TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan nonformal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Senagai pendidikan nonformal, penyuluhan pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada dan pada waktu yang sama dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usaha tani dalam meningkatkan standar hidup mereka (Suhardiyono, 1992 : 251). Penyuluh Pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan (Departemen Pertanian, 2008 : 5). Seorang penyuluh membantu para petani di dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran, antara lain penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator dan dinamisator, pelatih dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian di bidang pertanian. Para penyuluh juga berperan sebagai agen pembaruan yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono, 1992 : 27).
Penempatan PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki dua orang PPL yang menguasai bidang pertanian, perkebunan, petenakan dan perikanan. Seorang penyuluh pertanian dikatakan professional jika ia memenuhi 4 (empat) persyaratan yaitu: a. Kemampuan komunikasi, dalam hal ini seorang penyuluh tidak hanya memiliki kemampuan, memilih inovasi, memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang efektif dan efisisen tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya. b. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya. c. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilainilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis d. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Ekstensia, 2000. vol.12: 6). Adapun yang menjadi tugas-tugas para penyuluh pertanian di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani. 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.
3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian 4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya 5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya 6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian. 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi. 8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumut, 1994 : 23). Landasan Teori Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara berkala melalui metode yang tepat. Pada hakekatnya evaluasi diyakini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas operasional suatu program dan berkontribusi penting dalam memandu pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Dengan menyusun, mendesain evaluasi yang baik dan menganalisis hasilnya dengan tajam, kegiatan evaluasi dapat memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program, layanan,
kekuatan dan kelemahan yang ada, efektifitas biaya dan arah produktif potensial masa depan (Riset Unggulan Terpadu, 2008: 5). Kegiatan Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan diharapkan menghasilkan keluaran sebagai berikut : 1. Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan tahun sebelumnya, baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai 2. Teridentifikasinya permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dan tindak pemecahan masalah yang dilakukan 3. Terlaksananya pencegahan secara dini kemungkinan terjadinya penyimpangan lebih lanjut berdasarkan indikasi permasalahan yang ada 4. Tersedianya umpan balik sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa yang akan datang; 5. Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan) 6. Terbangunnya sikap mental aparat yang transparan (Departemen Pertanian 2008 : 8-9) Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh menurut Rogers (1983) paling tidak ada tiga (3) hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh: 1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat) dengan masyarakat sasarannya.
2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara antara sumbersumber inovasi dengan pemerintah (lembaga penyuluhan), swasta(petani maju, produsen dll) dan masyarakat sasarannya. 3. Kemauan dan kemampuan penyuluh menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah (lembaga penyuluhan) dan masyarakat sasarannya (Ekstensia.2000, vol.12 : 8). Masalah utama dalam evaluasi adalah bahwa agen penyuluhan sering melihatnya sebagai suatu ancaman, terutama jika mereka kurang percaya diri atau tidak yakin akan penilaian atasannya terhadap tugas mereka. Ini dapat menjadi masalah yang gawat terutama pada budaya dimana kritik bisa menyebabkan kehilangan muka dan tidak bisa dilihat sebagai cara yang positif untuk membantu agen penyuluhan memperbaiki tugasnya. Oleh karena itu penting bagi agen penyuluhan yang baik seharusnya tidak ragu-ragu terhadap penilaian tugasnya, dan berbicara dengan penuh keyakinan (Van den ban dan Hawskins, 1998: 241). Kerangka Pemikiran Penyuluh pertanian kaitannya dengan pelaksanaan tugas dalam pembangunan pertanian seringkali diungkapkan sebagai ujung tombak. Hal ini berarti ujung tombaklah yang harus membawa dan menggerakkan bagian-bagian lainnya kearah sasaran penyuluhan. Oleh karena itu kemampuan para penyuluh pertanian menjadi sangat penting dalam membuka sasaran agar seluruh batang dari tombak turut mengena sasaran.
Penempatan tugas PPL disesuaikan dengan kebutuhan atau sektor prioritas yang dikembangkan pada tiap desa, atau minimal tiap desa memiliki satu orang PPL yang menguasai bidang pertanian. Dalam pelaksanaan tugas PPL terdapat beberapa tugas pokok diantaranya yaitu, mengidentifikasikan masalah, mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi petani untuk mendapatkan saprodi, kredit dan alat-alat pertanian, meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Dalam menjalankan tugasnya, PPL tentunya sering menemui berbagai kendala-kendala di lapangan misalnya kurangnya tersedia materi penyuluhan, metode yang dugunakan kurang tepat, alat peraga penyuluhan yang tidak lengkap serta tofografi lokasi yang sangat sulit untuk dijangkau. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah pelaksanaan tugas tenaga PPL. Pelaksanaan tugas yang telah dilakukan PPL harus dievaluasi untuk melihat apakan PPL tersebut masih efektif dalam melaksanakan tugasnya dan sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk melihat apakah tugas pokok yang telah dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok tersebut. Evaluasi pelaksanaan tugas tenaga PPL adalah kegiatan untuk mengukur dan menilai proses pelaksanaan penyuluhan pertanian yang merupakan penjabaran dari tugas pokok penyuluh pertanian Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk menemukan bukti apakah PPL dapat meraih hasil sesuai dengan yang direncanakan dan memberi keyakinan
apakah kegiatan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kriteria yang dapat dipercaya. Dengan demikian, penyuluh pertanian akan menerapkan cara-cara berpikir yang lebih objektif dan sistematik mengenai pekerjaan dan hasil kerjanya..
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Upaya Penyuluhan Pertanian P P L Penempatan Tugas Tugas Pokok Penyuluh Pertanian 1. Mengidentifikasikan masalah 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya sebagai bahan dasar dalam penetapan materi 3. Membantu menyusun programa penyuluhan 4. Menggali dan mengembangkan sumber daya 5. Mengembangkan swawadaya dan swakarsa petani 6. Menyediakan sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian 7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani 8. Menyusun laporan secara periodik 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP Masalah Pelaksanaan Tugas Monitoring Evaluasi Rendah Sedang Tinggi Keterangan : = Menyatakan Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran