW TERARA PADA MATERI POKOK TRIGONOMETRI

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran PKn Melalui Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas IV SD Negeri Sibea

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III Mi Al-Hikmah Batu Bota

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Novia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model Kooperatif GI Berbasis Outdoor Study Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA SD

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Ismiyatun, Ritman Ishak Paudi, dan Dewi Tureni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB III METODELOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

Wahida, Lestari, M.P. Alibasyah, dan Minarni Rama Jura

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA PEMBELAJARAN PPKN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 10 PALU ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN Ginunggung Tolitoli

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Kemampuan Menyimak Pengumuman Melalui Metode Diskusi Siswa Kelas IV SDN Gindopo Kecamatan Basidondo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Tentang Jual Beli Melalui Metode Diskusi Untuk Pelajaran IPS Di Kelas V SD Inpres 2 Kasimbar

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana

Zulham A.Ranya, Mohammad Jamhari, dan Amran Rede. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang. dikembangkan oleh Kemmis & Taggart 1988, menurutnya Perencanaan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Tolitoli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

Cindra Dewi, Muchlis Djirimu, dan Lestari Alibasyah. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

BAB III METODE PENELITIAN

Penggunaan Alat Peraga Konkrit Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN No. 3 Ogoamas I Kecamatan Sojol Utara Kabupaten Donggala

BAB III METODE PENELITIAN

Penggunaan Metode Demontrasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Murid Kelas II SD Taba

Aprillya Mondhita Sari* Drs. Purbo Suwasono, M.Si** Dr. Parno, M.Si***

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

Rosita, Achmad Ramadhan, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah MA AL-FALAH Limboto khususnya kelas XI IPS dengan jumlah siswa

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Transkripsi:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Melalui Pemelajaran Kooperatif Model Problem Posing Pada Mata Pelajaran IPS di SDN I Dadakitan Inhar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar kelas VI SDN. I Dadakitan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolotoli pada mata pelajaran IPS, yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 % yang telah ditentukan di SDN. I Dadakitan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN. I Dadakitan, maka peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif model Problem Posing. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatif model Problem Posing. Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang mengacu pada modifikasi spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dilakukan dalam dua siklus, dalam setiap siklus melalui 4 (empat) tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN. I Dadakitan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli dengan jumlah siswa 20 orang. 14 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I nilai rata-rata daya serap klasikal mencapai 60% serta ketuntassan belajar klasikal 40%, pada tindakan siklus II nilai rata-rata daya serap klasikal 88,82% serta ketuntasan belajar klasikal 85%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indicator keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN. I Dadakitan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Problem Posing, IPS, Hasil Belajar. I. PENDAHULUAN Menghadapi era globalisasi, yang diiringi dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, maka seseorang dituntut untuk mampu memanfaatkan informasi dengan baik dan cepat. Untuk itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bernalar tinggi serta memiliki kemampuan untuk memproses informasi sehingga bisa digunakan untuk mengembangkan IPTEK. Oleh karena itu unesco-apnieve 42

soerce book (1997) seperti dikutip Gerardus (2002) menetapkan empat pilar utama pendidikan untuk menghadapi abad 21, yaitu : learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together, yang kemudian dilengkapi menjadi learning to live together in peace and harmoni. Mempertimbangkan tujuan pendidikan tersebut, maka IPS harus mampu menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa dan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan IPS untuk menghadapi tantangan hidup dalam memecahkan masalah. Namum dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan cukup banyak siswa yang kurang menyenangi IPS. Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa selalu dituntut untuk aktif dalam belajar, misalnya dalam hal bertanya. Menurut Indera (2009) pertanyaan lebih penting dari jawaban. Bertanya merupakan salah satu kegiatan utama dalam mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Semakin aktif siswa bertanya dan memahami tentang pelajaran, maka semangat belajarnya akan termotivasi dan meningkat Mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa serta pembiasaan bertanya secara kritis dan mendalam terhadap suatu permasalahan di kelas. Keterampilan bertanya seorang anak perlu terus ditingkatkan guna meningkatkan kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan kematangan social. Kebetulan pelajaran IPS merupakan ilmu yang terkait dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa pasti memiliki pengalaman yang beragam. Salah satu model pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa untuk membangun struktur kognitifnya adalah dengan menggunakan model Problem Posing. Model Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk merumuskan masalah atau pertanyaan sendiri berdasarkan situasi yang diberikan guru. Model Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan melatih siswa untuk belajar dengan menemukan konsep sendiri, dapat mengembangkan kecakapan berfikir kritis dan kreatif. Disamping itu 43

penerapan model Problem Posing juga dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah serta memungkinkan adanya peningkatan hasil belajar. Menghindari penafsiran ganda terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu didefinisikan istilah-istilah yakni hasil belajar adalah nilai yang diperoleh atau dicapai murid setelah mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan standar nilai yang ditetapkan guru. Model Problem Posing adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat permasalahan (soal) sendiri dan menjawab dengan baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar yang telah dicapai dapat diukur melalui kemajuan yang telah diperoleh siswa setelah mengajar sungguh-sungguh, melalui proses belajar seoarng siswa berusaha mengumpulkan pengalaman berupa pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan penyesuaian tingkah laku. Hasil yang dicapai ini sangat penting bagi setiap orang karena merupakan gambaran bagaimana kesiapan dan kemampuan yang dimiliki. Dimyanti dan Mujiono dalam Indera (2009) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangsn mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan sisi guru, upaya dalam peningkatan kualitas proses dari kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian hasil belajar. Hasil penilaian yang dibuat oleh guru dalam bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan tidak hanya berguna bagi dirinya dan bagi siswanya tetapi harus juga dimanfaatkan oleh semua staf sekolah dalam rangka meningkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan disekolah yang bersangkutan, intuk itu setiap guru bidang studi atau mata pelajaran perlu memberikan laporan tentang data hasil penilaian secara periodik kepada berbagai pihak, yakni kepada sekolah, wali kelas, guru pembimbing, dan juga guru kepada guru rekan lainnya. 44

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dari sesama atau bersama teman, artinya siswa tidak hanya bekerja dalam kelompok tetapi juga setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajar semua anggota kelompok Parlan (2006). Menurut Nurhadi, dkk (2004) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Slavin (2008) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai satu metode dimana siswa bekerja dalam kelompok yang kemampuannya dicampur 4-5 anggota dan bekerja antara satu dengan yang lainya untuk belajar materi-materi akademi. Problem posing berasal dari dua kata dalam bahasa ingris, problem yang berarti masalah/soal dan posing; to pose yang berarti mengajukan, membentuk; sehingga problem posing dapat diartikan pembentukan soal. Model problem posing atau pembuatan pertanyaan/soal merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran untuk membangun kognitif siswa serta dapat memotifasi siswa untuk berfikir kritis dan kreatif. Proses berfikir demikian dengan cara meningkatkan schemata yang dimilikinya untuk dipergunakan dalam merumuskan pertanyaan. Dengan model problem posing siswa dapat merumuskan pengalaman langsung dalam bentuk membuat pertanyaan sendiri. Pembelajaran dengan model problem posing akan membiasakan siswa memunculkan permasalahan sehingga siswa akan terbiasa untuk menghadapi masalah. Kegiatan merumuskan soal juga memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa utuk merekonstruksi pikira-pikiranya dalam rangka merumuskan soal. Kegiatan ini memungkinkan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna sesuai dengan schemata yang dimiliki. Menurut Brown & Walter dalam Parlan, dkk (2005), kondisi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulative, permainan, teori atau konsep, penyelesaian suatu soal. 45

Menurut Alwi (2001) kalimat tanya selalu didahului kata bantu tanya apa, siapa, mengapa, dimana, kapan, bagaimana, dan diakhiri tanda tanya (?). Untuk menyelesaikan subyek dengan kata tanya apa/siapa ; perdikat dengan kata mengapa ; obyek dengan kata apa/siapa ; keterangan dengan kata dimana atau kapan ; pelengkap sama dengan obyek tapi tidak bisa dijadikan subjek jika kalimat tersebut dipasifkan. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut melalui pembelajaran kooperatif model problem posing pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri 1 Dadakitan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI II. METODE PENELITIAN Jenis penilitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan McTaggart Depniknas (2005) menjelaskan penelitian tindakan adalah sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah berbentuk spiral. Setiap langkah berisi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi, observasi serta refleksi tindakan. Rancangan penelitian yang diterapkan berupa rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus. Posedur dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip yang berlaku dalam PTK. Desain penelitian ini mengacu pada Kemmis dan M.C. Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Sesuai dengan langkah-langkah PTK maka dilaksanakan tindakan kelas ini dengan prosedur: 1) Perencanaan (planning) 2) Pelaksanaan tindakan (action) 3) Observasi 4) Refleksi Kemmis dan Mc Taggart Depdiknas, (2005) menjelasakan penelitian tindakan adalah sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah berbentuk spiral. Setiap 46

langkah berisi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi, observasi serta refleksi tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan berupa proses pengkajian berdaur (action research spiral) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observasi) dan tahap melakukan refleksi (reflection). 7 3 0 4 a 1 2 8 b 5 6 Keterangan: 0 : Pratindakan 1 : Rencana siklus 1 2 : Pelaksanaan siklus 1 3 : Observasi siklus 1 4 : Refleksi siklus 1 5 : Rencana siklus 2 6 : Pelaksanaan siklus 2 7 : Observasi siklus 2 8 : Refleksi siklus 2 a : Siklus 1 Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart. Subyek penelitian ini adalah populasi yang merupakan totalitas atau keseluruhan subyek penelitian. Subyek yang diambil pada penelitian ini adalah siswa kelas VI SD. Negeri 1 Dadakitan. Siswa kelas VI SD. Negeri 1 Dadakitan ini berjumlah 20 orang, 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Teknis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang pada hakekatnya merupakan penelitian yang dilakukan pada saat mengajar dikelas dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kualitas proses belajar mengajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa selama KBM dan mengetahui masalah 47

yang menyebabkan rendahnya hasil siswa serta untuk menentukan tindakan apa yang tepat dalam rangka memecahkan masalah siswa tersebut. Kehadiran penelitian dilapangan sangat diperlukan, yaitu peneliti bertindak sebagai pengajar (guru). Sebagai pengajar, peneliti menyusun skenario pembelajaran, instrument dan evaluasinya. Selain itu peneliti juga bertindak sebagai pengumpul data, pengelola data, penganalisis data, menafsirkan data, dan menyusun laporan penelitian. Pelaksanaan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas sebagai pengamat (observer), yang bertugas mengamati semua kejadian didalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data tentang hasil belajar siswa didapat dari lembar observasi dengan mengikuti proses belajar mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan observer dengan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengumpulan data berasal dari 3 observer kemudian dicari rata-rata sebagai data yang akan dianalisis. Data yang ada merupakan acuan untuk melakukan evaluasi dan refleksi untuk dilakukan tindakan selanjutnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, yakni siklus 1 dan 2, seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa peneliti adalah guru kelas VI SD Negeri 1 Dadakitan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli yang dijadikan dasar peneliti ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPS. Adapun hasil analisis tes hasil belajar siswa pada pra tindakan. Observasi guru difokuskan kepada kegiatan peneliti pada waktu melaksanakan pembelajaran kooperatif model problem posing. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dengan mengacu pada RPP Peranan Indonesia di era globalisasi. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada hari 8 April 2014 dengan semua siswa hadir 48

saat peneliti atau guru melakukan tindakan siklus I dan hasil evaluasi siswa pada siklus I materi Peranan Indonesia di era globalisasi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Analisis Nilai hasil tes akhir siklus I No Aspek Perolehan Hasil 1. 2. 3. 4. 5. Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Banyaknya siswa yang tuntas Presentase Ketuntasan Klasikal 80 40 60% 8 Orang 40% Tabel 2. Analisis Nilai hasil tes akhir siklus II No Aspek Perolehan Hasil 1. 2. 3. 4. 5. Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Banyaknya siswa yang tuntas Presentase Ketuntasan Klasikal 90 60 88,82% 17 Orang 85% Hasil pelaksanaan di siklus II dapat diketahui bahwa 20 orang siswa yang mengikuti tes akhir mendapatkan nilai yang bervariasi. Siswa yang memperoleh nilai 90 sebanyak 3 orang, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 8 orang, siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 6 orang, dan siswa yang memperoleh nilai terendah yakni 60 sebanyak 3 orang. Banyaknya siswa yang tuntas 17 orang dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 85%. Berdasrkan hasil evaluasi/tes akhir, lembar observasi siswa siklus II dan lembar observasi guru siklus II dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan telah maksimal. Pembahasan 49

Berdasarkan penelitian kurang maksimalnya aktivitas guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar sangat terlihat pada hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan salah satu ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah menempu kegiatan belajar di sekolah dengan menggunakan penilaian berupa tes. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diamati setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan. Siklus I, perolehan skor lembar observasi siswa 21 jumlah skor dengan presentase 52,5% dan pada siklus II skor yang diperoleh meningkat menjadi 30 jumlah skor dengan presentase 75%. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi dan pembelajaran model problem posing tentang peranan Indonesia di era globalisasi oleh guru, mengerjakan lembar kegiatan secara kooperatif, dan membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan. Hal ini terjadi karena pada siklus I siswa masih dalam tahap penyesuaian, mereka belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model problem posing seperti ini, apalagi saat membuat pertanyaan dan sekaligus menjawabnya dengan sendiri serta memnyisahkan 2 soal yang dianggap sulit untuk diserahkan pada kelompok lain, sehingga pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif model problem posing sudah meningkat, karena pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi melalui pembelajaran kooperatif model problem posing oleh guru, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi dan pembelajaran model problem posing tentang peranan Indonesia di era globalisasi oleh guru, mengerjakan lembar kegiatan secara kooperatif, dan membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan walaupun masih menggunakan bahasa yang sederhana. 50

Hasil analisis evaluasi hasil belajar siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siswa. Siklus I memperoleh ketuntasan klasikal 40% dengan nilai rata-rata daya serap 60% dan terjadi peningkatan pada siklus II dengan ketuntasan klasikal 85% dengan nilai rata-rata daya serap 88,82%. Meningkatnya jumlah ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata daya serap siswa yang dicapai pada siklus II dapat diketahui bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Hasil penelitian ini dapat dikatakan telah meningkat kan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD. Negeri I Dadakitan Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli, karena ketuntasan klasikal mencapai 85% dengan nilai rata-rata 88,82%, yang melebihi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD. Negeri I Dadakitan yakni KKM 70% dari jumlah siswa yang ada dan daya serap individu 65% atau mendapatkan nilai 6,5. Berdasarkan penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model problem posing bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena berani untuk berbicara, berani untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan, menyimpulkan dan mempresentasekan hasil diskusi. Kegiatan dalam pembelajaran guru seharusnya menggunakan pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif sehingga siswa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan pasif. Pelaksanaan pemnbelajaran kooperatif model problem posing yang dilakukan secara lanjut (dalam hal ini dua siklus) menambah keterampilan guru dalam mengajar sehingga siswa lebih mampu menyerap dan memahami materi pelajaran. IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian maka kesimpulan diperoleh sebagai berikut: Hasil observasi pada siklus I dengan materi peranan Indonesia di era globalisasi. Memperoleh nilai rata-rata 60% dengan ketuntasan belajara secara klasikal 40% dan 51

hasil belajara pada siklus II dengan materi peranan Indonnesia di era globalisasi mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 88,82% dan ketuntasan belajar secara klasikal 85% a. Saran 1. Melatih siswa bekerjasama, terbiasa dalam menyampaikan ide dari gagasannya, serta dapat meningkatkan hasil belajarnya, metode yang paling tepat adalah pembelajaran kooperatif model Problem Posing. 2. Pemnbelajaran kooperatif model Problem Posing ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dan efektif khususnya mata pelajaran IPS. DAFTAR PUSTAKA Alwi H. dkk. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3. Jakarta: balai Pustaka Dimyanti, dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Depniknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gerardus Polla. 2002 Upaya Meningkatkan Pengajaran IPS yang Menyenangkan. Buletin Pelangi Pendidikan. Volume 4 No. 2 Indera. (2009). Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). [Online]. Tersedia:Http://inderamunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajarpengertian-dan-definisi.html. Nurhadi, Yasin, B dan Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang Parlan dkk. 2005. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe stad dan problem possing secara variatif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia siswa kelas II SMA Negeri 9 Malang. Malang, Lembaga Penelitian UM. Slavin, E. R, 2008 Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media 52