BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang manfaatnya dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Siswa dapat menggunakan konsep IPA untuk mengembangkan sikap ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi ilmu pengetahuan alam, lingkungan teknologi dan masyarakat. Martina (2013:3) menyatakan siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dalam menemukan konsep atau jawaban dari permasalahan yang ada disekitar mereka yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam sehingga informasi yang mereka peroleh tidak hanya berasal dari guru. Siswa dalam mempelajari IPA diharapkan memperoleh pengetahuan baru dan pengalaman sesuai dengan pendapat Eliana, (2014:15) yakni pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam semesta secara ilmiah. Menurut Ingung (2013:2). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang dan masa
mendatang. 2) Mengembangkan kemampuan dan sikap nasionalis, berdaya saing, ekonomis dan menghargai waktu. 3) Meletakkan landasan pemahaman berpikir yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan lebih mendalam. Pentingnya pendidikan IPA bagi siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran IPA disekolah harus dapat mengoptimalkan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas 3 SDN Tegalgondo yang dilakukan pada hari Jum at tanggal 25 November 2016 diketahui dalam pembelajaran IPA siswa kurang aktif karena guru masih mengggunakan pembelajaran ceramah. Siswa kurang diberi kesempatan untuk berpikir kritis dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru, hasil belajar siswa kelas 3 pada mata pelajaran IPA materi perubahan sifat benda masih terdapat beberapa siswa yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kelas 3 mata pelajaran IPA pada materi perubahan sifat benda adalah 70, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari 18 siswa hanya 6 siswa yang mencapai KKM atau 33,3%, dan 12 siswa mencapai KKM atau 66,7%. Melihat dari hasil belajar siswa hanya 6 siswa yang mencapai KKM ini berarti tidak ada 50% siswa yang tuntas. Pembelajaran IPA di SDN Tegalgondo khususnya pada materi perubahan sifat benda masih sangat kurang efektif karena guru
dalam menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran IPA dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Pembelajaran yang dilakukan di kelas 3 SDN Tegalgondo pada mata pelajaran IPA kurang efektif sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA seharusnya membuat siswa lebih aktif dalam menemukan suatu konsep atau jawaban dari permasalahan disekitar mereka dan dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa. Namun, pembelajaran IPA pada kelas 3 di SDN Tegalgondo tidak demikian, peran siswa dalam pembelajaran sangat kecil sekali. Siswa hanya sebagai pendengar dan guru sebagai pemberi informasi, pembelajaran berpusat pada guru semua materi dan informasi disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang demikian menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA rendah, perlunya guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pada mata pelajaran IPA. Model pembelajaran yang digunakan guru harus diubah dari pembelajaran ceramah menjadi model inkuiri agar dapat mencapai tujuan pembelajaran IPA serta menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan siswa tidak mudah merasa bosan dalam pembelajaran karena siswa tidak hanya menjadi pendengar dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah namun siswa juga menemukan konsep, dan memecahkan masalah yang sesuai dengan materi
pelajaran IPA yang dipelajari sehingga dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa. Perlunya guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dapat mengaktifkan siswa di dalam pembelajaran dan memberikan aktivitas kepada siswa sehingga rasa ingin tahu siswa kepada materi muncul dengan situasi pembelajaran yang tidak lagi hanya mendengarkan guru memberikan dampak terhadap nilai siswa untuk lebih baik lagi karena siswa mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai materi yang dipelajari. Hadijah (2015:86) menyimpulkan model pembelajaran inkuiri merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarakan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Kemudian menurut Samsinar (2015:57) yakni model inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui berpikir secara sistematis. Model inkuiri merupakan pola pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui proses pencarian dan penemuan. Menurut Uno.B. dan Mohamad (2013:32) perlunya penggunaan model pembelajaran inkuiri pada pelajaran IPA karena proses pembelajaran pada hakikatnya adalah (a) berpusat pada siswa artinya siswa yang harus memproses pengetahuan dan berperan aktif mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya, (b) dapat membentuk konsep diri
positif, karena siswa dilatih untuk bersifat terbuka, sabar, dan kreatif dalam proses perolehan pengalaman dan pengetahuan, (c) dapat meningkatkan derajat pengharapan siswa, karena melalui pengalaman penelitian yang secara mandiri, (d) dapat mencegah terjadinya verbalisme, mengingat pendekatan ini menekankan pada penemuan sendiri, dan (e) memungkinkan siswa sebagai subyek belajar, yaitu dapat mensimulasikan dan mengakomodasikan informasi mental seperti tindakan belajar yang sebenarnya. Menurut Asaarani (2014:2) pembelajaran IPA hendaknya siswa dibawa ke dalam situasi yang nyata, siswa melihat dan membuktikan sendiri, siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri berdasarkan fakta yang ada dan memperoleh pengalaman konkret. Pembelajaran IPA dapat maksimal dalam pelaksanaannya dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Diantara model pembelajaran inkuiri yang lebih sesuai untuk siswa sekolah dasar adalah inkuiri terbimbing dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk menarik kesimpulan. Memanfaatkan lingkungan sekitar menjadikan pembelajaran lebih menarik. Siswa dapat melakukan kegiatan mengamati secara langsung segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, siswa akan lebih mengenal lingkungan sekitar mereka dan menumbuhkan sikap peduli terhadap
lingkungan. Misalnya dengan menggunakan energi angin untuk melakukan percobaan secara langsung mengenai penerapan perubahan energi angin menjadi energi gerak sehingga dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing menurut Nur (2015:128) menyimpulan pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru dapat membuat rencana pembelajaran atau langkahlangkah percobaan. Selain itu juga menurut pendapat Hartono (2013:2) penerapan metode inkuiri akan membantu siswa lebih mudah dan terfokus untuk memahami suatu materi pokok dan melatih siswa agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya. Proses-proses Inquiry adalah menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis, mensintesis pengetahuan, dan mengembangkan beberapa sikap ilmiah. Jadi, model Inquiry lebih menekankan pada pencarian pengetahuan dari pada perolehan pengetahuan. Model inkuiri ini sangat membantu guru maupun siswa di dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti pendidikan untuk mendukung penelitian tindakan kelas seperti yang dilakukan oleh Sarni Djasa, dkk dengan fokus penelitian peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan inquiri tentang perubahan sifat benda
dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SDN Siniu yang dilakukan pada tahun 2015. Diketahui penelitian ini berhasil meningkatan hasil belajar siswa kelas 4 pada pelajaran IPA dengan indikasi peningkatan pada tindakan siklus I tingkat penguasaan mencapai 61,5%, kemudian pada tindakan siklus II tingkat penguasaan mencapai 75% untuk materi sifat benda, sedangkan pada tindakan siklus III tingkat penguasaan mencapai 81,5% untuk materi macam-macam perubahan sifat benda. Penelitian dengan pendekatan yang sama juga dilakukan oleh Syarifah Hadijah,dkk dengan fokus penelitian meningkatkan hasil belajar ipa melalui model inquiri pada siswa kelas 4 SD inpres 1 Ongka pada materi bagian-bagian rangka manusia yang dilakukan pada tahun 2015. Penerapan metode inkuiri menunjukan perubahan hasil belajar dari sebelum penerapan metode inkuiri dengan hasil belajar dengan menerapkan metode inkuiri, dilihat dari hasil tes awal dimana menunjukkan ketuntasan belajar klasikalnya 40,62% ini berarti ketuntasan belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. Setelah penerapan metode inquiri dilaksanakan dalam dua siklus ketuntasan belajar klasikal 90,62% ini berarti ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan metode inquiri dari siklus I ke siklus II. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan pada model pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada mata pelajaran IPA kelas 4 namun berbeda materi. Penelitian yang dilakukan Sarni Djasa, dkk menerapkan model inkuiri pada materi perubahan sifat benda dan penelitian yang dilakukan Syarifah Hadijah,dkk menerapkan model inkuiri pada materi bagian-bagian rangka manusia. Penerapan model inkuiri pada dua
penelitian terdahulu tersebut memperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Melihat permasalahan di SDN Tegalgondo serta penelitian terdahulu mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri yang menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Peneliti ingin menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Oleh karena itu maka tepat jika peneliti mengangkat judul Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Bagi guru, untuk memberikan masukan kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. c. Bagi sekolah, untuk memberikan masukan positif tentang penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam pembelajaran IPA kelas 3 materi penerapan energi gerak. E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian difokuskan pada model pembelajaran yang digunakan yakni model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas 3 di SDN Tegalgondo Kabupaten Malang. 3. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada mata pelajaran IPA.
4. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada peningkatan hasil belajar aspek kognitif. F. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing Model inkuiri terbimbing merupakan pola pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui proses pencarian dan penemuan. Guru menyediakan permasalahan dan memantau aktivitas siswa dan siswa melakukan penyelidikan dan menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. 2. Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah proses penyampaian materi pelajaran tentang gejala-gejala alam melalui metode ilmiah serta memerlukan sikap ilmiah. 3. Hasil belajar Hasil belajar adalah prestasi, kemampuan serta ketrampilan yang didapat setelah melakukan pembelajaran serta dapat menerapkan pengetahuan tersebut pada kehidupan sehari-hari. Tercapaianya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar, hasil belajar digunakan sebagai dasar untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam suatu pembelajaran