BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2003, hlm.69). Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam nifas, dan variabel dependen adalah involusio uteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh senam nifas dalam mempercepat involusio uteri. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu 1 kelompok ibu yang melakukan senam nifas, dan 1 kelompok ibu yang tidak melakukan senam nifas. Variabel Independen Variabel Dependen Karekteristik 1. Usia 2. Paritas 3. Pekerjaan 4. Pendidikan Senam Nifas Involusio Uteri Skema 1 : Kerangka Konsep B. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh senam nifas dalam mempercepat involusio uteri.
C. Defenisi Operasional N O 1 Variabel Independen: Senam nifas Defenisi Operasional Olahraga pemulihan pada masa nifas yang berfungsi untuk menguatkan otot dasar pelvis dan juga dapat membantu mempercepat involusio uteri. Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 2 Dependen: Involusio Uteri Proses kembalinya uterus ke ukuran sebelum hamil dalam waktu enam minggu. Pita Centimeter Ukur bagian bawah simfisis sampai bagian atas fundus uteri. Lembar observasi. Tinggi Fundus Uteri : =.. cm Rasio 3 Usia Umur yang dihitung sejak lahir hingga penelitian dilakukan. Kuesioner Wawancara 1 = 2025 tahun 2 = 2630 tahun 3 = 3135 tahun 4 = 3640 tahun Interval 4 Paritas Jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Kuesioner Wawancara 1 = 1 orang 2 = 23 orang 3 = 46 orang 4 = 7 orang Nominal 5 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kuesioner Wawancara 1 = Ibu Rumah Tangga 2 = PNS 3 = Wiraswasta Ordinal 6 Pendidikan Jenjang pendidikan yang formal. Kuesioner Wawancara 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = Perguruan Tinggi Nominal
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experiment yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri. Desain ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok dilakukan pretest. Kelompok eksperimen diberikan senam nifas sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan liflet tentang tata cara senam nifas. Postest dilakukan pada kedua kelompok, pada kelompok eksperimen postest dilakukan setelah dilakukan senam nifas. Senam nifas dilakukan selama 10 hari, dan involusio uteri juga diobservasi selama 10 hari. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Pretest Perlakuan Postest Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 01 X 02 01 0 02 Keterangan : Kelompok eksperimen 01 : Tinggi fundus uteri sebelum dilakukan senam nifas X : Intervensi (pemberian senam nifas)
02 : Tinggi fundus uteri setelah dilakukan senam nifas B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu nifas di Klinik Bidan Hadijah Medan Tahun 2008. Data dari ibu yang melahirkan dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2008 sebanyak 70 orang. 2. Sampel Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang kebetulan ada atau tersedia pada saat penelitian dilakukan (Notoadmojo, 2002.hlm. 89). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu nifas yang menjalani persalinan normal yang mendapat perlakuan Manajemen Aktif Kala III. 2. Ibu multigravida. 3. Ibu yang menyusui. 4. Ibu dengan uterus yang normal. Jumlah sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : 2 z α n = 2 d P Q Keterangan : n = Jumlah sampel z α = Tingkat kemaknaan
P = Proporsi dari pustaka Q = 1 P d = Ketepatan relatif yang ditetapkan oleh peneliti Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : z α = 0,05 ; P = 0,71 ;Q = 1 P Q = 1 0,71 = 0,29 ; d = 0,10 maka : 2 z α n = 2 d P Q 2 ( 1,96 ) (0,71) (0,29) n = 2 (0,10) = 0,32 0,01 = 32 Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 32 orang dan untuk mengantisipasi kemungkinan responden yang terpilih mengundurkan diri atau tidak bersedia menjadi responden, maka perlu dilakukan koreksi terhadap sampel yang dihitung dengan menambah sampel 10%, seperti berikut (Sastroasmoro, 2002, hlm.283) : n n, = ( 1 f ) 32 = (1 0,1) Keterangan : f = perkiraan proporsi drop out n, = besar sampel yang dihitung = 35
Dengan adanya penambahan sampel 10 % sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 35 orang untuk kelompok intrvensi dan 35 orang untuk kelompok kontrol. Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 70 orang. C. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Hadijah Tahun 2008. Adapun pertimbangan di tempat ini karena tersedianya ruangan khusus untuk melakukan senam nifas, bidan dapat dijadikan sebagai asisten peneliti, dan jumlah pasien yang bersalin cukup banyak sehingga mudah dalam mendapatkan sampel. D. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. E. Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi DIV Bidan Pandidik Fakultas Kedokteran USU dan izin dari Bidan Hadijah Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik yaitu memberikan penjelasan pada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak untuk mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Datadata yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. F. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data disusun berdasarkan literatur untuk melihat perbedaan involusio uteri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk melihat perkembangan involusio uteri harus diukur tinggi fundus uteri (TFU), sehingga diperlukan alat ukur yang valid atau sahih. Dikatakan valid bila alat ukur yang digunakan benarbenar mengukur apa yang hendak diukur. Jadi alat ukur yang dipakai untuk mengukur tinggi fundus uteri (TFU) adalah pita centimer. Alat ukur ini harus realibilitas artinya bila digunakan berkalikali untuk mengukur maka hasilnya tetap. G. Prosedur Pengumpulan Data Langkahlangkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah setelah peneliti mendapatkan surat permohonan izin penelitian dari institusi pendidikan Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU, dan dari Klinik Bersalin Hadijah Medan, peneliti kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian bekerjasama
dengan bidan untuk mengetahui jumlah ibu nifas. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian, dan meminta persetujuan dari responden dengan menandatangani informed consent. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden untuk mengidentifikasi data demografi sebelum dilakukan senam nifas. Ibu nifas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 1 kelompok ibu nifas yang diberikan senam nifas (kelompok eksperimen), dan 1 kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol ibu nifas hanya diberikan liflet tentang tata cara melakukan senam nifas oleh peneliti. Senam nifas dilakukan 24 jam setelah persalinan selama 10 hari, dan involusio uteri juga diobservasi selama 10 hari. Dalam memberikan senam nifas peneliti bekerjasama dengan bidan yang berpendidikan akhir DIII Kebidanan dan mahasiswa DIII Kebidanan yang sedang berpraktek di Klinik Bersalin Hadijah sebanyak 4 orang. Terlebih dahulu peneliti mengajarkan tata cara senam nifas kepada bidan dan mahasiswa. Senam nifas yang diajarkan oleh bidan dan mahasiswa dilakukan pada pagi hari. Ada 6 orang ibu nifas yang diajarkan senam nifas oleh bidan, dan 10 orang ibu nifas diajarkan senam nifas oleh mahasiswa, serta 19 orang ibu nifas dijarkan senam nifas oleh peneliti sendiri. Senam nifas yang diajarkan oleh peneliti dilakukan pada sore hari. Biasanya ibu nifas yang bersalin di Klinik Bersalin Hadijah akan pulang ke rumah 2 hari setelah persalinan, sehingga ibu nifas dapat melanjutkan senam nifas sendiri di rumah dengan diawasi oleh peneliti. Pengukuran TFU dilakukan peneliti setiap 3 hari sekali.
H. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik lanjutan, dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masingmasing varibel yang diteliti, yakni data yang bersifat kategori akan dicari frekwensi dan persentase. Sedangkan data yang bersifat numerik akan dicari mean, median, dan standar deviasi. 2. Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri. Uji tdependen digunakan untuk membandingkan involusio uteri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. Uji tindependen digunakan untuk membandingkan involusio uteri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Taraf signifikasi 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila p < 0,05 maka H 0 ditolak, dan apabila p > 0,05 maka H 0 gagal ditolak, dan data disajikan dalam bentuk tabel.
BAB V HASIL DAN PEMBHASAN A. HASIL Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri di Klinik Bersalin Hadijah Medan. Jumlah responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 35 orang pada kelompok intervensi dan 35 orang pada kelompok kontrol. Semua kelompok intervensi dilakukan senam nifas, sedangkan kelompok control hanya diberikan liflet tentang tata cara melakukan senam nifas. Senam nifas pada kelompok intervensi dilakukan selama 10 hari dan dilakukan observasi TFU sebanyak 3 kali : observasi ke1 pada hari pertama, observasi ke2 pada hari ke4, observasi ke3 pada hari ke10. TFU diukur dengan menggunakan pita centimeter. 1. Analisis Univariat Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masingmasing variabel yang diteliti. Analisis ini meliputi karakteristik demografi yaitu usia, paritas, pekerjaan, dan pendidikan, serta tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Data yang bersifat kategori dicari frekwensi dan persentase. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, median, dan standar deviasi.
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Klinik Bersalin Hadijah Medan Desember Maret Tahun 2009 Kelompok Intervensi (N = 35) Kelompok Kontrol (N = 35) Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Usia : 2025 tahun 2630 tahun 3135 tahun 3640 tahun 4 17 12 2 11,4 48,6 34,3 5,7 4 13 15 3 11,4 37,1 42,9 8,6 Paritas : 23 anak 46 anak 7 anak 22 13 62,9 37,1 20 15 57,1 42,9 Pekerjaan : IRT PNS Wiraswasta 17 7 11 48,6 20,0 31,4 17 5 13 48,8 14,3 37,1 Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi 19 16 54,3 45,7 20 15 57,1 42,9 Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh bahwa pada kelompok intervensi, berdasarkan usia sebagian besar responden berusia 2630 tahun sebanyak 17 orang (48,6 %). Berdasarkan paritas, sebagian besar responden memiliki 23 anak sebanyak 22 orang (62,9 %). Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar eresponden bekerja sebagai ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 17 orang (48,6 %). Berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (54,3%). Pada kelompok kontrol berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 3135 tahun sebanyak 15 orang (42,9 %). Berdasarkan paritas, sebagian besar responden memiliki 23 anak sebanyak 20 orang (57,1 %). Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 17 orang (48,8%). Berdasarkan pendidikan, sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 20 orang (57,1 %). Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Klinik Bersalin Hadijah Medan Desember Maret 2009 Kelompok Sebelum Setelah Min Maks N Mean SD Median Mean SD Median Intervensi : Tinggi fundus uteri 19,37 1,33 19,00 8,11 1,13 8,00 17,0 21,5 35 Kontrol : Tinggi fundus uteri 19,57 1,57 19,00 10,57 1,52 10,50 17,0 22,5 35 Berdasarkan tabel 5.2 dapat digambarkan tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi yaitu ratarata tinggi fundus uteri sebelum dilakukan senam nifas 19,37 cm, median 19,00 cm dengan standar deviasi 1,33 cm. Tinggi fundus uteri terendah 17,0 cm dan tertinggi 21,5 cm. Sedangkan ratarata tinggi fundus uteri setelah dilakukan senam
nifas adalah 8,11 cm, median 8,00 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Tinggi fundus uteri terendah 17,0 cm dan tertinggi 21,5 cm. Pada kelompok kontrol ratarata tingi fundus uteri sebelum dilakukan senam nifas adalah 19,57 cm, median 19,00 cm dengan standar deviasi 1,57 cm. Tinggi fundus uetri terendah 17,0 dan tertinggi 22,5 cm. Sedanagkan ratarata tinngi fundus uteri setelah dilakukan senam nifas adalah 10,57 cm, median 10,50 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Tinggi fundus uteri terendah 17,0 cm dan tertinggi 22,5 cm. 2. Analalisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri. Uji tdependen digunakan untuk membandingkan involusio uteri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. Dan uji t independen digunakan untuk membandingkan involusio uteri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 5.3 Pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan senam nifas di Klinik Bersalin Hadijah Medan Desember Maret Tahun 2009 Kelompok Mean SD Nilai P N Intervensi : Tinggi fundus uteri 11,25 0,66 0,000 35 Kontrol : Tinggi fundus uteri 9,00 0,38 0,000 35
Berdasarkan tabel 5.3 digambarkan ratarata tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas adalah 19,37 cm dengan standar deviasi 1,33 cm. Setelah dialakukan senam nifas diperoleh ratarata tinggi fundus uteri adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 11,25 cm dengan standar deviasi 0,66 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan senam nifas ratarata tinggi fundus uteri adalah 19,57 cm dengan standar deviasi 1,57 cm. Setelah dilakukan senam nifas diperoleh ratarata tinggi fundus uteri adalah 10,57 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 9,00 cm dengan standar deviasi 0,38 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. Tabel 5.4 Pengaruh senam nifas terhadap involusio uteri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan senam nifas di Klinik Bersalin Hadijah Medan Desember Maret Tahun 2009 Kelompok Mean SD SE Nilai P N Intervensi : Tinggi fundus uteri 8,11 1,13 0,19 35 0,000 Kontrol : Tinggi fundus uteri 10,57 1,52 0,25 35
Berdasarkan tabel 5.4 dapat digambarkan ratarata tinggi fundus uteri setelah dilakukan senam nifas oleh peneliti adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Sedangkan pada kelompok kontrol di dapat ratarata tinggi fundus uteri adalah 10,57 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap perubahan tinggi fundus uteri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. B. PEMBAHASAN Pada pembahasan akan diuraikan tentang hasil penelitian dan membandigkan hasil penelitian ini dengan literatur untuk melihat involusio uteri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 1. Interpretasi Dan Diskusi Hasil a. Karekteristik Responden Dari hasil uji statistik diperoleh karakteristik demografi pada kelompok intervensi, berdasarkan usia sebagian besar responden berusia 2630 tahun sebanyak 17 orang (48,6 %), berdasarkan paritas sebagian besar responden memiliki 23 anak sebanyak 22 orang (62,9 %), berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 17 orang (48,6 %), berdasarkan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (54,3%).
Sedangkan pada kelompok kontrol berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 3135 tahun sebanyak 15 orang (42,9 %), berdasarkan paritas sebagian besar responden memiliki 23 anak sebanyak 20 orang (57,1 %), berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 17 orang (48,8%), berdasarkan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 20 orang (57,1 %). b. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusio Uteri Dari hasil uji tdependen diperoleh pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas ratarata tinggi fundus uteri adalah 19,37 cm dengan standar deviasi 1,33 cm. Setelah dialakukan senam nifas diperoleh ratarata tinggi fundus uteri adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 11,25 cm dengan standar deviasi 0,66 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan senam nifas didapatkan ratarata tinggi fundus uteri adalah 19,57 cm dengan standar deviasi 1,57 cm. Setelah dilakukan senam nifas diperoleh ratarata tinggi fundus uteri adalah 10,57 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 9,00 cm dengan standar deviasi 0,38 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas.
Dari hasil uji tindependen diperoleh ratarata tinggi fundus uteri setelah dilakukan senam nifas oleh peneliti adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Sedangkan pada kelompok kontrol di dapat ratarata tinggi fundus uteri adalah 10,57 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000 berarti ada pengaruh senam nifas yang signifikan terhadap perubahan tinggi fundus uteri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa senam nifas adalah senam yang dilakukan senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa nifas, serta membantu proses involusio uteri (Brayshaw, 2008, hlm. 105). Beberapa tujuan dari senam nifas yaitu mengecilkan dan mengencangkan dinding dan dan otot perut, serta mengembalikan ukuran liang senggama (Manuaba,2000, hlm. 155). Senam nifas merupakan senam yang dilakukan secara mandiri berupa latihan kegel panggul untuk memperkuat tonos otot yang hilang karena jeringan panggul meregang selama ibu hamildan melahirkan (Bobak,et al.2005, hlm. 532). Setelah persalinan tubuh seorang ibu akan memasuki masa pemulihannya dan perlahan kembali ke kondisi sebelum hamil. Tindakan tirah baring dan senam nifas membantu proses fisilogis ini secara perlahan (Brayshaw, 2008, hlm. 105). Umumnya yang menjadi perhatian ibu selama masa nifas adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding perut seperti sediakala. Sehingga dengan melakukan senam nifas bentuk tubuh dan dinding perut akan kembali seperti sediakala (Mochtar, 2000, hlm. 251).
Adapun manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu proses involusio uteri, memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonos, pelvis, dan perenggangan otot abdomen, serta memperkuat otot panggul. (http ://ibu dan anak.com, diperoleh tanggal 30 April 2009). Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan pada 1003 wanita Amerika yang mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang lebih cepat. Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71 % wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002, 5, http://www.larsondearticles.com, diperoleh tanggal 13 September 2008). Manfaat senam nifas secara umum adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagianbagian tersebut ke bentuk normal (Danuatmaja,et al. 2003, hlm. 100). Penelitian yang dilakukan oleh dr. Ira Kusyairi Dipl, Pt. fisioterapis drai RSAB Harapan Kita, Jakarta menjelaskan bahwa dengan dilakukan senam nifas mampu mengencangkan otot rahim, kondisi umum ibu jadi lebih baik, pemulihan lebih cepat, kemungkinan terkena infeksi sangat kecil karena sirkulasi darah yang bagus, memulihkan dan menguatkan otototot punggung, otot dasar panggul, dan otot perut (Nada, 2001, senan nifas senam setelah melahirkan, 5, http://www.berbagisehat.com, diperoleh tanggal 30 April 2009).
c. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian 1) Untuk asuhan kebidanan Penelitian ini memberikan informasi kepada institusi yang memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan kebidanan kepada ibu nifas, bahwa setelah dilakukan senam nifas secara rutin dan teratur, terbukti dapat mempercepat proses involusio uteri. Sehingga bidan dapat menganjurkan kepada ibu nifas agar melakukan senam nifas dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Senam nifas sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan yang khusus sehingga bidan dapat mengajarkan tata cara senam nifas kepada ibu nifas. Kemudian senam nifas dapat dilakukan ibu nifas secara mandiri dan rutin di rumah. 2) Untuk pendidikan kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang manfaat senam nifas dalam mempercepat involusio uteri. Pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi pasca persalinan merupakan upaya yang diharapkan masyarakat dari bidan dalam pelayanan kebidanan. Intervensi senam nifas ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pasca persalinan, mempercepat penyembuhan, memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden pada kelompok intervensi dapat digambarkan sebagai berikut : ratarata responden berusia 2630 tahun, sebagian besar responden memiliki 23 anak, responden sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian besar responden berpendidikan SMA. Sedangkan pada kelompok kontrol dapat digambarkan sebagai berikut : ratarata responden berusia 3135 tahun, sebagian besar responden memiliki 23 anak, responden sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian besar responden berpendidikan SMA. 2. Pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas ratarata tinggi fundus uteri adalah 19,37 cm dengan standar deviasi 1,33 cm. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan senam nifas ratarata tinggi fundus uteri adalah 19,57 cm dengan standar deviasi 10,57 cm. 3. Pada kelompok intervensi setelah dilakukan senam nifas diperoleh ratarata tinggi fundus uteri adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 11,57 cm dengan standar deviasi 0,68 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas.
4. Pada kelompok kontrol setelah dilakukan senam nifas ratarata tinggi fundus uteri 10,57 cm dengan standar deviasi 1,52 cm. Nilai ratarata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 9,00 cm dengan standar deviasi 0,38 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan senam nifas. 5. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan perubahan tinggi fundus uteri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dimana pada kelompok intervensi diperoleh ratarata tinggi fundus uteri lebih cepat dibanding kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0,000 (nilai P < 0,05). B. Saran 1. Bagi pelayanan kebidanan Senam nifas sangat bermanfaat bagi ibu nifas, sehingga diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan kebidanan kepada ibu nifas, yaitu dilakukannya senam nifas secara rutin dan teratur yang terbukti dapat mempercepat proses involusio uteri. Senam nifas dapat dilakukan dalam waktu 24 jam setelah persalinan.
2. Bagi ibu nifas Hasil penelitian menunjukkan bahwa senam nifas efektif mengencangkan otototot rahim, maka hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi kepada ibu nifas tentang tujuan dan manfaat senam nifas. 3. Bagi penelitian lanjutan Mengingat kelemahankelemahan pada penelitian ini, diharapkan pada penelitan selanjutnya dapat memperbaiki kelemahan tersebut, dan diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memperbesar jumlah sampel agar diperoleh hasil yang lebih baik.