Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

189 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota)

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

Dasman 1), Rudy Harman 2)

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN

STUDI PENEMPATAN TITIK PENTANAHAN KAWAT TANAH PADA PENYULANG SERANGAN

Rizky Fajar Adiputra

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB III LIGHTNING ARRESTER

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Vol.3 No1. Januari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

1. BAB I PENDAHULUAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

III. METODE PENELITIAN

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5

STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 1 FASA KE TANAH PADA SUTT 150 KV (APLIKASI GI PIP PAUH LIMO)

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai angka terjadinya petir cukup tinggi. Untuk menghindari/meminimalisir

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

Transkripsi:

29 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 2018 Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf Erhaneli*, Afriliani Institut Teknologi Padang, Padang E-mail: erhanelimarzuki@gmail.com ABSTRACT Demand for electrical energy has been increasing from year to year due to population growth in line with economic growth occurs. This causes transfer generating power as central area to the load area in maximum load. SUTT (High Voltage Transmission Line) is the most widely used of transmission electrical energy. This transmission line susceptible to lightning strikes that cause disturbance. The purpose of writing this final task is to analyze the amount of interference caused by lightning strikes on a phase wire due to the failure of ground wire protection by Burgsdorf Method in SUTT (High Voltage Transmission Line 150 kv Payakumbuh Koto Panjang with a length of 86 kilometers. From the calculation and analysis found that on a 41-meter tower lightning strike resulted in the amount of interference at the phase wire is larger, ie 5.0238 times the lightning/86 km conductor/year or disruption occurs once in 2.4 months hit by lightning with the area of protection of ground wire 49541 m 2. Keywords: Lightning, High Voltage Transmission Line, Burgsdorf. ABSTRAK Kebutuhan terhadap energi listrik semakin meningkat dari tahun ketahun akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang sejalan dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi. Hal ini menyebabkan transfer daya dari pusat pembangkit ke pusat beban semakin tinggi. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) merupakan salah satu media transmisi energi listrik yang banyak digunakan. Dimana saluran udara ini rentan terhadap sambaran petir yang dapat menyebabkan gangguan. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh ketinggian menara terhadap jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah menggunakan metode Burgsdorf pada SUTT 150 kv dari GI Koto Panjang Ke GI Payakumbuh dengan panjang saluran 86 km. Dari hasil perhitungan dan analisa didapatkan bahwa pada menara dengan ketinggian 41 meter mengakibatkan jumlah gangguan sambaran petir pada kawat lebih besar yaitu 5.0238 kali sambaran petir/86 km penghantar/tahun atau gangguan terjadi sekali 2.4 bulan terkena sambaran petir dengan luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah sebesar 49541 m 2. Kata kunci: Petir,SUTT, Burgsdorf. 1. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini tersedianya energi listrik merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian didalam suatu bangsa, baik dalam bidang industri, komersial, maupun untuk keperluan rumah tangga. Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia khususnya dalam bidang teknologi, kebutuhan akan tenaga listrik menjadi suatu keharusan dan perlu ditingkatkan keandalannya. Kontinuitas pelayanan dengan mutu yang baik dan tersedianya energi listrik yang cukup serta kualitas tegangan yang memadai merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan sistem tenaga listrik. Secara geografis Indonesia terletak didaerah khatulistiwa yang beriklim tropis basah, dimana pada saat musim hujan, maka akan banyak terjadi petir. Di Indonesia petir merupakan salah satu gangguan alam yang rentan menyambar saluran transmisi, khususnya pada saluran udara tegangan tinggi. Sambaran petir pada saluran transmisi menyebabkan terjadinya tegangan lebih (over voltage) yang dapat menimbulkan gangguan dalam penyaluran tenaga listrik. Selain itu sambaran petir ini juga dapat merusak berbagai peralatan isolasi dan komponen lain dalam sistem tenaga listrik karena menghasilkan tegangan dan arus yang sangat tinggi. Oleh karena gangguan akibat sambaran petir ini sangat mempengaruhi proses penyaluran sistem tenaga listrik, maka perlu dilakukan kajian yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh gangguan sambaran petir. Sehingga proses penyaluran energi listrik ke konsumen tetap terjaga keandalannya. Penelitian tentang perilaku petir dan akibat sambaran petir ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, dan menghasilkan beberapa metode diantaranya adalah [2] yang menjelaskan beberapa metode penentuan perilaku terkaman kilat pada penghantar saluran udara tegangan tinggi yaitu metode Burgsdorf yang merupakan metode empiris untuk menghitung jumlah gangguan kilat akibat kegagalan perlindungan kawat tanah dan juga merupakan Manuscript received Jan 03, 2018; Revised Jan 12, 2018; Accepted Jan 16, 2018. Date of publication Jan 23, 2018. Digital Object Identifier 10.21063/JTE.2018.3133705. Copyright 2017 ITP Press.

ANALISA PENGARUH PERILAKU PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV 30 fungsi sudut proteksi dan metode Popolansky yang juga merupakan metode empiris untuk menghitung kegagalan perlindungan kawat tanah pada saluran. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari generator station atau pembangkit listrik menuju distribution station hingga sampai ke konsumen atau pengguna listrik. Secara umum saluran transmisi terdiri atas 3 macam, yaitu saluran udara, saluran bawah tanah, dan saluran bawah laut. Adapun komponen-komponen dari suatu saluran transmisi secara umum adalah sebagai berikut. 1) Konduktor Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya yang terbentang melalui tower-tower. Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga konduktivitas 100%, tembaga konduktivitas 97,5%, aluminium konduktivitas 61%. Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihandibandingkan dengan kawat penghantar aluminium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang lebih tinggi. Akan tetapi kawat penghantar tembaga juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dan lebih mahal dari aluminium. Oleh karena itu saat ini kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan kawat penghantar tembaga. 2) Isolator Isolator jaringan tenaga listrik merupakan alat tempat menompang kawat penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan untuk memisahkan secara elektris dua buah transmisi tegangan ekstra tinggi sampai dengan tegangan 525 kv, selain itu juga ada metode AIEE yaitu metode perhitungan jumlah gangguan terkaman kilat pada kawat tanah, dengan menggunakan studi analog komputer yang dilakukan oleh E.L. Harder dan J.M. Clayton pada tahun 1949. Berdasarkan hal ini pula penulis berkeinginan untuk melakukan kajian tentang perilaku petir pada saluran transmisi dengan tema Analisis Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv dengan Menggunakan Metode Burgsdorf. 3) Menata Transmisi Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat Gambar 1 Proses terjadinya petir telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan bendasekelilingnya, dan untuk menyanggah merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara atau tower. 4) Kawat Tanah Kawat tanah (ground steel wire) adalah kawat untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat tanah atau kawat perisai (shielding wire) pada jaringan ditempatkan diatas kawat fasa. Efektifitas perlindungan kawat tanah diharapkan mampu melindungi kawat fasa dengan baik, sehingga tidak terjadi sambaran petir langsung ke kawat fasa. 5) Pembumian Pentanahan merupakan penghubungan bagianbagian peralatan listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus, dan antara bagian-bagian tersebut dengan tanah, sampai pada suatu nilai yang aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. 2.2 Proses Terjadinya Petir Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron

31 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 2018 mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada saat musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan yang bermuatan negatif dan awan yang bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan. 2.3 Metode Penentuan Petir pada Menara Transmisi Secara umum gangguan terkaman kilat atau perilaku kilat pada penghantar udara tegangan tinggi dapat dibagi menurut tempat dimana kilat itu menerkam, yaitu: 1. Gangguan kawat kilat pada kawat fasa atau gangguan kilat akibat kegagalan perlindunga kawat tanah, 2. Gangguan k i l a t p a d a k a w a t t a n a h terdiri tiga jenis gagguan, yaitu: a. Gangguan kilat pada menara 60% b. Gangguan kilat pada seperempat jarak dari menara (gangguan kilat diperempatan gawang), 30% c. Gangguan kilat pada setengah jarak dari menara (gangguan kilat dipertengahan gawang), 10% Jumlah gangguan total akibat terkamn kilat pada penghantar udara tegangan tinggi, dinyatakan dalam persamaan: STR = SFO + O t + O q + O m...(1) Dimana : STR : jumlah gangguan total per 100 km/ penghantar /pertahun (gangguan spesifik) SFO : jumlah gangguan kilat pada kawat fasa/100 km/ penghantar /tahun Ot : jumlah gangguan kilat pada menara Oq : jumlah gangguan kilat pada seperempat jarak dari menara (diperempatan pada gawang) Om : jumlah gangguan kilat pada setengah jarak dari menara (di pertengahan gawang) 1) Metode Burgsdorf Metode Burgsdorf merupakan metode empiris untuk menghitung jumlah gangguan kilat akibat kegagalan perlindungan kawat tanah dan juga merupakan fungsi sudut proteksi. Untuk mengetahui jumlah gangguan total tersebut perlu diketahui jumlah hari guruh rata-rata pertahun (IKL) dari daerah penghantar udara tegangan tinggi tersebut berada. IKL ini digunakan untuk menentukan kepadatan kilat per satuan luas daerah per tahun, dengan persamaan: D = 8,875 x 10-8 x IKL...(2) D : Kepadatan kilat permeter persegi pertahun IKL : Jumlah hari guruh pertahun Dengan menggunakan harga kepadatan kilat diatas, dan dengan mengetahui luas daerah yang dilindungi kawat tanah, maka jumlah terkaman kilat yang mugkin terjadi pada penghantar udara tegangan tinggi, dapat di tentukan dengan persamaan : A = (2π + 1)H t 2 x IKL...(3) L = 100 x ( 1000 S ) x A x D...(4) S : panjang gawang rata rata (meter) H g : tinggi kawat tanah rata rata (meter) H t : tingg menara (meter) A : luas daerah yang dilindungi kawat tanah (meter persegi) L : jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi (sambaran petir/100 km penghantar /tahun Untuk mencari kemungkinan kegagalan perlindungan kawat tanah dapat digunakan persamaan Burgsdorf: LogP θ = 0,06 x θ x 2,2...(5) Jumlah gangguan akibat kegagalan perlindungan kawat tanah terhadap kawat fasa dapat dicari dengan persamaan berikut: SFO = P θ x L...(6) SFO : jumlah gangguan petir pada kawat fasa akibat kegagalan erlindungan kawat tanah (petir/100 km /penghantar /tahun) P θ : probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah (%) 2) Metode Popolansky Metode Popolansky juga merupakan metode empiris untuk menghitung kegagalan perlindungan kawat tanah pada saluran transmisi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi sampai dengan 525 kv. Persamaan Popolansky ini diturunkan berdasarkan data pengamatan yang dikumpulkan Burgsdorf.

ANALISA PENGARUH PERILAKU PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV 32 Persamaannya adalah sebagai berikut: Log P θ = Ht 75 3,95...(7) P θ : probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah (%) Ht : tinggi kawat tanah pada menara (meter) : sudut proteksi kawat tanah (derajat) Setelah probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah (Pө) dihitung, maka SFO dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7) di atas. 3) Metode AIEE Metode AIEE adalah metode perhitungan jumlah gangguan terkaman kilat pada kawat tanah, dengan menggunakan studi analog komputer yang dilakukan oleh E.L. Harder dan J.M. Clayton pada tahun 1949. Metode ini menggunakan suatu model saluran transmisi dan suatu gelombang arus terkaman kilat tiruan dikenakan pada puncak menara dan pertengahan gawang. Kemudian tegangan tegangan yang dibangkitkan diukur. Persamaan dasar yang digunakan dalam metode AIEE adalah sebagai berikut: V bil = I x V t ( I K )...(8) Vbil : tegangan kekuatan isolasi (tegangan kritis lewat denyar) I : arus terkaman kilat kritis yang dapat menyebabkan terjadinya lewat denyar V t : tegangan per unit arus terkaman kilat K : faktor kopling antara kawat tanah ke kawat fasa 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan ad alah menghitung probabilitas atau kemungkinan jumlah gangguan yang terjadi pada Saluran Udara Tegangan T inggi (SUTT) yang disebabkan oleh gangguan terkaman kilat terhadap kawat fasa yang diakibatkan oleh kegagalan perlindungan kawat tanah. Perhitungan dilakukan berdasarkan data data teknis sesuai dengan lokasi kajian yakni Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv GI Payakumbuh ke GI Koto Panjang. Adapun data-data yang digunakan adalah : 1. Data jumlah hari guruh pertahun yang dilalui penghantar untuk daerah Payakumbuh sampai ke daerah Koto Panjang dengan panjang saluran 86 km yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang 2. Data Teknis Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv GI Payakumbuh ke GI Koto Panjang 3. Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut a. Menghitung kepadatan kilat per meter persegi pertahun. b. Menghitung luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah c. Menghitung jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi. d. Menghitung probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah. e. Menghitung Jumlah gangguan akibat kegagalan perlindungan kawat tanah. f. Menghitung Jumlah gangguan akibat kegagalan perlindungan kawat tanah terhadap kawat fasa. Tabel 1 Rekapitulasi hasil perhitungan untuk Panjang saluran 86 km No Perhitungan yang dilakukan Tinggi Menara (meter) 26 29 30 32 35 38 41 1 Kepadatan kilat (D) 2. Luas daerah yang dilindungi kawat tanah (A) 1.5975 1.5975 1.5975 1.5975 1.5975 1.5975 1.5975 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 44096 44923 45228 45881 46970 48190 49541 44096 44923 45228 45881 46970 48190 49541 3 4 5 Jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi (L) Probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah (Pø) Jumlah gangguan petir pada kawat fasa (SFO) 178 182 183 185 190 195 200 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 4.4712 4.5716 4.5968 4.647 4.7726 4.8982 5.0238

33 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 2018 Gambar 2 Karakteristik jumlah sambaran petir untuk Panjang saluran 86 km Gambar 3 Karakteristik jumlah sambaran petir untuk Panjang saluran 100 km Tabel 2 Rekapitulasi hasil perhitungan untuk Panjang saluran 100 km No Perhitungan yang dilakukan Tinggi Menara (meter) 26 29 30 32 35 38 41 1 Kepadatan Kilat (D) 2 3 4 5 Luas daerah yang dilindungi kawat tanah Jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi(l) Probabilitas kegagalan perlindungan kawat tanah Jumlah gangguan petir pada kawat fasa 1,5975 1,5975 1,5975 1,5975 1,5975 1,5975 1,5975 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 10-Mei 44096 44923 45228 45881 46970 48190 49541 207 211 213 216 221 226 233 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 0,0251 5,1996 5,3001 5,3503 5,4257 5,5513 5,6769 5,8527 4. HASIL PERHITUNGAN ari hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah menggunakan metode Burgsdorf, secara keseluruhan dirangkum dalam tabel 1 yakni Rekapitulasi Hasil Perhitungan Untuk Panjang Saluran 86 km dan tabel 2 adalah Rekapitulasi Hasil Perhitungan untuk panjang saluran 100 km. Sedangkan karateristik perilaku terhadap ketinggian menara ditunjukkan pada gambar 2 untuk panjang saluran 86 km dan gambar 3 untuk panjang saluran 100 km. Dari tabel 1 dan gambar 2 dapat di jelaskan bahwa jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah (SFO) terbesar terjadi pada menara paling tinggi 41 meter dengan jumlah sambaran 5.0238 gangguan /87 km/th,atau terjadi sekali dalam 2.4 bulan pada panjang saluran 86 km. Sedangkan Jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah (SFO) terkecil terjadi pada menara paling rendah 26 meter sebesar

ANALISA PENGARUH PERILAKU PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV 34 4.4712 ganggaun / 86 km / tahun atau terjadi sekali dalam 2.7 bulan disepanjang 86 km penghantar pertahun. Begitupun untuk panjang saluran 100 km, fenomena terjadi gangguan hampir sama dengan panjang saluran 86 km. Semakin panjang suatu saluran transmisi, maka jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah (SFO) akan semakin besar, sebaliknya jika semakin pendek suatu saluran transmisi maka jumlah gangguan sambaranpetir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah (SFO) juga akan semakin kecil. Ketinggian menara yang bervariasi sesuai dengan yang ada pada saluran transmisi dari GI Payakumbuh - GI Induk Koto Panjang dengan ketinggian mulai dar 26 m; 29 m; 30 m, 32 m, 35 m ; 38 m dan 41 m. Ketinggian menara ini juga berpengaruh terhadap perubahan nilai luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah (A) dan jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi sepanjang saluran (L). Dimana semakin tinggi kawat tanah pada menara (Ht) maka akan semakin tinggi pula nilai luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah (A) dan jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi (L). Sebaliknya semakin rendah kawat tanah pada menara (Ht) maka akan semakin rendah pula nilai luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah (A) dan juga jumlah terkaman kilat yang mungkin terjadi. 5. KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan terhadap jumlah gangguan terkaman kilat pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah dengan menggunakan metode Burgsdorf sepanjang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv dari Gardu Induk Payakumbuh ke Gardu Induk Koto Panjang dengan panjang saluran 86 km, maka dapat simpulkan sebagai berikut. 1. Jumlah sambaran petir tertinggi terjadi pada menara dengan ketinggian 41-meter yaitu 200 kali sambaran petir/ 86 km penghantar/ tahun dengan luas daerah yang dilindungi oleh kawat tanah sebesar 49541 m 2 2. Jumlah gangguan sambaran petir pada kawat fasa akibat kegagalan perlindungan kawat tanah tertinggi terjadi pada menara dengan ketinggian 41-meter yaitu 5,0238 kali 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Benyamin Franklin, Petir peristiwa pelepasan muatan, Amerika, 1752 [2] Dr. KT. Sirait dan Ir. R. Zoro Perlindungan Terhadap Tegangan Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik, ITB, Bandung:1986 [3] Sepannur Bandri, Analisa Gangguan Petir SUTT 150 kv Dengan Memperhatikan Tegangan Pada Lightning Arrester dan Trafo, Padang:2015 [4] Rahman Effendi, Analisa Gangguan Transmisi Yang Disebabkan Sambaran Petir Berdasarkan Variasi Lintasan Saluran, Padang:2016 [5] T.S. Hutauruk, Metode Untuk Menghitung Gangguan Kilat Pada Kawat Transmisi Tegangan Tinggi (1964). [6] T.S. Hutauruk, Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja penerbit Erlangga (1991) [7] Tomi G. dan Lestari Naomi LP, Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya Sambaran Petir Dengan Metode SAW, Bali:2014