Islam, HTMJ Volume 15 no 1; 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

Gambar 1. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi lateral dari snuffbox.

GANGLION KARPAL Maria Juliati Kusumaningtyas Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya GANGLION KARPAL

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

KARYA TULIS ILMIAH POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Oleh: GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

DE QUERVAIN SYNDROME 1. Pendahuluan 2. Anatomi

ABSTRACT. Keywords: Receivable, Sales, Internal Audit. Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

OPINI PENYEBAB DAN PENANGANAN TERAPI MASASE PADA PASIEN CEDERA OTOT TUMIT DI PHYSICAL THERAPY CLINIC

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

J SURAKARTA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

AZIMA AMINA BINTI AYOB

PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotive),

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERIMAAN KELUARGA PENDERITA HIV/AIDS TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN.

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007 TENTANG REKAM MEDIS OLEH : JONATHAN ANGKASA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan

PERBEDAAN EFEK PEREGANGAN AKUT SELAMA 15 DAN 30 DETIK TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI OTOT BICEPS BRACHII. Oleh : RUDY TANUDIN

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

Identifikas Cedera Sepakbola... (Wahyu Irsyad Kamal Faozan) 1

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND, DAN TERAPI LATIHAN

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI KANKER ANTARA PASIEN KANKER DI RSUP HAJI ADAM MALIK DENGAN ORANG AWAM DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG II

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anggota gerak yang sering digunakan dalam aktifitas sehari-hari,

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...

KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE

Upaya Preventif dan Edukatif De Quervain s Syndrome pada Pengguna Smart Phone di Kalangan Remaja

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST OPERASIFRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL DEXTRA DI RST. Dr.SOEDJONO MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI FRAKTUR CAPUT RADIUS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN SCREW

KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN MASA KERJA PADA PEKERJAAN MENCETAK CONE ICE CREAM DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA DE QUERVAIN S TENDONITIS (DQT) DI SIBOLGA (MEDAN) SKRIPSI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION CLOSE FRACTURE METACARPAL V DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X ELECTROMYOGRAPHY IN ERGONOMICS

INTISARI GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH KOTA BANJARMASIN TIMUR TENTANG CARA PENGGUNAAN OBAT TETES MATA

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

KORELASI ANTARA BODY MASS INDEX DENGAN PLANTAR ARCH INDEX LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

IDENTIFIKASI KADAR MALONDIALDEHID PADA MINYAK GORENG CURAH SEBELUM DAN SETELAH PENGGORENGAN IKAN LELE DAN PISANG GORENG

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

2. KLARIFIKASI ISTILAH

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENGGUNAAN JAMU DI WILAYAH KERJA PESKESMAS KAIT-KAIT

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN JENIS PENYAKIT REMATIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN PERIODE JULI 2015 OKTOBER 2015

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI GARAM BERYODIUM PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA GEMBONG KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI

SENAM KEGEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013


HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kedokteran FK Universitas Udayana. 3. Dr. dr. I. W. P. Sutirta Yasa, M.Si, ketua blok Elective Study serta dr.

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DEQUERVAIN SYNDROME MENGGUNAKAN ULTRASOUND, TENS DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KRATON KAB.

ABSTRAK. Kata kunci: Preeklampsia

Transkripsi:

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL www.journal-medical.hangtuah.ac.id Variasi Anatomi Jumlah Tendon Musculus Extensor Antebrachii di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya Yoefan Faishal Islam Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya Email: Faishalyoefan8@gmail.com Abstract Background. Knowledge of anatomy and variations on the dorsum of the hand extensor tendon is important to anatomist, also for the surgeon's. The hand is one of the most frequently injured organ. Contraction of the extensor muscles synergistically together with flexor muscles is important for grasping the different objects in life. Because of that research is needed to minimize errors in surgery. Goal. To determine the number of anatomical variations of the forearm extensor muscles and tendons Method. This research is descriptive quantitative approach that has been carried out in the Laboratory of anatomy Medical Faculty of Hang Surabaya in August 2016. Sampling using purposive sampling with samples from wet mount preparations hand totaling 12 number of cadaveric samples. Results and Conclusion. Variations in the number of musculus extensor digitorum tendon 1 totaling 1 there were 10 (90.9%), numbered to 2 is 1 (9.1%). The number of musculus extensor digitorum tendon 2 totaling 1 there were 10 (83.3%), which numbered to 2 are 2 (16.7%). Number of musculus extensor digitorum tendon 3 totaling 1 is 1 (8.3%), which numbered to 2 are 9 (75%) and numbered to 3 is 2 (16.7%). Number of musculus abductor tendon policis longus (APL) The number 1 there were 11 (91.7%) while totaling 3 is 1 (8.3%). Number of musculus extensor tendon policis brevis (EPB) are all totaling 1. Number musculus extensor tendon policis longus (EPL) numbering 1 there were 11 (91.7%), which numbered to 2 is 1 (8.3%). Variations in the amount of musculus extensor tendon digiti minimi (EDM), which numbered to 1 are 3 (25%), which numbered to 2 are 9 (75%). Where the factor that influence in this research is the age and race 53

Keywords: Tendons of forearm muscles, variation, anatomy, number, descriptive Abstrak Latar Belakang. Pengetahuan tentang anatomi dan variasi pada tendon ekstensor dorsum tangan penting untuk anatomist, juga untuk ahli bedah. Tangan merupakan salah satu organ manusia paling sering terluka. Kontraksi sinergis otot extensor bersama otot flexor penting untuk mencengkram pada objek yang berbeda pada kehidupan. Sehingga diperlukan penelitian otot ekstensor untuk meminimalisir kekeliruan dalam pembedahan Tujuan. Untuk mengetahui variasi anatomi jumlah tendon otot ekstensor lengan bawah. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang telah dilakukan di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya pada bulan agustus 2016. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel seluruh preparat basah tangan yang berjumlah 12 preparat basah.tangan manusia Hasil dan Kesimpulan. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 1 yang berjumlah 1 ada 10 (90,9 %), berjumlah 2 ada 1 (9,1 %).Jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 2 yang berjumlah 1 ada 10 (83,3 %), yang berjumlah 2 ada 2 (16,7 %). Jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 3 yang berjumlah 1 ada 1 (8,3 %), yang berjumlah 2 ada 9 (75 %) dan berjumlah 3 ada 2 (16,7 %). Jumlah tendon musculus abductor policis longus (APL) Yang berjumlah 1 ada 11 (91,7 %) sedangkan yang berjumlah 3 ada 1 (8,3 %). Jumlah tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) seluruhnya berjumlah 1. Jumlah tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) yang berjumlah 1 ada 11 (91,7 %), yang berjumlah 2 ada 1 (8,3 %). Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) yang berjumlah 1 ada 3 (25 %), yang berjumlah 2 ada 9 (75 %). Dimana yang mempengaruhi penelitian ini adalah usia dan ras Kata Kunci: Tendon Ekstensor Lengan Bawah, variasi, anatomi, jumlah, Pendahuluan Tangan adalah salah satu organ pada manusia yang paling sering terluka. Kontraksi sinergis dari otot extensor bersama otot flexor sangat penting untuk mencengkram pada objek yang berbeda pada kehidupan sehari-hari. Pengetahuan khusus tentang anatomi tendon extensor penting untuk memahami konsekuensi pada cedera tendon pada level yang berbeda-beda. Injuri tendon bisa saja dikarenakan oleh trauma external atau 54

rupture spontan seperti pada pasien rheumatoid arthritis dan distal radioulnar joint osteoarthritis (Abdel-Hamid, 2013). Walaupun variasi ekstensor sudah umum, kebanyakan dari itu adalah asimtomatis dan secara tidak sengaja ditemukan pada saat operasi. Studi anatomi dan penemuan klinis pada terapi operatif pada de Quervain s disease menunjukkan angka yang tinggi pada variasi anatomi pada abductor policis longus dan otot ekstensor policis brevis. Adanya variasi ini dapat menyebabkan kegagalan terapi dari de Quervain s disease meskipun telah dilakukan tenosynovectomy (Abdel-Hamid, 2013). Biasanya permukaan dorsal dari tangan tidak disertai dengan adanya pembesaran, ini hanya mengandung tendon dari otot extensor dari tangan. Diantara ligament dorsal carpal dan tulang-tulang carpal terdapat 6 kompartmen yang terbentuk untuk jalan dari tendon tersebut. Ditemukan pada dorsum tangan yang terdiri dari ekstensor policis longus, ekstensor digitorum, ekstensor indicis (ekstensor indicis proprius), dan ekstensor digiti minimi. Ibu jari bekerja secara independen melalui abductor dan ekstensornya sendiri. Sisa dari 4 jari yang lain memiliki ekstensor umum, yaitu otot ekstensor digitorum (ED). Jari telunjuk dan jari kelingking memiliki tambahan ekstensorekstensornya sendiri. Pengaturan yang bervariasi dari otot ekstensor tangan memiliki kepentingan klinis dan memiliki kinematika dari tangan (Arquez, 2015). Pengetahuan tentang anatomi dan variasi pada tendon-tendon ekstensor pada dorsum tangan penting tidak hanya untuk anatomist tapi juga untuk ahli bedah. Penjahitan dari tendon ekstensor pada dorsum tangan atau jari biasanya memberikan hasil yang baik, tidak seperti pada hasil yang secara berkala didapatkan ketika tendon flexor dijahit. Objektif dari studi ini adalah untuk menginvestigasi anatomy dari tendon ekstensor dari jari tangan, eksplorasi juncturae tendinium (Arquez, 2015).. Variasi dari tendon-tendon ekstensor jari, baik proximal dan distal sampai ke ekstensor retinaculum dan mode insersi nya telah diobservasi. Hubungan intertendineus dieksplorasi kemudian data telah didapatkan dan di analisa. Tendon ekstensor policis longus dan brevis ditemukan tunggal, ganda namun bisa juga tidak ada. Insersionya pada phalanx proximal, atau pada ekspansi ekstensor dari kedua phalanx, atau pada phalanx distal dari ibu jari namun jarang. Ekstensor indicis memiliki tendon tunggal pada 55

semua specimen. Ekstensor digitorum tidak memiliki bantalan pada jari, memberikan satu tendon pada telunjuk, dua tendon pada jari tengah dan tiga tendon pada jari manis. Musculus ekstensor digiti minimi sering memiliki dua atau tiga tendon pada distal retinaculum (Arquez, 2015). Epidemiologi dari kejadian variasi anatomi ekstensor tangan pada musculus ekstensor digiti minimi (EDM) pada bagian kiri dan kanan adalah 5:2. Dan lebih banyak terjadi variasi pada wanita dibandingkan dengan pria. (Carlos, 2011). Karena belum ada penelitian tentang ini pada Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya, peneliti tertarik untuk memberikan informasi penting dari Variasi tendon musculus-musculus ekstensor tangan, untuk membantu menilai saat trauma atau penyakit pada tangan dan ketika menentukan tendon untuk diperbaiki atau ditransfer. Metodologi Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif anatomi. Mely G. Tan (1993) mengatakan penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yang menurut Sugiono (2008) merupakan pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Berdasarkan teori yang diungkapkan Sugiono (2008), berarti setiap setiap tendon musculus ekstensor tangan akan diobservasi dan dihitung untuk mengetahui variasi jumlah tendon musculus ekstensor tangan, lalu dianalisis hasil pengukurannya.. Populasi yang terpilih menjadi sampel adalah preparat basah musculus ekstensor dari tangan manusia koleksi Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu: a. Kriteria inklusi: Preparat Basah musculus ekstensor dari tangan manusia koleksi Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah. b. Kriteria eksklusi: Tendon Musculus yang terpotong karena deseksi 56

ataupun penyimpanan yang cukup lama di laboratorium sehingga tendon tidak bisa diidentifikasi Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu sepeerti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2010). Hasil Penelitian 1. Tendon musculus ekstensor digitorum Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 1 yang berjumlah 1 ada 10 (90,9 %) preparat basah sedangkan yang berjumlah 2 ada 1 (9,1 %). Untuk tendon musculus ekstensor digitorum 1 yang dapat dianalisis ada 11 sedangkan satu preparat tidak dapat dianalisis. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 2 yang berjumlah 1 ada 10 (83,3 %) preparat basah sedangkan yang berjumlah 2 ada 2 (16,7 %) variasi jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 3 bervariasi ada yang berjumlah 1, 2 dan 3. Yang berjumlah 1 ada 1 (8,3 %) preparat basah kemudian yang berjumlah 2 ada 9 (75 %) sedangkan yang berjumlah 3 ada 2 (16,7 %) 2. Tendon Musculus abductor policis longus (APL) Variasi jumlah tendon musculus abductor policis longus (APL) memiliki dua variasi yaitu berjumlah 1 dan 3. Yang berjumlah 1 ada 11 (91,7 %) preparat basah sedangkan yang berjumlah 3 ada 1 (8,3 %). 3. Tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) Variasi jumlah tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) seluruhnya berjumlah 1 dan tidak ada variasi lainnya lagi. 57

4. Tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) Variasi jumlah tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) yang berjumlah 1 ada 11 (91,7 %) preparat basah sedangkan yang berjumlah 2 ada 1 (8,3 %) 5. Tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) yang berjumlah 1 ada 3 (25 %) preparat basah sedangkan yang berjumlah 2 ada 9 (75 %) Pembahasan 1. Tendon musculus ekstensor digitorum Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdel-Hamid (2013) dimana pada ekstensor digitorum 1 terdapat 1 tendon sebanyak 96,8 % dan terdapat 2 tendon sebanyak 3,2 %. Sehingga lebih dominan 1 tendon pada Ekstensor digitorum 1. Lalu pada ekstensor digitorum 2 terdapat 1 tendon sebanyak 41,1 %, 2 tendon sebanyak 46,3 % dan 3 tendon sebanyak 12,6 %. Kemudian pada ekstensor digitorum 3 terdapat 1 tendon sebanyak 6,3 %, terdapat 2 tendon sebanyak 36,8 %, dan 3 tendon sebanyak 50,5 % 2. Tendon Musculus abductor policis longus (APL) Penelitian ini terdapat kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Humberto 2015 dimana seluruh specimen memiliki 1 tendon (100 %) 3. Tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Humberto (2015) dimana terdapat 100 % seluruhnya adalah 1 tendon pada Ekstensor Policis Brevis, dan tidak terdapat kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdel-Hamid (2013) dimana pada EPB dengan 1 tendon sebanyak 87,4 %, 2 tendon sebanyak 10,5% dan 2,1% tidak terdapat tendon. Sehingga terjadi dominasi dari 1 tendon pada musculus ekstensor policis brevis. 58

4. Tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) Pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Abdel-Hamid (2013) dimana tendon EPL yang berjumlah 1 sebanyak 67,4 % dan berjumlah 2 sebanyak 32,6 %. Dan pada penelitian Humberto (2015) terdapat 1 tendon dari seluruh specimen pada tendon musculus ekstensor policis longus sehingga dominasi pada musculus ekstensor policis longus adalah 1 tendon. 5. Tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdel- Hamid (2013) dimana pada musculus ekstensor digiti minimi dengan 1 tendon sebanyak 8,4 %, 2 tendon sebanyak 75,8% dan 3 tendon sebanyak 15,8%. Sehingga dapat disimpulkan terdapat dominasu yang sama yaitu 2 tendon pada musculus ekstensor digiti minimi (EDM) 59

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digitorum 1 yang dominan adalah berjumlah 1, yang dominan pada tendon musculus ekstensor digitorum 2 adalah yang berjumlah 1, dan yang dominan pada tendon musculus ekstensor digitorum 3 adalah yang berjumlah 2. 2. Variasi jumlah tendon musculus abductor policis longus (APL) memiliki dua variasi yaitu berjumlah 1 dan 3. Dan yang dominan pada tendon musculus abductor policis longus (APL) adalah yang berjumlah 1. 3. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) seluruhnya berjumlah 1 dan tidak ada variasi lainnya lagi. Dengan hasil ini maka yang dominan pada tendon musculus ekstensor policis brevis (EPB) adalah yang berjumlah 1. 4. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) yang dominan pada tendon musculus ekstensor policis longus (EPL) adalah yang berjumlah 1. 5. Variasi jumlah tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) yang dominan pada tendon musculus ekstensor digiti minimi (EDM) adalah yang berjumlah 2. 60

Daftar Pustaka Abdel-Hamid, G.A. et al., 2013. Anatomical Variations of The Hand Extensors. Folia Morphol, 72(3), pp.249-257. Arquez, Humberto Ferreira., 2015. Cadaveric Study of Anatomical Varriations of The Hand Extensors. Online Journal of Health and Allied Sciences, 14(4). Carlos, Jonathan S. et al., 2011. The Presence of Extensor Digiti Medii Muscle- Anatomical Variant. Journal of Chiropractic Medicine. 10. pp. 100-104 Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta 61