TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

MONITORING DAN EVALUASI PENEMPATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TENAGA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DI KABUPATEN LANGKAT

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

MONITORING DAN EVALUASI PENEMPATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TENAGA PPL DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH: ADIL TRIANI DAELY

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Pelalawan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN JAKARTA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi PPL Sampel di Kecamatan Secanggang, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian Tahun 2008

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN (LAKU)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia. Secara umum pembangunan kesejahteraan sosial diutamakan pada

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL. Dokumen 003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

Renstra BKP5K Tahun

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan nonformal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Senagai pendidikan nonformal, penyuluhan pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada dan pada waktu yang sama dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usaha tani dalam meningkatkan standar hidup mereka (Suhardiyono, 1992 : 251). Penyuluh Pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan (Departemen Pertanian, 2008 : 5). Seorang penyuluh membantu para petani di dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran, antara lain penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator dan dinamisator, pelatih dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian di bidang pertanian. Para penyuluh juga berperan sebagai agen pembaruan yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono, 1992 : 27).

Penempatan PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki dua orang PPL yang menguasai bidang pertanian, perkebunan, petenakan dan perikanan. Seorang penyuluh pertanian dikatakan professional jika ia memenuhi 4 (empat) persyaratan yaitu: a. Kemampuan komunikasi, dalam hal ini seorang penyuluh tidak hanya memiliki kemampuan, memilih inovasi, memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang efektif dan efisisen tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya. b. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya. c. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilainilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis d. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000. vol.12: 6). Adapun yang menjadi tugas-tugas para penyuluh pertanian di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani. 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.

3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian 4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya 5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya 6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian. 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi. 8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumut, 1994 : 23). Landasan Teori Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara berkala melalui metode yang tepat. Pada hakekatnya evaluasi diyakini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas operasional suatu program dan berkontribusi penting dalam memandu pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Dengan menyusun, mendesain evaluasi yang baik dan menganalisis hasilnya dengan tajam, kegiatan evaluasi dapat memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program, layanan,

kekuatan dan kelemahan yang ada, efektifitas biaya dan arah produktif potensial masa depan (Riset Unggulan Terpadu, 2008: 5). Kegiatan Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan diharapkan menghasilkan keluaran sebagai berikut : 1. Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan tahun sebelumnya, baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai 2. Teridentifikasinya permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dan tindak pemecahan masalah yang dilakukan 3. Terlaksananya pencegahan secara dini kemungkinan terjadinya penyimpangan lebih lanjut berdasarkan indikasi permasalahan yang ada 4. Tersedianya umpan balik sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa yang akan datang; 5. Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan) 6. Terbangunnya sikap mental aparat yang transparan (Departemen Pertanian 2008 : 8-9) Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh menurut Rogers (1983) paling tidak ada tiga (3) hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh: 1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya.

2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara antara sumbersumber inovasi dengan pemerintah (lembaga penyuluhan), swasta(petani maju, produsen dll) dan masyarakat sasarannya. 3. Kemauan dan kemampuan penyuluh menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah (lembaga penyuluhan) dan masyarakat sasarannya (Ekstensia.2000, vol.12 : 8). Masalah utama dalam evaluasi adalah bahwa agen penyuluhan sering melihatnya sebagai suatu ancaman, terutama jika mereka kurang percaya diri atau tidak yakin akan penilaian atasannya terhadap tugas mereka. Ini dapat menjadi masalah yang gawat terutama pada budaya dimana kritik bisa menyebabkan kehilangan muka dan tidak bisa dilihat sebagai cara yang positif untuk membantu agen penyuluhan memperbaiki tugasnya. Oleh karena itu penting bagi agen penyuluhan yang baik seharusnya tidak ragu-ragu terhadap penilaian tugasnya, dan berbicara dengan penuh keyakinan (Van den ban dan Hawskins, 1998: 241). Kerangka Pemikiran Penyuluh pertanian kaitannya dengan pelaksanaan tugas dalam pembangunan pertanian seringkali diungkapkan sebagai ujung tombak. Hal ini berarti ujung tombaklah yang harus membawa dan menggerakkan bagian-bagian lainnya kearah sasaran penyuluhan. Oleh karena itu kemampuan para penyuluh pertanian menjadi sangat penting dalam membuka sasaran agar seluruh batang dari tombak turut mengena sasaran.

Penempatan tugas PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki satu orang PPL yang menguasai bidang pertanian. Dalam pelaksanaan tugas PPL terdapat beberapa tugas pokok diantaranya yaitu, mengidentifikasikan masalah, mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi petani untuk mendapatkan saprodi, kredit dan alat-alat pertanian, meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Dalam menjalankan tugasnya, PPL tentunya sering menemui berbagai kendala-kendala di lapangan misalnya kurangnya tersedia materi penyuluhan, metode yang dugunakan kurang tepat, alat peraga penyuluhan yang tidak lengkap serta tofografi lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah pelaksanaan tugas tenaga PPL. Pelaksanaan tugas yang telah dilakukan PPL harus dievaluasi untuk melihat apakan PPL tersebut masih efektif dalam melaksanakan tugasnya dan sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk melihat apakah tugas pokok yang telah dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok tersebut. Evaluasi pelaksanaan tugas tenaga PPL adalah kegiatan untuk mengukur dan menilai proses pelaksanaan penyuluhan pertanian yang merupakan penjabaran dari tugas pokok penyuluh pertanian Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk menemukan bukti apakah PPL dapat meraih hasil sesuai dengan yang direncanakan dan memberi keyakinan

apakah kegiatan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kriteria yang dapat dipercaya. Dengan demikian, penyuluh pertanian akan menerapkan cara-cara berpikir yang lebih objektif dan sistematik mengenai pekerjaan dan hasil kerjanya..

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Upaya Penyuluhan Pertanian P P L Penempatan Tugas Tugas Pokok Penyuluh Pertanian 1. Mengidentifikasikan masalah 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya sebagai bahan dasar dalam penetapan materi 3. Membantu menyusun programa penyuluhan 4. Menggali dan mengembangkan sumber daya 5. Mengembangkan swawadaya dan swakarsa petani 6. Menyediakan sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani 8. Menyusun laporan secara periodik 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP Masalah Pelaksanaan Tugas Monitoring Evaluasi Rendah Sedang Tinggi Keterangan : = Menyatakan Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran