1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi penangkapan ikan, ekspor hasil perikanan, jumlah perahu atau kapal ikan yang beroperasi, nelayan atau tenaga kerja yang terserap, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) 2005, selama periode 2001 2004 produksi perikanan laut meningkat 4,36% per tahun, volume ekspor meningkat 25,04%, dan jumlah nelayan laut berkurang 2,81%. Pada kurun waktu tersebut PNBP juga meningkat mencapai US$ 2,14 milliar (DJPT 2005). Jika dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun, pelaksanaan pembangunan perikanan yang dilaksanakan selama ini secara keseluruhan telah menunjukkan hasil yang nyata dan menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan terarahnya usaha peningkatan produksi dari perikanan tangkap, yang telah meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor perikanan, pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, serta dukungan bagi pembangunan industri serta menunjang pembangunan daerah. Untuk memanfaatkan sumber daya perikanan di suatu perairan digunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan yang biasanya telah dikembangkan oleh nelayan sendiri, maupun pemerintah dan lembaga peneliti selaku unsur pembina berdasarkan pertimbangan kondisi perairan, habitat dan tingkah laku ikan. Akan tetapi tidak sedikit dari alat tangkap tersebut telah menimbulkan berbagai problem baik sosial, lingkungan maupun sumber daya hayatinya. Karena itu penentuan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan yang sesuai prinsip konservasi dan daya dukung lingkungan sangat diperlukan agar diperoleh alat tangkap yang tepat guna di suatu wilayah, terutama di kawasan perairan yang menganut konsep konservasi dan keberlanjutan seperti taman nasional. Kepulauan Karimunjawa terletak di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah. Daerah ini sangat berbeda dengan daerah yang lainnya. Kepulauan Karimunjawa dipisahkan oleh Laut Jawa dari Pulau Jawa, dan merupakan suatu kelompok pulau-pulau kecil yang berjumlah 27 pulau. Walaupun merupakan pulau-pulau kecil dan terpisah oleh lautan, Karimunjawa memiliki potensi perikanan yang besar, hal ini terlihat dari produksi perikanan pada tahun 2005
2 sebesar 92.022 kg, di mana produksi ini masih berada di bawah nilai potensi lestari Karimunjawa yaitu sebesar 167.734,45 kg (PPP Karimunjawa 2006). Jenis komoditas perikanan yang ada di Karimunjawa diantaranya ikan karang seperti: kerapu (Ephinephelus sp), lemak (Cheilinus undulatus), dan ekor kuning (Caesio eritrogaster); ikan pelagis seperti: layang (Decapterus sp), kembung (Rastrelliger spp), lemuru (Sardinella sp), teri (Stelophorus sp), tongkol (Euthynnus affinis), tenggiri (Scomberomorus sp); ikan yang lain seperti: sunuk atau sejenis lemak (Plectropomus sp) dan cumi-cumi (Loligo sp) (BTNKJ 2001). Komposisi alat tangkap yang ada pada tahun 2005 adalah jaring insang sebanyak 384 unit, pancing tonda sebanyak 612 unit, bubu sebanyak 2.128 unit, bagan apung sebanyak 114 unit, muroami sebanyak 38 unit, dan alat tangkap lain sebanyak 3 unit. Sedangkan komposisi armada penangkapan ikan pada tahun 2005, jumlah kapal motor sebanyak 855 buah, motor tempel sebanyak 130 buah, dan perahu layar sebanyak 10 buah (PPP Karimunjawa 2006). Sebagian besar masyarakat Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan, di mana hampir 60,25% dari jumlah penduduknya adalah nelayan. Pada tahun 2005 jumlah nelayan mencapai 2.923 orang, yang terdiri dari juragan sebanyak 299 orang, dan pandega sebanyak 2.624 orang. Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara, Kecamatan Karimunjawa memiliki jumlah nelayan terbesar, yaitu pada tahun 2004 sebanyak 2.945 orang dari total nelayan seluruhnya sebanyak 12.382 orang. Nelayan di Kepulauan Karimunjawa dari tahun ke tahun sudah banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam penggunaan mesin kapal yaitu dari perahu tak bermesin (perahu layar) ke perahu bermesin tempel atau perahu motor. Sekarang ini di Karimunjawa telah banyak nelayan yang menggunakan perahu atau kapal motor untuk melakukan aktivitas penangkapan (PPP Karimunjawa 2006). Wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa telah ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999, yang berdasarkan SK Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA) No. 79/IV/set-3/2005 dibagi menjadi 7 zona yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona pemukiman, zona rehabilitasi, zona budidaya, dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Dari ketujuh zona tersebut yang terbuka untuk usaha penangkapan ikan adalah zona pemanfaatan perikanan tradisional, selebihnya merupakan wilayah yang hanya dipergunakan untuk upaya atau kegiatan konservasi dalam usaha pelestarian
3 alam. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa jumlah penduduk yang menjadi nelayan mencapai lebih dari 60,25%, sementara zona untuk usaha penangkapan ikan hanya terbatas pada zona pemanfaatan perikanan tradisional. Hal ini merupakan salah satu titik penekanan dari penelitian ini, yaitu bagaimana kondisi zona yang ada dan menyelaraskan atau memadukan kepentingan perikanan tangkap yang dilakukan oleh mayoritas penduduk di lokasi Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) yang menganut aspek konservasi. Kawasan Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu taman nasional laut yang ada di Indonesia. Kawasan Karimunjawa memiliki perwakilan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan kekayaan habitat berbagai jenis biota laut. Tidak hanya itu, keragaman etnis yang tinggal di beberapa pulau dan sosio kultural masyarakat semakin menambah uniknya kawasan Kepulauan Karimunjawa. Berbagai suku bangsa seperti: Jawa, Bugis, Madura, dan Bajau banyak dijumpai di Karimunjawa dan mereka sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Sebagai sebuah kawasan konservasi tentu berlaku sistem zonasi yang dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi aktivitas pemanfaatan secara sosial dan ekonomi serta proses konservasi. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang pengembangan perikanan tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jawa Tengah penting dilakukan untuk mengembangkan dan memanfaatkan perikanan tangkap dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata di Karimunjawa. Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam penentuan kebijakan dalam rangka pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa untuk masa yang akan datang. 1.2 Perumusan Masalah Kepulauan Karimunjawa diresmikan sebagai kawasan konservasi dan wisata bahari pada tahun 1998 di bawah naungan Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). Peresmian ini secara yuridis tidak mengganggu usaha eksploitasi sumber daya ikan (SDI) di perairan Karimunjawa, namun secara teknis terjadi persaingan antar upaya eksploitasi SDI, yang sampai saat ini kurang ramah lingkungan dengan upaya pengembangan pariwisata bahari dan keberadaan TNKJ sebagai daerah konservasi yang mutlak membutuhkan daya dukung lingkungan.
4 Kawasan TNKJ dibagi menjadi tujuh zona berdasarkan SK Dirjen PHKA No. 79/IV/set-3/2005, yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona pemukiman, zona rehabilitasi, zona budidaya, dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Dari ketujuh zona tersebut hanya zona pemanfaatan perikanan tradisional yang terbuka dan dapat digunakan untuk usaha pemanfaatan perikanan tangkap. Karimunjawa merupakan salah satu pusat perikanan yang diandalkan di Jawa Tengah, dengan sebagian besar penduduk (60,25%) berprofesi sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya perikanan, sehingga diperlukan upaya penyelarasan kepentingan kegiatan perikanan tangkap dengan kondisi lokasi Karimunjawa sebagai taman nasional yang lebih mengutamakan aspek konservasi. Selain itu, beragamnya masyarakat yang ada di Karimunjawa sehingga memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai lingkungan yang mereka tinggali. Di sisi lain keragaman budaya dan sumber daya yang dimiliki oleh Karimunjawa dapat menjadi daya tarik bagi pihak lain untuk menikmati dan memanfaatkan keindahan alam dan budaya bahari yang ada. Namun di sisi lain menimbulkan kompleksitas keterkaitan dalam mengembangkannya. Untuk itu perlu dievaluasi sistem zonasi yang berlaku di Karimunjawa agar tidak terjadi konflik antar pengelola zonasi, dan juga mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan yang ada di masing-masing zona, sehingga terjadi keterpaduan kegiatan antar zona yang dapat mendukung perkembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Sehingga pada akhirnya dapat terwujud keterpaduan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan di Karimunjawa dengan tetap mempertahankan aspek konservasi dan fungsi sumber daya perikanan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengevaluasi sistem zonasi yang ada di Karimunjawa. 2. Menyusun prioritas pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: (1) Kontribusi pemikiran dalam pengembangan dan aplikasi metode penelitian dalam bidang perikanan tangkap di suatu kawasan taman nasional.
5 (2) Kontribusi pemikiran bagi pengelola TNKJ dalam menyusun keputusan dan kebijakan untuk pengelolaan TNKJ terkait dengan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang tepat guna. (3) Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditindaklanjuti sebagai dasar dalam penelitian yang terkait dengan penyusunan perangkat lunak atau software untuk sistem penunjang keputusan dalam pemanfaatan perikanan tangkap di kawasan taman nasional. (4) Sumber informasi untuk penelitian evaluasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan suatu wilayah perairan yang menganut prinsip konservasi. 1.5 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya sistem zonasi yang menganut azas keterpaduan memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. 1.6 Kerangka Pemikiran Wilayah Kepulauan Karimunjawa selain potensial akan sumber daya perikanan, juga memiliki potensi pariwisata air yang begitu indah, dari keadaan pantai yang masih alamiah, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan cagar alam. Sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 78/Kpts-II/1999 bahwa wilayah perairan Kepulauan Karimunjawa ditetapkan menjadi taman nasional, yang berdasarkan SK Dirjen PHKA No. 79/IV/set-3/2005 dibagi menjadi 7 zona, yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona pemukiman, zona rehabilitasi, zona budidaya, dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah merupakan wilayah taman nasional di mana berbagai kegiatan berlangsung di wilayah tersebut, baik kegiatan konservasi maupun kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan. Salah satu kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dilakukan dengan cara penangkapan ikan. Kegiatan penangkapan ikan dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan nelayan dan pendapatan asli daerah (PAD), tetapi dapat juga memberikan tekanan terhadap kerusakan habitat lingkungan perairan dan konflik antar nelayan, jika dilakukan dengan metode dan alat yang tidak tepat dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan seleksi terhadap alat tangkap ikan yang ada untuk menentukan alat tangkap yang ideal untuk dikembangkan,
6 dan seleksi terhadap komoditas ikan unggulan yang dapat dikembangkan untuk menunjang perekonomian masyarakat nelayan dan peningkatan PAD. Berdasarkan uraian diatas, maka bagaimana cara untuk mengatasi hal tersebut, bagaimana cara merencanakan pengembangan perikanan tangkap Karimunjawa ke depan agar tidak lagi terjadi persaingan dan konflik antar nelayan serta mampu mengembangkan sektor pariwisata yang ada dengan tetap mempertahankan aspek konservasi dan keberlanjutan sumber daya. Dengan demikian, Kepulauan Karimunjawa dapat berfungsi dengan baik dan sesuai harapan, yaitu sebagai daerah penangkapan perikanan dan daerah konservasi. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa agar dapat berhasil guna secara optimal. Pengembangan usaha perikanan tangkap merupakan suatu proses atau aktivitas manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan tangkap dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan sebagai pihak yang secara langsung berperan dalam perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup nelayan antara lain dengan meningkatkan produksi hasil tangkapan dengan cara mengusahakan unit penangkapan yang produktif, efisien dan sesuai dengan kondisi wilayah setempat, serta tidak merusak kelestarian sumber daya perikanan yang ada. Kegiatan pengembangan perikanan tangkap meliputi pengembangan komoditas unggulan dan potensial, pengembangan teknologi penangkapan ikan yang efektif dan efisien, kelayakan usaha dari kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan, dan penyusunan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Kepulauan Karimunjawa. Evaluasi sistem zonasi dan identifikasi keterpaduan kegiatan antar zona yang ada dilakukan dengan metode deskriptif; pemilihan komoditas perikanan unggulan dan alat tangkap ideal yang menunjang perkembangan pariwisata bahari dirumuskan berdasarkan metode independent preference evaluation (IPE) dalam kaidah fuzzy group decision making (FGDM), di mana pembobotan terhadap masing-masing kriteria dilakukan dengan menggunakan metode ordered weighted averaging (OWA); untuk mengetahui kelayakan usaha dari kegiatan penangkapan ikan digunakan analisis finansial dengan kriteria net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), dan internal rate of return (IRR); dan untuk memilih alternatif prioritas pengembangan perikanan tangkap digunakan metode fuzzy analytical hierarchy process (fuzzy AHP).