STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN
|
|
- Widya Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN Rizky Fajar Adiputra Program Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya Abstrak : Jumlah sambaran petir di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Jumlah hari guruh per tahun yang biasanya digambarkan dengan peta Iso Keraunik Level (IKL) di Indonesia dapat mencapai angka 220 hari guruh per tahun, sedangkan di Amerika Serikat hanya mencapai angka 70 hari guruh per tahun. Oleh karena itu jumlah gangguan pada SUTT di Indonesia yang disebabkan oleh sambaran petir relatif banyak terjadi. Petir yang menyambar SUTT dapat menyebabkan gelombang berjalan yang dapat menyebabkan kegagalan flashover atau back-flashover. Petir memiliki karakteristik sambarannya sendiri. Karakteristik sambaran yang akan diuji adalah nilai IKL dan jarak sambaran minimum. Menggunakan metode stokastik Monte Carlo untuk mendapatkan nilai kegagalan dengan membangkitkan nilai IKL secara acak antara 180 sampai 260 kemudian dari hasil simulasi Monte Carlo didapatkan nilai kegagalan sebesar kali per 100 km per tahun. Pengujian dengan merubah parameter persamaan menghitung jarak sambaran minimum menunjukkan bahwa persamaan IEEE Working Group memiliki nilai standart deviasi dan error relative yang paling pas untuk menghitung jumlah kegagalan yang terjadi per 100 km per tahun. Kata Kunci : Lightning Performance, Simulasi Monte Carlo, Iso Keraunik Level, Jarak Sambaran Minimum Kegagalan Perlindungan. 1. PENDAHULUAN Transmisi sitem tenaga listrik di Indonesia lebih dominan menggunakan saluran udara dibandingkan dengan sistem saluran kabel bawah tanah. Penggunaan saluran udara sebagai media transmisi listrik cukup rentan terhadap sambaran petir karena memiliki konstruksi yang tinggi, bahkan saluran udara yang terletak di pegunungan akan semakin dekat dengan awan sehingga lebih berpotensi tersambar oleh petir. Indonesia termasuk daerah yang memiliki sambaran petir cukup banyak, ditunjukkan dengan IKL atau Isokeraunik Level yang mencapai hari per tahunnya. Sambaran petir memiliki karakteristik yang berbeda - beda pada setiap sambarannya, seperti besar arus dan konstanta waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh beragam karakteristik sambaran petir terhadap lightning performance. Sambaran petir dapat mengakibatkan gangguan, seperti kegagalan isolasi, flashover, backflash over, dan gangguan lainnya. Sambaran petir langsung terdiri dari dua macam, yaitu sambaran pada kawat tanah, dan sambaran pada kawat fasa. 2. PETIR DAN SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi [5] Pada suatu sistem tenaga listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator Petir Petir didefinisikan sebagai kilatan besar yang terjadi karena lompatan muatan listrik di atmosfir atau diantara atmosfir dengan tanah di bumi. Ada tiga tipe pelepasan utama petir, yaitu : pelepasan petir dalam awan, pelepasan petir antara awan, pelepasan petir antara awan dengan tanah. Terdapat tiga syarat untuk timbulnya petir yaitu adanya udara naik, kelembaban dan partikel bebas atau aerosol. Udara naik ada karena sebagai pergerakan udara keatas, dengan adanya kelembaban, Udara yang naik menjadi basah dan menghasilkan awan, partikel bebas tidak akan kekurangan di Indonesia karena sebagai negara kepulauan bisa disuplai dari air laut atau air di darat. Akan tetapi Indonesia belum menyadari betapa berbahayanya petir bagi umat manusia. Petir membuat kerugian yang besar sekali, bahkan setiap tahunnya meningkat terus, statistik kerusakan akibat sambaran petir jauh diatas bencana alam lainnya. Tentu saja petir tidak bisa dianggap sebagai pembawa musibah, karena petir merupakan bagian dari sirkuit global. 1
2 3. LIGHTNING PERFORMANCE PADA SALURAN TRANSMISI DAN PROSES STOKASTIK 3.1. IKL (Iso Keraunik Level) [2] Nilai isokeraunik level menggambarkan jumlah rata-rata hari per tahun dimana gemuruh akan terdengar selama periode 2 jam (hari guruh per tahun) di daerah yang dilalui oleh saluran transmisi. Keraunik level adalah perhitungan dasar statisktik yang harus diketahui untuk membangun suatu saluran transmisi berdasarkan regionalnya sebelum sambaran petir ke tanah dan sambaran petir ke saluran transmisi. Kesalahan perhitungan dapat menyebabkan kesalahan perhitungan juga pada lightning performance. Nilai IKL (T) di Indonesia berkisar antara 180 sampai 260 hari guruh per tahun. Dari nilai IKL untuk mendapatkan nilai sambaran petir ke tanah dapat menggunakan persamaan 3.1 N = 0.12 T...(3.1) 3.2. Kegagalan Perisaian pada Saluran Transmisi Bila sambaran petir mendekat dengan jarak S dari saluran dan bumi, sambaran petir itu akan dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada di bawah dan melompati jarak S untuk mengadakan kontak dengan benda itu. Jarak S disebut jarak sambaran dan inilah konsep elektrogeometris. Selanjutnya bila X S = 0 ini dinamakan perisaian efektif. Gambar 3.1. menunjukkan model perisaian tidak sempurna. Gambar 3.1. Perisaian Tidak Sempurna Jarak sambaran adalah sebagai fungsi dari muatan, oleh karena itu diberikan persamaan sebagai berikut S = a I b.....(3.2) konstanta pada rumus 3.2 dapat berubah sesuai dengan acuan yang digunakan, acuan terdapat pada tabel 3.1. dimana S adalah jarak sambaran dalam meter dan I adalah arus petir dalam ka. Pada Gambar 3.2 ditunjukkan grafik perbandingan nilai yang didapatkan dengan menggunakan masing-masing persamaan. Tabel 3.1 Tabel Konstanta Jarak Sambaran [10] Persamaan a b Young, et al Amstrong, Whitehead Brown, Whitehead Love IEEE Working Group Suzuki Two Point Method untuk Perhitungan Lightning Performance pada Saluran Transmisi [2] Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan menggunakan metode ini, maka metode ini berdasarkan dengan konsep sebagai berikut: 1. Mayoritas kegagalan akibat back-flashover disebabkan oleh sambaran petir dengan besar 80 ka atau lebih, dan dari 1.8 s sampai 2 s sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk metode ini, dipilih waktu puncak fungsi ramp 2 s, dengan puncak datar. 2. Pantulan dari menara terdekat dimasukkan. Pantulan ini dapat mengurangi tegangan puncak menara dan juga mengurangi flashover saluran transmisi. Pantulan ini terdistorsi oleh arus korona, dan kecepatan propagasinya diperlambat oleh adanya resistansi dan pengaruh korona. Jika jarak tower yang berdekatan 300 m, pantulan yang diperlambat ini akan sampai ke menara yang tersambar dalam waktu sekitar 2.2 s. rata rata jarak rentangan antar menara transmisi sekitar 200m atau lebih, maka dipilih waktu muka sambaran 2 s sebagai standart. 3. Pada gambar 3.3 ditunjukkan gelombang sambaran arus petir per unit yang digunakan sebagai standart dan dua titik A dan B dimana arus sambaran kritis diperlukan untuk menghitung tegangan isolator. Yang paling rendah dari kedua arus sambaran tersebut digunakan sebagai arus sambaran kritis yang dipakai dalam perhitungan flashover. Flashover yang terjadi diatas 6 s diasumsikan jarang terjadi karena arus sambaran sudah merata. Untuk kedua tegangan A dan B dihitung untuk tiap isolator pada menara sampai dapat ditentukan bahwa isolator mendapat tekanan yang sama.. Sambaran lanjutan untuk ini diabaikan. Hal ini karena sambaran lanjutan dalam satu kilat memiliki besar lebih kecil dibandingkan sambaran pertama serta karena waktu sambarannya lebih pendek sehingga ketahanan isolatornyalebih besar. 2
3 Gambar 3.3. Grafik Arus Sambaran dan Tegangan Isolator Dihitung pada Dua Titik Waktu 5. Dengan memilih dua titik untuk waktu 2 s dan 6 s, semua persamaan tegangan akan disederhanakan. Dengan mensubstitusikan t 0 dengan nilai 2 s dan untuk tanpa adanya pantulan dari menara yang berdekatan. Persamaan 3.23 disederhanakan menjadi persamaan berikut: V T 2 = Z t Z w 1 τ T I...(3.3) 1 Ψ 1 Ψ dimana V T 2 adalah nilai tegangan puncak menara pada waktu 2 s untuk satu p.u. arus sambaran untuk waktu 2 s. Konstanta peredaman biasanya tidak akan melebihi 0.2. Besar tegangan untuk tahanan kaki menara dapat diperoleh melalui persamaan berikut V R 2 = α RZ I 1 Ψ 1 Ψτ T 1 Ψ I...(3.) dimana (V R ) 2 adalah besar tegangan pada tahanan kaki menara pada waktu (t + 2 T ) s untuk satu p.u arus sambaran pada waktu 2 s. Pantulan tegangan dari menara terdekat, yang sampai ke menara yang tersambar kilat pada waktu 2 s (diberikan 2 T <2) adalah: V T 2 = K S V T V T 2 1 Z S Z S...(3.5) S dimana K S adalah faktor peredaman rentang menara. Jika S > 1, tidak terjadi pantulan saat waktu 2 s. Total besar tegangan pada puncak menara adalah: V T 2 = V T 2 + V T (3.6) Tegangan, pada lengan menara n saat 2 s ditentukan dengan interpolasi, maka didapatkan persamaan: V pn 2 = V R 2 + τ T τ pn V τ T 2 V R 2... (3.7) T Tegangan surja insulator untuk fase n saat 2 s adalah selisih antara tegangan surja lengan menara dan tegangan surja konduktor fase V sn 2 = V pn 2 K n V T 2....(3.8) Setelah arus mencapai nilai puncak dan tegangan menara telah menurun dan setelah pengaruh impedansi surja menara menghilang, tegangan yang dihasilkan saat waktu 6 s menjadi: V T 6 = V R 6 = V pn 6 = Z sr Z s +2R I... (3.9) Pantulan dari menara yang berdekatan belum sepenuhnya habis. Untuk memudahkan perhitungan, hanya digunakan gelombang pantulan yang pertama. Sehingga persamaannya menjadi: V T 6 = K s Z R 2 2R s 1. (3.10) Z s +2R Z s +2R Tegangan total isolator saat 6 s adalah: V sn 6 = V T 6 + V T 6 1 K n.. (3.11) Kekuatan dielektrik isolator saat 2 s dan 6 s adalah: V I 2 = 820W. (3.12) dan V I 6 = 585W..... (3.13) Dimana (V I ) 2 adalah kekuatan flashover insulator saat 2 s dan (V I ) 6 adalah kekuatan flashover insulator saat 6 s, dan W adalah panjang isolator (m). Arus sambaran kritis yang diperlukan agar terjadi lompatan api pada isolator n saat 2 s dan 6 s (tanpa ada pengaruh tegangan sistem) adalah: I cn 2 = 820W = V (3.1) V sn 2 V sn 2 dan I cn 6 = 585W V sn 6 = V 1 6 V sn 6. (3.15) 6. Arus sambaran kritis yang diperlukan agar terjadi lompatan api pada isolator n saat 2 s dan 6 s dengan tambahan pengaruh tegangan sistem adalah: I cn 2 = 820W V on sin θ n α n V sn 2 dan I cn 2... (3.16) I cn 6 = 585W V on sin θ n α n I V cn 6... (3.17) sn 6 7. Probabilitas flashover pada perhitungan ini digunakan persamaan dari Andersson-Eriksson, yaitu: P I = 1 1+ I (3.18) dimana P I adalah probabilitas arus puncak di setiap sambaran kilat akan melebihi arus I. 3.. Simulasi Monte Carlo Monte Carlo Simulation adalah algoritma komputasi untuk mensimulasikan berbagai perilaku sistem fisika dan matematika. Pengujian monte carlo dilakukan dengan cara memasukkan variable acak dengan range tertentu kemudian di run berulang sebanyak banyaknya sampai mendapatkan hasil yang konvergen. Karena semakin banyak perulangan yang kita lakukan, semakin akurat data yang akan kita dapatkan. Karena algoritma ini 3
4 memerlukan pengulangan (repetisi) dan perhitungan yang amat kompleks, metode Monte Carlo pada umumnya dilakukan menggunakan komputer, dan memakai berbagai teknik simulasi computer seperti Matlab atau Ms. Excel. Secara manual metode ini mempunyai langkahlangkah: melakukan observasi terhadap parameter yang akan dimodelkan, menghitung frekwensi tiap-tiap nilai parameter, menghitung distribusi frekwensi kumulatif dan distribusi probabilitas kumulatif, memasangkan nilai kelas dari tiap parameter dengan bilangan random dengan range antara 0 sampai n (sesuai dengan kebutuhan), menarik suatu bilangan random dengan menggunakan tabel random.. ANALISIS LIGHTNING PERFORMANCE PADA SALURAN TRANSMISI.1. Perhitungan Jumlah Kegagalan (failure) per 100km per Tahun dengan Merubah Nilai IKL Nilai IKL daerah di Indonesia memiliki nilai antara 180 sampai 260 hari guruh per tahun. Untuk mendapatkan nilai yang sempurna dari jumlah kegagalan (failure) per 100km per tahun, maka dapat dilakukan dengan cara membangkitkan bilangan acak nilai IKL diantara 180 sampai 260 kemudian melakukan perulangan sebanyak-banyaknya dengan menggunakan metode Simulasi Monte Carlo. Setelah mendapatkan hasilnya melalui metode Simulasi Monte Carlo kemudian kita dapat mengetahui nilai rata-rata dari nilai kegagalan tersebut. Perhitungan ini menggunakan tahanan tanah kaki menara sebesar 10Ω..2. Korelasi Jumlah Perulangan dengan Nilai IKL dan Nilai Kegagalan Setelah melakukan perhitungan, maka dapat dilakukan analisis korelasi antara jumlah percobaan dengan rata-rata nilai IKL dan rata-rata nilai kegagalan. Tabel.1 Hasil Percobaan Perhitungan Nilai IKL Jumlah Perulangan Nilai Rata-Rata Rata-rata Nilai IKL (kali) Failure Pada gambar.1 menunjukkan grafik hubungan antara jumlah percobaan dan nilai IKL, sedangakan pada gambar.2 menunjukkan grafik hubungan antara jumlah percobaan dengan nilai kegagalan. Dari kedua gambar tersebut menunjukkan bahwa dari hasil pengujian daerah di Indonesia memiliki nilai IKL rata-rata sebesar hari guruh pertahun, dengan nilai kegagalan (failure) back-flashover sebesar kali per 100 km pertahun. Gambar.1. Grafik Hubungan Jumlah Percobaan dengan Nilai IKL Gambar.2. Grafik Hubungan Jumlah Percobaan dengan Nilai Kegagalan.3. Sambaran Petir ke Tanah Untuk mendapatkan nilai sambaran petir ke tanah dapat menggunakan persamaan 3.1 dengan menggunakan nilai IKL , maka didapatkan N = 0.12 x = kali per km 2 per tahun Hasil ini menandakan bahwa dalam setiap tahun terjadi hari guruh, jumlah sambaran yang menyambar sampai ke tanah sebesar kali per km 2... Perhitungan Kegagalan Back-Flashover dengan Perubahan Arus Sambaran Minimum dan Jarak Sambaran Minimum Dengan menggunakan persamaan 3.2 dan dengan merubah parameter persamaan yang terdapat pada tabel 3.1, maka dapat dilakukan perhitungan jarak sambaran minimum dari 6 parameter persamaan tersebut dan dilanjutkan dengan mencari nilai kegagalannya. Digunakan juga simulasi Monte Carlo untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai sempurnanya. Membangkitkan bilangan acak untuk arus sambaran minimum antara 10 ka sampai 200kA..5. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan Young Dengan menggunakan persamaan Young (nilai a=27, nilai b=0,32) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel.2
5 =.8976 kali per 100 km per tahun Tabel.3 Hasil Simulasi dengan Persamaan Amstrong dan Whitehead = Tabel.2 Hasil Simulasi dengan Persamaan Young Persamaan Young ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar.8976 per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar.3 menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan Young. Persamaan Amstrong dan Whitehead ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar kali per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Persamaan Young ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar.8976 per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar. menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan Amstrong dan Whitehead. Gambar.3. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan Young.6. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan Amstrong dan Whitehead Dengan menggunakan persamaan Armstrong dan Whitehead (nilai a=6.7, nilai b=0,8) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel = kali per 100 km per tahun = Gambar.. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan Amstrong dan Whitehead.7. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan Brown dan Whitehead Dengan menggunakan persamaan Brown dan Whitehead (nilai a=7.1, nilai b=0,75) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel = kali per 100 km per tahun =.7786 Persamaan Brown dan Whitehead ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar kali per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar.5 menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan Brown dan Whitehead. 5
6 Tabel.. Hasil Simulasi dengan Persamaan Brown dan Whitehead Gambar.6. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan Love.9. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan IEEE Working Group Dengan menggunakan persamaan IEEE Working Group (nilai a=8, nilai b=0,65) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel.6. Tabel.6 Hasil Simulasi dengan Persamaan IEEE Working Group Gambar.5. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan Brown dan Whitehead.8. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan Love Dengan menggunakan persamaan Love (nilai a=10, nilai b=0,65) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel.1 Tabel.5 Hasil Simulasi dengan Persamaan Love = kali per 100 km per tahun = Persamaan Love ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar kali per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar.6 menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan Love = kali per 100 km per tahun = Persamaan IEEE Working Group ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar kali per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar.7 menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan IEEE Working Group. Gambar.7. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan IEEE Working Group 6
7 .10. Nilai Kegagalan dengan Menggunakan Persamaan Suzuki Dengan menggunakan persamaan Suzuki (nilai a=3.3, nilai b=0,78) maka hasil perhitungan hingga 1000 kali percobaan dapat dilihat pada tabel.7. Tabel.7 Hasil Simulasi dengan Persamaan Suzuki = per 100 km per tahun = Persamaan Suzuki Group ini memiliki nilai rata-rata kegagalan sebesar per 100 km per tahun dan memiliki nilai Standart Deviasi Gambar.8 menunjukkan grafik jumlah percobaan dengan nilai kegagalan jika menggunakan persamaan Suzuki. tahun, memiliki nilai standart deviasi 7.189, dan memiliki nilai error relative sebesar 1.23%. Tabel.8 Perbandingan Nilai Kegagalan berdasarkan tiap Persamaan No Persamaan Nilai Kegagalan (per 100km pertahun) Rata-rata ( ) Standart Deviasi ( ) Error Relative (%) (( / )x100%) 1 Young Amstrong, Whitehead Brown, Whitehead Love IEEE Working Group Suzuki Pada tabel.8 menunjukkan persamaan IEEE Working Group (S = 8I 0.65 ) menghasilkan nilai standart deviasi (3.9213) dan error relative (1.26%) nilai ini lebih disarankan, sehingga menghasilkan nilai kegagalan yang lebih akurat dalam perhitungan lightning performance. Gambar.9 menunjukkan grafik perbandingan antara nilai kegagalan dan standart deviasi yang dihasilkan dari setiap persamaan. Gambar.8. Grafik Jumlah Kegagalan dengan Persamaan Suzuki.11. Analisis Hasil Perhitungan Karakteristik Kegagalan dengan Menggunakan 6 Persamaan Untuk mengetahui nilai yang dihasilkan dari setiap persamaan, maka pada tabel.8 dapat dilihat nilai kegagalan rata-dan standart deviasi yang didapatkan dari setiap persamaan Dari tabel.8 didapatkan nilai rata-rata ( ) dan standart deviasi ( ) kegagalan dari tiap persamaan yang digunakan. Nilai error relative juga dapat dihitung kemudian. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kegagalan terbesar terjadi dengan menggunakan persamaan Suzuki dengan nilai error relative yang paling kecil, yaitu dengan nilai rata-rata kegagalan sebesar per 100 km per Gambar.9 Grafik Perbandingan Nilai Kegagalan tiap Persamaan 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Nilai rata-rata IKL di Indonesia dengan 1000 kali perulangan sebesar hari guruh pertahun dan nilai rata-rata kegagalan per 100 km pertahun dengan tahanan pentanahan pada tanah 10Ω (jenis tanah berbatu) adalah sebesar kali. 2. Lightning performance dari saluran udara tegangan tinggi yang diuji menandakan bahwa dalam setiap tahun terjadi hari guruh, jumlah sambaran yang menyambar sampai ke tanah sebesar kali per km 2, dan kegagalan back-flashover sebesar kali per 100 km per tahun. 7
8 3. Lightning performance dari saluran udara tegangan tinggi yang diuji dengan merubah parameter persamaan perhitungan jarak sambaran minimum menunjukkan bahwa persamaan Suzuki memiliki error relative yang paling kecil, yaitu dengan nilai rata-rata kegagalan sebesar per 100 km per tahun, memiliki nilai standart deviasi 7.189, dan memiliki nilai error relative sebesar 1.23%. Persamaan IEEE Working Group memiliki nilai kegagalan rata-rata sebesar kali per 100 km pertahun, memiliki standart deviasi , dan memiliki error relative sebesar 1.26 %. Persamaan Love memiliki nilai kegagalan rata-rata sebesar kali per 100 km pertahun, memiliki standart deviasi , dan memiliki error relative sebesar 1.50 %. Persamaan Brown dan Whitehead memiliki nilai kegagalan ratarata sebesar per 100 km pertahun, memiliki standart deviasi.77786, dan memiliki error relative sebesar 1.2 %. Persamaan Amstrong dan Whitehead memiliki nilai kegagalan rata-rata sebesar per 100 km pertahun, memiliki standart deviasi 3.797, dan memiliki error relative sebesar 1.63 %. Persamaan Young memiliki nilai kegagalan rata-rata sebesar.8976 kali per 100 km pertahun, memiliki standart deviasi , dan memiliki error relative sebesar 1. % Saran 1. Perlu diperhatikan nilai IKL dan perhitungan sambaran ke tanah dari suatu daerah pada saat akan membangun menara SUTT, agar dapat dihitung terlebih dahulu nilai jumlah kegagalan yang dapat ditimbulkan. 2. Dalam mendesain SUTT pemilihan parameter persamaan yang digunakan harus diperhatikan. Penggunakan parameter persamaan IEEE Working Group (S = 8I 0.65 ) lebih disarankan, karena akan menghasilkan nilai standart deviasi (3.9213) dan error relative (1.26% )yang kecil sehingga lebih akurat dalam perhitungan lightning performance. DAFTAR PUSTAKA [1] Anders, George J., Probability Concepts In Electric Power System, John Wiley & Sons, [2] Anderson, J.G., Transmission Line Reference Book 35kV and Above, Electric Power Research Institute, Palo Alto, California, [3] Carrasco, Gustavo. and Villa, Alessandro., "Lightning Performance of Transmission Line Las Claritas Santa Elena Up 230 Kv", IPST, pp. 8b-5, New Orleans, 2003 [] Hutauruk,T.S., Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Penerbit Erlangga, Bandung, [5] Kadir, Abdul, Transmisi Tenaga Listrik, UI-Press, [6] Mahmudsyah, Syarifuddin, Handout Kuliah Teknik Tegangan Tinggi, Teknik Elektro ITS, Surabaya [7] Marsudi, Djiteng, Operasi Sitem Tenaga Listrik, Balai Penerbit dan Humas ISTN, [8] PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat, 150 kv Transmision Line Suspension Tower Type AA6+6, PT. PLN (Persero), 199. [9] Shelemy, S. J. dan Swatek, D. R., "Monte Carlo Simulation of Lightning Strikes to the Nelson River HVDC Transmission Lines", IPST, pp. 099, Canada, 2001 [10] Soewono, Soetjipto, "Shielding Transmisi Tegangan Tinggi", Universitas Indonesia, 2010 [11] Walpole, Ronald E., Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit ITB, Bandung, RIWAYAT HIDUP PENULIS Rizky Fajar Adiputra lahir di Jakarta pada tanggal 2 April Anak pertama dari pasangan (alm) Risfian Noor dan Hermin Sugiarti. Mendapatkan pendidikan di TK Budi Luhur Jakarta pada tahun , kemudian melanjutkan ke SD Budi Luhur Jakarta pada tahun , Setelah lulus melanjutkan pendidikannya ke SMP Budi Luhur Jakarta pada tahun , pendidikan SMA ditempuh pada tahun di SMA Budi Luhur Jakarta pada tahun , setelah lulus melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga tahun sekarang. Penulis aktif di dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatektro) ITS sebagai Staf sie Media dan Informasi Departemen Humas periode 2007/2008, staf sie eksternal Departemen Humas peride 2008/2009, dan menjadi Kepala Divisi Artwork periode 2008/2009. Saat ini penulis aktif sebagai Asisten Laboratorium Tegangan Tinggi di Jurusan Teknik Elektro FTI ITS. Pada bulan Januari 2011, Penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir di Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST). 8
Rizky Fajar Adiputra
Rizky Fajar Adiputra 2206 100 061 Dosen Pembimbing : I.G.N Satriyadi H., ST, MT Ir. Arif Mustofa, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011
Lebih terperinciI Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc
I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc SUTT merupakan instalasi yang sering terjadi sambaran petir karena kontruksinya yang tinggi dan berada pada lokasi yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR
BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam
Lebih terperinciANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv
JETri, Volume 8, Nomor, Februari 009, Halaman 1-0, ISSN 141-037 ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv Syamsir Abduh & Angga Septian* Dosen
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kv Double Circuit yang menimbulkan efek kegagalan perlindungan(shielding
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV
TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen
Lebih terperinciDielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017
Dielektrika, [P-ISSN 2086-9487] [E-ISSN 2579-650X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 ANALISA SISTEM PROTEKSI PETIR (LIGHTNING PERFORMANCE) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV SENGKOL-PAOKMOTONG
Lebih terperinciStudi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja
Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 5kV yang Dilindungi oleh Arester Surja Dedy Setiawan, I.G.N. Satriyadi Hernanda, Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo, IG Ngurah Satriyadi Hernanda, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciStudi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031
Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciOleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc
STUDI PENGAMAN SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI 150KV YANG DILINDUNGI ARESTER SURJA Oleh: Dedy Setiawan 2209 105 022 Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: 1. IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut
BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN
TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV
AALISIS PEGARUH RESISTASI PETAAHA MEARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURA TRASMISI 5 KV Putra Rezkyan ash-225163 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciBAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR
Penentuan Lokasi Pemasangan Lighting Masts pada Menara Transmisi... (Agung Nugroho, Abdul Syakur) PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciPerancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik
247 Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik Aeri Rachmad, Teknik Multimedia & Jaringan, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan
Lebih terperinciMITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG
1 MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG Handy Wihartady, Eko Prasetyo, Muhammad Bayu Rahmady, Rahmat Hidayat, Aryo Tiger Wibowo PT. PLN (Persero)
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover
Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.
Lebih terperinciStudi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP
Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 2 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP Augusta Wibi Ardikta 22594 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.
Lebih terperinciANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE
JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE Syamsir Abduh Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv
Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan
Lebih terperinciBAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR
BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin
Lebih terperinciPERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI
PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI Fery Fivaldi 1, Ir. Yani Ridal, MT, Ir, Cahayahati, M.T 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciStudi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan
Teknologi Elektro, Vol.15, No.1, Januari - Juni 016 7 Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan I W. A. Teja Baskara 1, I G. Dyana Arjana, I W. Rinas 3 Abstract Ground wire
Lebih terperinciPEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN
PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf
29 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 2018 Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf Erhaneli*, Afriliani Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR
BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -
Lebih terperinciBAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga
Lebih terperinciStudi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching
Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Media Riski Fauziah, I Gusti Ngurah Satriyadi, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciAnalisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling
e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH
BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.1 (2017), ISSN: 2301-8402 7 Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA
BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA 4.. PENANGKAL PETIR DI PT. BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA Sambaran petir terhadap bangunan dapat mengakibatkan
Lebih terperinciARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK
86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP
STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban
Lebih terperinciAnalisis Arus Kegagalan Perisaian terhadap Konfigurasi Kawat Tanah dan Fasa pada Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv
PROCEEDING TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO ITS (213) 1-6 1 Analisis Arus Kegagalan Perisaian terhadap Konfigurasi Kawat Tanah dan Fasa pada Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 5 kv Chyntya Ayuning Palupi
Lebih terperinciOPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.
OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.
Lebih terperinciSeminar TUGAS AKHIR. Fariz Mus abil Hakim LOGO.
Seminar TUGAS AKHIR Fariz Mus abil Hakim 2207 100 010 LOGO www.themegallery.com Studi Keandalan Jaringan Distribusi 20 kv Wilayah Malang dengan Metode Monte Carlo Pembimbing: Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER
SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam penyaluran dan pemanfaatannya. Energi listrik dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk energi
Lebih terperinciLEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI Hal LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tinjauan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam menunjang kehidupan sehari hari. Kebutuhan akan energi listrik tersebut selalu meningkat setiap
Lebih terperinciPENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS
PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBab 4 SALURAN TRANSMISI
Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciVol.3 No1. Januari
Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722
Lebih terperinciPERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota)
PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota) Oleh: Erhaneli*Fandi Febrian** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH
PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 1 STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko, I
Lebih terperinciPENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER
PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER Muhammad Yudi Nugroho *), Mochammad Facta, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata
Lebih terperinciBAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA
BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengamankan manusia dan peralatan siatem tenaga listrik. Sistem pentanahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pentanahan ( grounding) adalah sistem proteksi yang sangat penting dalam instalasi listrik, karena berfungsi membuang arus berlebih kedalam tanah, sehingga dapat mengamankan
Lebih terperinciTUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR
TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang semakin
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA
Sistem Proteksi Penangkal Petir pada Gedung Widya Puraya SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Abdul Syakur, Yuningtyastuti a_syakur@elektro.ft.undip.ac.id, yuningtyastuti@elektro.ft.undip.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2
Lebih terperinciDasman 1), Rudy Harman 2)
PENGARUH TAHANAN KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT AKIBAT SURJA PETIR DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROMAGNETIC TRANSIENTS PROGRAM (EMTP) (GI KILIRIANJAO GI MUARO BUNGO )
Lebih terperinciEVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD
EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi
Lebih terperinciSIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG
SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 10 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG Rindu Putra Ambarita *), Yuningtyastuti, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH
ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH OLEH : SYAIFUDDIN NAJIB D 400 060 049 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa sekarang kebutuhan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan yang pesat ini harus diikuti dengan perbaikan mutu
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)
STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 15 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM) Septian Ahadiatma, I Gusti Ngurah Satriyadi H,ST,MT, Dr.Eng. I Made Yulistya N,ST,M.Sc
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sistem Perlindungan Gardu Induk Sambaran petir pada gardu induk bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan, hal ini akan mengakibatkan proses penyaluran daya
Lebih terperinciDeteksi Lokasi Untuk Gangguan Multi Point Pada Jaring Tiang Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Metode Perambatan Gelombang Sinyal Arus Balik
Paper ID: 108 Deteksi Lokasi Untuk Multi Point Pada Jaring Tiang Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Metode Perambatan Gelombang Sinyal Arus Balik Diah Risqiwati 1), Ardyono Priyadi 2), dan Mauridhi Hery
Lebih terperinciSIMULASI SAMBARAN PETIR LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP KAWAT FASA DENGAN VARIASI TAHANAN PENTANAHAN
SIMULASI SAMBARAN PETIR LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP KAWAT FASA DENGAN VARIASI TAHANAN PENTANAHAN Rindu Putra Ambarita*), Yuningtyastuti, Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciPROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv
JETri, Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 1-8, ISSN 1412-0372 PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv Chairul G. Irianto & Syamsir Abduh Dosen-Dosen Jurusan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :
TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI (STUDI KASUS TRANSMISI 150 KV TITI KUNING-BRASTAGI) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Lebih terperinciStudi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) -5 Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling Agung Yanuar Wirapraja, I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda,
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 25 ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 2 kv di YOGYAKARTA Mursid Sabdullah,
Lebih terperinciSTUDI ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN ATP/EMTP PADA JARINGAN TRANSMISI 150 KV DI SULAWESI SELATAN
STUDI ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN ATP/EMTP PADA JARINGAN TRANSMISI DI SULAWESI SELATAN Franky Dwi Setyaatmoko 2271616 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciBab 3 SALURAN TRANSMISI
Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciBab 3 SALURAN TRANSMISI
Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini
BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan suatu sumber energi yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia di dunia saat ini. Energi listrik dibangkitkan di pusat pembangkit
Lebih terperinciMedia Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN
Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN 1979-7451 ANALISA KONTRUKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV TANPA KAWAT TANAH TERHADAP SAMBARAN INDUKSI PETIR Studi Kasus Di PT PLN ( Persero ) Area Semarang
Lebih terperinciANALISIS UNJUK KERJASALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 500kV 2 SALURAN DAN 4 SALURAN DI SUMATERA
ANALISIS UNJUK KERJASALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 500kV 2 SALURAN DAN 4 SALURAN DI SUMATERA Andi Junaidi Program Studi Magister Tenik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tenaga listrik disuplai ke konsumen melalui sistem tenaga listrik. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan, transmisi, dan
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok
Lebih terperinciStudi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)
Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP) Zainal Abidin *) *) Program Studi Teknik Elektro,
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric
ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric Rahmad Dwi Prima 1, Yul Martin 2, Endah Komalasari 3 Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciKata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI
PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI Ringga Nurhaidi 1), Danial 2), Managam Rajagukguk 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan
SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan
Lebih terperinciSTUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :
STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM : 050422035 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION
Lebih terperinci