BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

GAMBARAN RISIKO TROMBOSIS BERDASARKAN CAPRINI SCORE PADA PASIEN KANKER DI RSUP. HAJI ADAM MALIK. Oleh: RAJA ARIF KURNIA MANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. secara global di bidang pembangunan semakin meningkat. Di Indonesia, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

PROFIL DAN PERBANDINGAN HASIL DIAGNOSIS KLINIS DENGAN DIAGNOSIS RADIOLOGI DEEP VEIN THROMBOSIS DI RSUP SANGLAH, DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengertian trombosit dan Vena

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BISMILLAHI WABIHAMDIHI ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAH WABAROKATUHU

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB I PENDAHULUAN. aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Berat lahir rendah dapat terjadi karena kurang bulan, IUGR (intrauterine growth

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pneumonia merupakan penyebab kematian tersering. pada anak di bawah usia lima tahun di dunia terutama

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam (TVD)/Deep Vein Thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) merupakan penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi serius dan fatal pada pasien yang dirawat maupun dilakukan tindakan operasi (Kahn et al, 2013). Penyakit TEV akan menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan baik dan merupakan penyebab kematian ketiga pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Zhou et al, 2013). Trombosis vena dalam merupakan salah satu penyakit tromboemboli vena dengan insidensi 67 per 100.000 (0,07%) populasi umum yang menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas serta biaya perawatan pasien (Fennerty, 2006). Diagnosis dan terapi TVD yang kurang tepat akan berakibat kematian yang umumnya disebabkan karena emboli paru (NICE, 2012) Trombosis vena dalam merupakan kelainan kardiovaskuler tersering nomor tiga setelah penyakit arteri koroner dan stroke (Patterson, 2011). Trombosis vena dalam terjadi pada kurang lebih 0,1% orang per tahun insidensinya meningkat 30 kali lipat dibandingkan 10 tahun yang lalu. Insidensi TVD di Eropa dan Amerika serikat kurang lebih 50 per 100.000 populasi per tahun (JSC Guideline, 2011; Bick, 2003). Pada negara berkembang insidensi TVD diperkirakan 1:1000 orang dengan manifestasi terbanyak pada bagian ekstremitas (Tovey and Wyatt, 2003). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulansih (2012), frekuensi TVD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 56% dari keseluruhan pasien yang diduga TVD dengan prevalensi pasien 1

rawat inap bangsal penyakit dalam pada tahun 2012 dengan TVD sebanyak 62% dan pasien rawat jalan sebanyak 44%. Etiologi TVD sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan trias Virchow, TVD dapat terjadi disebabkan oleh 3 faktor yakni adanya disfungsi endotel pembuluh darah, hiperkoagubilitas dan gangguan aliran darah vena (JCS Guidelines, 2011; Bailey et al, 2009; Hirsch and Hoak, 2009). Menurut Pop et al (2004), TVD terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara proses hemostasis dan koagulasi. Hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor yang saling berkaitan dan memegang peranan penting dalam proses pembentukan trombus pada vena yakni intrinsik (trombofilia), bawaan (obesitas, kanker, pengobatan) dan ekstrinsik (immobilisasi pada pasien yang dirawat). Faktor risiko TVD antara lain faktor demografi atau lingkungan (usia tua, imobilitas yang lama) kelainan patologi (trauma, hiperkoagubilitas kongenital, sindrom antifosfolipid, obesitas, riwayat tromboemboli vena, keganasan), kehamilan, tindakan bedah, obat-obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid) (JSC Guidelines, 2011; Goldhaber, 2010; Sousou and Khorana, 2009, Bailey et al, 2009) Diagnosis TVD ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik serta ditemukan faktor risiko (Bates and Ginsberg, 2004). Tanda dan gejala TVD antara lain edema, nyeri dan perubahan warna kulit (JSC Guideline, 2011). Wells Score merupakan skor yang digunakan untuk stratifikasi (clinical probability) menjadi kelompok risiko ringan, sedang atau tinggi (JSC Guideline, 2011; Hirsh and Lee, 2004). Pada pasien yang tergolong risiko ringan maka pasien dilakukan pemeriksaan D-Dimer sedangkan bila pasien tergolong risiko sedang 2

dan tinggi maka pemeriksaan ultrasonografi (USG) Doppler. Diagnosis TVD ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan venografi yang merupakan standar baku emas namun pemeriksaan ini invasif dan membutuhkan biaya lebih mahal (Tovey and Wyatt, 2003). Selain itu pula pemeriksaan venografi kurang sensitif pada pemeriksaan TVD daerah pelvis dan pada pemeriksaan ini menggunakan kontras yang akan menimbulkan reaksi alergi, nefrotoksisitas, nekrosisi kulit dan TVD iatrogenik (Kelly et al, 2001). Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG doppler. Pemeriksaan ini tidak invasif serta memiliki sensitifitas 97% dan spesifisitas 94% bila dibandingkan dengan pemeriksaan standar baku emas (Zierler, 2004). Model penilaian klinis pretes probabilitas dugaan TVD dengan menggunakan Wells Score dalam praktik klinis di rumah sakit sudah menjadi pemeriksaan rutin pada pasien yang diduga menderita TVD. Pasien yang sudah tegak TVD diberikan terapi antikoagulan, namun menurut penelitian Hirsh and Hoak (1996), angka kematian akibat emboli paru pada pasien TVD yang mendapatkan terapi antikoagulan di rumah sakit sebesar 20% sehingga penilaian risiko terjadinya TVD pada pasien yang belum terdiagnosis sangat penting agar tindakan pencegahan TVD dapat dilakukan secara dini. Model penilaian risiko untuk memprediksi terjadinya tromboemboli vena secara dini pada pasien yang dirawat di rumah sakit, merupakan alat bantu yang sangat berguna untuk menurunkan angka kejadian tromboemboli setelah diberikan tromboprofilaksis. The Padua Prediction Score merupakan salah satu model penilaian risiko kejadian tromboemboli yang sudah dilaksanakan penelitiannya oleh Barbar et al (2010), pada tahun 2007-2008 dengan hasil penurunan kejadian tromboemboli pada pasien yang sebelumnya diklasifikasikan menjadi risiko rendah dan tinggi pada pasien 3

yang belum terdiagnosis TVD serta mendapatkan tromboprofilaksis antikoagulan. Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa pasien dengan faktor risiko TVD lebih banyak akan berisiko lebih cepat terjadi TVD. Menurut Jaffer et al (2008), pemberian tromboprofilaksis efektif menurunkan TVD pada pasien yang dirawat dirumah sakit yang dilakukan evaluasi selama 28 hari setelah pasien diberikan tromboprofilaksis. Penelitian model penilaian risiko dengan menggunakan Padua Prediction Score untuk memprediksi terjadinya TVD sampai saat ini belum pernah diuji nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi sebagai alat bantu untuk mengklasifikasikan pasien yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berdasarkan risiko rendah atau tinggi akan terdiagnosis TVD selama perawatan. B. Rumusan Masalah Trombosis vena dalam merupakan penyakit menyebabkan kematian ketiga pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kemungkinan akan terjadi TVD selama perawatan sebaiknya dilakukan penilaian risiko terjadinya TVD di rumah sakit. Model penilaian risiko dengan mengunakan Padua Prediction Score merupakan model untuk menilai risiko kejadian TVD pada pasien rawat inap di rumah sakit terbukti dapat menurunkan angka kejadian TVD yang diberikan tromboprofilaksis. Padua Prediction Score sampai saat ini belum diketahui nilai akurasi, sensitivitas dan spesifisitas sebagai alat bantu untuk mengklasifikasikan pasien yang dirawat di rumah sakit berdasarkan risiko rendah atau tinggi akan terdiagnosis TVD selama perawatan. C. Pertanyaan Penelitian 4

Apakah model penilaian risiko Padua Prediction Score memiliki sensitivitas, spesifitas, akurasi dan nilai duga yang baik untuk memprediksi kejadian TVD? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai akurasi, sensitivitas, spesifitas dan nilai duga model penilaian risiko Padua Prediction Score untuk memprediksi TVD E. Manfaat Penelitian a. Bagi penderita : mendapatkan informasi mengenai TVD dan mengetahui risiko terdiagnosis TVD sehingga pasien dapat terdiagnosis lebih dini dan terapi pasien dapat dilakukan dengan baik b. Bagi klinisi: dapat dijadikan bahan rujukan dalam melakukan penilaian risiko TVD dengan menggunakan Padua Prediction Score sehingga penanganan pasien lebih baik c. Bagi peneliti: menambah pengetahuan dalam mendiagnosis kemungkinan kejadian TVD pada pasien rawat inap dengan menggunakan model penilaian risiko Padua Prediction Score d. Bagi ilmu pengetahuan: menjadi salah satu referensi dan rujukan dalam memberikan penialaian risiko kejadian TVD pada pasien perawatan di RS dan sebagai panduan klinisi dalam pemberian profilaksis untuk mencegah kejadian TVD e. Bagi institusi : dapat dijadikan salah satu skoring untuk menilai kejadian TVD sehingga penggunaan antikoagulan di RS dapat tepat guna sehingga pembiayaan pengobatan pasien lebih menurun 5

F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang uji diagnostik Padua Prediction Score utuk menilai risiko terdiagnosis TVD pada pasien di rumah sakit sejauh penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai penilaian resiko untuk mengindentifikasi risiko kejadian TVD pernah dilakukan namun tidak menilai akurasi, sensitivitas, spesifitas dan nilai duganya. Tabel 1. Daftar Penelitian model penilaian risiko untuk mengidentifikasi risiko kejadian tromboemboli vena di rumah sakit No Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian 1 Barbar et al A Risk Assesment Cohort (2010) Model (RAM) for study The Identification of Hospitalized Medical Patient at Risk for Venous thromboembolism : The Padua Prediction Score 2 Zout et al (2013) Validation of a Venous Tromboembolism Risk Assesment Model in Hospitalized Chinese Patients Case- Control Study Hasil Penelitian Penilaian risiko kejadian tromboemboli dengan menggunakan Padua Prediction Score dapat membedakan pasien dengan risiko rendah dan risiko tinggi kejadian tromboemboli dan pemberian tromboprofilaksis selama perawatan di rumah sakit akan memberikan manfaat pencegahan kejadian tromboemboli (RR 38,9; 95% CI 4,1-251) Caprini RAM dapat digunakan untuk stratifikasi pasien dengan risiko kejadian tromboemboli vena rendah dan tinggi tergantung dari faktor risiko masing-masing individual. G. Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yakni suatu uji untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu alat diagnosis. Uji diagnosis terhadap suatu cara atau metode akan bermanfaat bila dilakukan dengan metodologi yang baik dan 6

dibandingkan dengan standar baku emas yang telah diakui (Sastroasmoro dan Ismael, 2010) Akurasi menunjukan tingkat kedekatan atau penyimpangan pengukuran dari nilai sebenarnya yang diuji dengan standar baku emas. Akurasi merupakan proporsi hasil yang benar (baik positif benar dan negatif benar) dalam populasi. Rumus akurasi dari tabel 2 x 2 = (positif benar + negatif benar)/(positif benar + positif salah + negatif salah + negatif benar) (Dahlan, 2009). Sensitifitas suatu tes diagnostik adalah proporsi hasil tes positif pada kelompok subyek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibandingkan seluruh obyek yang sakit (positif benar+negatif salah) atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik positif bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sakit. Spesifisitas adalah proporsi subyek yang sehat dengan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar + positif salah) atau kemungkinan hasil uji diagnostik akan negatif bila dilakukan pada sekelompok subyek sehat (Sastroasmoro dan Ismael, 2010; Dahlan, 2009). Nilai duga positif adalah probabilitas seseorang menderita penyakit bila hasil uji diagnostiknya positif. Nilai duga negatif adalah probabilitas seseorang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya negatif. Rasio kemungkinan positif merupakan perbandingan antara proporsi subyek yang sakit yang memberikan hasil uji positif dengan proporsi subyek yang sehatyang memberikan hasil uji positif. Rasio kemungkinan negatif adalah perbandingan antara proporsi subyek yang sakit yang memberikan hasil uji negatif dengan subyek sehat yang memberikan hasil uji negatif (Sastroasmoro dan Ismael, 2010; Dahlan, 2009). 7

Standar baku emas adalah pemeriksaan yang dijadikan sebagai rujukan akhir untuk menentukan apakah pasien menderita suatu penyakit atau tidak. Bila hasil pemeriksaan adalah positif, maka kita menerima bahwa hasil pemeriksaan positif. Bila hasil pemeriksaan negatif, maka kita menerima bahwa hasil pemeriksaan adalah negatif (Dahlan, 2009). 8