BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Oleh: SUSI SUGIARTI NIM

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika

Universitas Sumatera Utara

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

Norma Pemeliharaan + (B)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR. Oleh ELISABETH RICCA SULISTYANI NIM.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA HASIL CRACKED MIXTURE pada ALAT PEMECAH BIJI (RIPPLE MILL) KELAPA SAWIT KAPASITAS 250 KG/JAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT. SASANA YUDHA BHAKTI SATRIA OIL MILL DAN KERNEL CRUSHING PLANT DESA GUNUNG SARI KEC

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. TELEN PENGADAN BAAY MILL, KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI, KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 3. Mutu produksi, misalnya: Asam Lemak Bebas (ALB) minyak sawit. maksimum 3,5 %, kadar air inti sawit maksimum 7% dan lainnya.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Universitas Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Tanaman kelapa sawit, yang memiliki arti penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : 25 ton (10 2,5 ton TBS)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

I.PENDAHULUAN. dan sebagian besar masyarakatnya hidup dengan cara bertani. Akan tetapi

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. WARU KALTIM PLANTATION KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia.

PENGGUNAAN DOUBLE DECK BUNCH CRUSHER

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kemudian diperkenalkan dibagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STASIUN REBUSAN (STERILIZER)

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

1. Bagian Utama Boiler

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel). Peroses pengolahan kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit CPO terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 2.1.1 Jembatan Timbang Pada PKS, jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Perinsip kerja dari jembatan truk yang melewati jembatan timbang tidak berhenti, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan berat akhir adalah berat TBS yang diterima oleh pabrik. 2.1.2 Penyortiran Kualitas buah yang diterima oleh pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara (Loading Ramp) dan selanjutnya diteruskan menuju stasiun perebusan (Sterilizer). 2.1.3 Perebusan (Sterilizer) Lori yang telah diisi TBS dimasukkan kedalam serilizer dengam menggunakan hydrolic. Tujuan perebusan : 1. Mengurangi peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB). 2. Mempermudah proses pembrondolan pada Threser. 4

3. Menurunkan kadar air. 4. Melunakkan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji Bila poin dua tercapai secara efektif, maka semua poin yang lain akan tercapai juga. Pada Sterilizer dilapisi glasswool berfungsi untuk meminimalisir panas yang keluar, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air kondensat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang. 2.1.4 Penebah (Station Thresher) a. Tippler Fungsi dari Tippler adalah untuk menuangkan isi lori ke bunch feeder (hopper). Dimana lori yang dituang tersebut berisi Tandan Buah Rebus (TBR). b. Threser Fungsi dari Threser adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor lalu dikirim menuju empty bunch hopper. 2.1.5 Pengempaan (Pressing Press) Proses Kempa adalah dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari : a. Digaster Setelah buah dipisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digaster dengan cara masuk ke Under Threser Conveyor yang berfungsi untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke Distribusi Conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digaster. Didalam Digaster tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang 5

terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press. Fungsi Digaster : 1. Melumatkan daging buah. 2. Memisahkan daging buah dengan biji. 3. Mempersiapkan Feeding Press. 4. Mempermudah proses di Press. b. Screw Press Fungsi dari Screw Press adalah untuk memisahkan minyak denngan ampas berondolan yang telah dilumatkan di digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah-buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisaupisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa (Twin Screw Press). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang-lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifikasi, sedangkan ampas dan nut masuk ke stasiun kernel. 2.1.6 Pemurnian Minyak (Clarification Station ) Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar/ Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut : a. Sand Trap Tank (Tangki Pemisah Pasir) Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada Sand Trap Tank mencapai 95 C. 6

b. Vibro Separator/ Vibrating Screen Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemurnian minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran-getaran pada Vibro Separator melalui penyetelan pada bantul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif. c. Continious Setling Tank (CST) Fungsi dari CST adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran/ Non Oil Solid (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak berat dengan jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Skimmer dalam CST befungsi untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge. Temperatur yang cukup (95 C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam CST dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. d. Oil Tank Fungsi Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Oil Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95 C. e. Oil Purifier Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95 C. 7

f. Vacuum Dryer Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disemburkan kedalam bejana melalui Noozel. Suatu jalur sirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bila ketinggian permukaan minyak menurun dan pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana. g. Sludge Tank Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge separator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yaitu 95 C. h. Sand Cyclone/ Pre-Cleaner Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya. i. Brush Strainer (Saringan Berputar) Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge sehingga tidak menganggu kerja Sludge Separator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar. j. Sludge Separator Fungsi dari Sludge Separator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam Sludge dengan cara sentrifugal. Dengan cara sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut ruang tangki pisah. 8

k. Storage Tank Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO, suhu didalam storage tank 50-55 o C. 2.1.7 Pengolahan Biji (Kernel Station) Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan Fibre. Fibre tersebut akan masuk kestasiun Kernel yang akan dijabarkan proses pengolahannya. a. Cake Breaker Conveyor (CBC) Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan Cake dari stasiun press ke depericarper. b. Depericarper Fungsi dari Depericarper adalah untuk meisahkan fiber dengan nut dan membawa fibre untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fibre) akan terhisap oleh fan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing Drum. Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah : 1. Membersihkan biji dari serabut yang masih melengket. 2. Membawa nut dari depericarper ke nut transport. 3. Memisahkan nut dari sampah. 4. Memisahkan nut berdasarkan ukurannya. 9

c. Nut Silo Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan nut cracker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).. d. Ripple Mill Fungsi dari Ripple Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Ripple Mill terdapat rotor bagian yang berputar pada Ripple Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan Ripple Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut e. Hydrocyclone Fungsi dari Hydrocyclone adalah : 1. Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang. 2. Mengurangi losses (inti cangkang) dan kadar kotoran. f. Kernel Dryer Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 C, tengah 60 C dan bawah 50 C. Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 C, tengah 60 C dan bawah 70 C. g. Kernel Storage Fungsi Kernel Storage adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur kelapa sawit (Anonim, 2007). 10

Sumber (pt-mitraogan.blogspot.co.id/2011) Gambar 2.1. Flow Proses Pengolahan Kelapa Sawit. 11

2.2. Alur Proses Perebusan Pada Tandan Buah Segar Tahapan proses perebusan buah sawit di horizontal sterilizer umumnya menggunakan sistem 3 puncak/ triple peak. Adapun tahapan proses perebusan buah sawit sebagai berikut: 1. Masukkan TBS kedalam lori, lalu lori yang berisi TBS dimasukkan kedalam sterilizer. Sterilizer sendiri memiliki variasi daya tampung jumlah lori yang masuk, tergantung spesifikasi sterilizer. Daya tampung yang digunakan 1 unit sterilizer berisi 3 unit lori, masing-masing lori berkapasitas 15 ton TBS. Lalu 3 unit lori yang TBS untuk 1 siklus perebusan. 2. Pastikan kedua pintu sterilizer sudah tertutup rapat, indikator pintu tertutup rapat dapat dilihat pada lampu indikator di panel sterilizer, jika lampu menyala artinya pintu sudah tertutup dengan baik. 3. Buka condensate valve, kemudian masukkan uap kedalam sterilizer dengan membuka steam inlet valve, maka uap akan masuk dan keluar ke atmosfere bebas melalui condensate valve yang terbuka membawa serta udara yang berada didalam sterilizer. Proses ini berlangsung selama 2 menit dan dinamakan daerasi. 4. Setelah mencapai 2 menit, condensate valve ditutup namun steam inlet valve masih terbuka sehingga tekanan uap didalam sterilizer akan naik perlahan-lahan hingga mencapai 1,5 bar, tekanan 1,5 bar ini dapat dicapai 10 12 menit. 5. Setelah tekanan mencapai 1,5 bar, tutup steam inlet valve dan segera buka condensate valve untuk membuang kondensate yang terbentuk serta membuang udara yang masih terjebak. tekanan uap akan menuju nol (sekitar 0,2 bar). Jika ini sudah dilakukan maka terciptalah puncak 1. 6. Selanjutnya tutup condensat valve dan buka steam inlet valve sehingga tekanan kembali naik hingga 2 bar, tekanan ini dapat dicapai dalam waktu 11 14 menit. 12

7. Tutup steam inlet valve dan segera buka condensate valve sehingga tekanan uap dalam sterilizer turun menuju nol (sekitar 0,3 bar), pembuangan uap dan kondensate ini harus berlangsung selama 2 menit untuk memberikan efek kejut di setiap sisi berondolan buah dan membantu penetrasi uap di puncak berikutnya. Jika proses ini terlaksana dengan baik maka puncak ke 2 sudah tercapai. 8. Tutup condensate valve dan bukalah steam inlet valve sehingga tekanan uap dalam rebusan mencapi 2,8-3 bar, menaikkan tekanan ini mencapai 15 menit, pertahankan tekanan hingga menit ke 22 memasuki puncak ke 3, bukalah condensate valve untuk mengurangi kondensate yang terbentuk selama 1-2 menit, kemudian pertahankan tekanan tetap 3 bar hingga menit ke 45 atau menit ke-50. Masa ini dinamakan holding time. Namun kenyataannya, tekanan uap tidak stabil sempurna, sehingga waktu untuk puncak ke-3 ini perlu ditentukan sesuai masing-masing PKS. Dalam kondisi normal selama-lama nya proses perebusan holding time tidak lebih dari 50 menit. 9. Tutup steam inlet valve dan segera buka condensate valve maka tekanan uap akan turun, jika sudah mencapai 1,5 bar exhaust valve dapat dibuka untuk mempercepat pengosongan tekanan uap didalam sterilizer. Proses ini biasanya berlangsung selama 5 menit. 10. Pastikan tekanan didalam sterilizer sudah nol dengan cara membuka keran uap pengontrol yang biasanya dihubungkan dengan pipa uap berdiameter 2 inchi, jika tidak ada uap bertekanan keluar berarti pintu aman dibuka. 11. Seteleh lori yang berisi Tandan Buah Rebus (TBR) keluar dari sterilizer, lalu lori didorong menggunakan hydrolic menuju transfer cariage, transfer cariage berfungsi untuk memindahkan lori menuju rail track tippler. 12. Setelah itu lori dituang menggunakan tippler, guna untung menghantar TBR menuju thresher. 13

13. Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara membanting tandan buah segar (TBS) kedalam drum thresher. Thresher ini berupa drum silinder panjang yang berputar dengan kecepatan putar 21 rpm. Drum dirancang dengan kisi kisi yang berfungsi untuk meloloskan berondolan. Stasiun threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau mesin dan dalam proses pengoperasiannya sangat berkaitan satu sama lain. Maksud dan tujuan desain dari pada stasiun ini adalah sebagai berikut : a. Untuk melepaskan berondolan dari spiklet pada tandan kosong dengan sistem bantingan. b. Meminimalkan losses USB seoptimal mungkin agar berada dibawah norma guna untuk meningkatkan rendemen. 2.3. Mesin Sterilizer Sterilizer adalah suatu bejana bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan menggunakan uap (Steam) yang dikirim dari BPV, uap yang digunakan adalah saturated steam dengan tekanan 2.8-3.0 kg/cm². Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/ penguapan terhadap air didalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna (Naibaho, 1996). 14

Sketsa sterilizer dapat dilihat pada gambar berikut : Sumber (Naibaho 1996) Gambar 2.3. Sketsa Sterilizer dan bagiannya. 2.3.1 Bagian-Bagian Sterilizer a. Pintu sterilizer Pintu sterilizer berfungsi sebagai tempat masuknya TBS yang mau direbus dan keluarnya TBS yang sudah direbus. Pintu pada sterilizer harus benarbenar tertutup rapat supaya steam yang akan digunakan untuk perebusan tidak keluar. b. Sensor Sensor yang terdapat pada sterilizer terletak dibagian atas ujung sterilizer, inlet valve, exchaust valve dan saluran condensate yang berfungsi untuk mendeteksi apakah pintu/ valve terbuka atau tertutup dimana hasil pendeteksian yang dihasilkan oleh sensor akan ditampilkan di panel automatic system berupa lampu kecil. Pintu/ valve yang terbuka ditandai dengan warna lampu merah, sedangkan pintu/ valve yang tertutup ditandai dengan lampu hijau. c. Body (Drum Rebusan) Drum rebusan adalah tempat lori yang berisi TBS selama dilakukan proses perebusan. Didalam body rebusan terdapat linear terbuat dari plat stainless stell. Pada bagian luar body dibalut dengan kapas dan ditutup dengan 15

aluminium yang bertujuan untuk meminimalisir panas yang keluar dari drum rebusan. d. Lori Lori adalah tempat Tandan Buah Segar (TBS) yang akan direbus dan Tempat Tandan Buah Rebus (TBR) yang akan didistribusikan ke tipple. e. Safety valve (Katup Pengaman) Safety valve adalah katup yang akan terbuka sendiri apabila tekanan sudah melebihi dari batas yang ditentukan. Safety valve terletak di masing-masing drum rebusan dan juga pada kran induk. f. Manometer Manometer adalah indikator pada linear yang berfungsi sebagai penunjuk besar- kecilnya tekanan yang terdapat pada linear. Manometer terdapat pada masing-masing drum rebusan dan juga pada kran induk. g. Rail Track Rail Track adalah tempat/ jalur lori berjalan. Rail Track terbuat dari besi dengan ukuran 50 x 50mm. h. Panel Automatic System Panel Automatic System berfungsi untuk kontrol sterilizer. Pada panel ini terdapat pengaturan untuk pilihan menjalankan sterilizer dengan cara manual atau otomatis. Pada panel ini terdapat layar untuk menunjukkan sisa waktu perebusan yang sedang berjalan. i. Valve Steam (Katup Uap) Terdapat beberapa katup uap pada sterilizer seperti katup masuk (inlet valve), katup buang (exchaust valve), dan katup air buang (condensate). 16

Katup- katup ini berfungsi untuk menahan dan membuka aliran pipa uap/ air yang akan dimasukkan maupun dikeluarkan. j. Strainer Uap/ Pipa Uap Pipa uap adalah tempat mengalirnya uap. Pipa yang ada di sterilizer seperti pipa induk dari boiler, pipa pemasukan uap, pipa pembuangan uap, sedangkan strainer adalah pipa pembuangan bekas air rebusan (condesate). k. Silencer Yang dimaksud dengan silencer adalah plat tebal 8 mm yang dilas membentuk pipa besar yang berfungsi untuk pembuangan uap bekas perebusan. l. Distribution Steam Distribution Steam adalah plat segi empat yang dilubangi yang terdapat diujung pipa pemasukan uap didalam drum rebusan yang berfungsi untuk mendistribusikan uap dengan tujuan supaya uap menyebar keseluruh bagian dalam rebusan. m. Water Pump Water Pump berfungsi untuk memompakan air sisa rebusan ke dalam bak penampungan. n. Compressor Compressor digunakan untuk menghasilkan udara dengan tekanan tinggi yang akan difungsikan untuk membuka dan menutup katup yang beroperasi secara otomatis. 17

o. Recorder Recorder adalah alat yang digunakan merekam/ mencatat program kerja pada sterilizer seperti tinggi rendahnya tekanan uap pada drum perebusan yang dihubungkan interval waktu perebusan. 2.3.2 Tujuan Perebusan Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung kemudahankemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun Thresing, Press, Digaster dan lain- lain. Fungsi dari Sterilizer untuk melakukan proses perebusan buah TBS sebelum diproses menjadi minyak dengan tujuan adalah : 1. Menghentikan Aktifitas Enzim Lipase Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja didalam buah sebelum enzim tersebut dihentikan. Enzim Lipase bertindak sebagai pembentukan asam lemak bebas (ALB) sedangkan enim oksidasi berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus aldehyde dan kation. Senyawa tersebut bila teroksidasi akan membentuk asam lemak bebas. Jadi, asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak kelapa sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidasi. Aktifiktas enzim semakin tinggi apabila buah TBS mengalami kememaran (luka). Enzim pada umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan sampai suhu >50 C. Maka perebusan dengan suhu >140 C sekaligus menghentikan enzim lipase. 2. Melepaskan Buah dari Tandannya Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, dan untuk mempermudah proses ekstraksi minyak, buah perlu dipisahkan dari tandannya. Pelepasan buah dari tandannya karena adanya hidrolisa pectin ini terjadi dipangkal buah. Jadi hidrolisa pectin ini telah terjadi secara alami dilapangan yang menyebabkan buah memberondol. Hidrolisa pectin dapat pula terjadi 18

didalam Sterilizer, dengan adanya reaksi yang dipercepat oleh pemanasan. Panas dan uap didalam sterilizer akan meresap kedalam buah dengan adanya tekanan. Hidrolisa pectin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah oleh karena itu perlu dilakukan proses perontokan buah didalam mesin Thresering. 3. Menurunkan Kadar Air Proses sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam saat direbus maupun saat sebelum dimasukkan ke Thresing. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit dari antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan (proses ekstraksi minyak). 4. Melunakkan Buah Sawit Perikarp (kulit buah) yang mendapatkan perlakukan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat, dimana serat yang mudah lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan mempermudah proses didalam Digaster dan Depericarper Polishing. Karena adanya panas dan tekanan tersebut maka air yang terkandung dalam inti akan menguap lewat mata biji sehingga proses pemecahan biji lebih mudah dalam Ripple Mill. 5. Melepaskan Serat dan Biji Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dan biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Pemberian uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat pericarp dan biji, yang dipercepat oleh proses hidrolisis. 19

6. Membantu Proses Pelepasan Inti dari Cangkang Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan anti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran yang lebih kecil (Pahan, 2008). 2.3.3 Cara Kerja Sterilizer a. Horizontal Sterilizer Prinsip kerja di stasiun perebusan adalah merebus dengan sistem triple peak (tiga puncak).dengan waktu perebusan berkisar 90-95 menit. Target yang harus dicapai distasiun ini adalah tekanannya 2.8-3.0 kg/cm dengan suhu 130-140 C. Dengan norma losses minyak di air condensate sebesar 0.5%. Dengan perebusan 3 puncak, maka panas dapat masuk dengan baik sehingga perebusan dapat matang secara merata. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil rebusan TBS yang sempurna, mengingat kerapatan berondolan dalam tandan buah semakin padat atau solid (Naibaho,1996). Untuk mencapai kematangan perebusan berondolan bagian dalam diperlukan panas yang cukup Pembuangan air kondensatdan udara pada puncak I dan II harus benar-benar sampai habis, karena air dan udara merupakan penghantar panas yang buruk. Pada puncak 3, perebusan dilaksanakan selama 35-45 menit, tergantung pada kondisi buah (buah segar 45 menit, buah menginap 35 menit). Waktu yang digunakan untuk sterilisasi adalah 90 menit, sedangkan waktu untuk satu siklus perebusan 110-120 menit. Pada penelitian ini sterilizer (rebusan) yang digunakan adalah horizontal sterilizer. 20

Untuk mendapatkan hasil yang bagus sesuai dengan prosedur perebusan harus dijalankan dengan baik tanpa melanggar satu aturan apapun, harus diperhatikan faktor- faktor dalam proses perebusan : 1. Pembuangan Udara (Daerasi) Pembuangan udara yang terdapat dalam ketel rebusan, karena udara adalah pengantar panas yang buruk. Udara merupakan penghantar panas yang buruk dan berpengaruh negative terhadap proses perebusan Udara yang terdapat dalam rebusan akan menurunkan tekanan dan menghambat steam masuk kedalam buah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam bejana hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu dan cara ini disebut dengan daerasi. 2. Pembuangan Air Kondensat Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin bertambah. Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air kondensat akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. Material Balance air kondensat 12 % dari TBS yang diolah, sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui pipa kondensat. Cara ini menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih mudah diolah dalam screw press. 3. Pembuangan Uap (Exhaust) Pembuangan uap dilakukan sesuai dengan sistem perebusan yang dilakukan. Uap dibuang melalui pipa exhaust dan cerobong atas. Pada umumnya ukuran pipa pembuang uap lebih besar dari pipa uap masuk sehingga pembuangan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih mudah lepas dari tangkainya.pembuangan uap sebelum akhir perebusan pada triple peak dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan 21

maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat. Pada akhir perebusan, sebelum pembuangan uap (blow up), air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus kering. 4. Waktu Perebusan Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah menjadi lembek dan lewat matang, akan banyak minyak keluar dari buah dan terikut oleh kondensat dan akan menyebabkan banyak losses. Waktu perebusan yang efektif adalah 90-95 menit (Pahan, 2008). 2.3.4 Sistem Perebusan Sistem perebusan triple peak banyak digunakan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu dengan adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat. Sumber : Naibaho, 1996 Gambar 2.3.4. Sistem Perebusan Tripple Peak (SPTP) 22

a. Mekanisme Perebusan Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai kemampuan boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Sistem berfungsi sebagai tindakan yang terjadi diproses mekanik yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang tepat. Keberhasilan dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel rebusan rebusan,bahan baku dan lama perebusan. Uap yang masuk kedalam ketel rebusan pada mulanya memanaskan bual luar dan masuk lagi pada buah bagian dalam. Panas yang diterima pada setiap lapisan buah yang tidak sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih bawah menyebubkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui semakin banyak. b. Hal yang perlu diperhatikan dalam oprasional sterilizer Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan kegiatan produksi pada rebusan yaitu : - Memeriksa rebusan/ sterilizer dan peralatan peralatan lain sebelum operasional apakah dapat berfungsi dengan baik, jika tidak segera laporan ke workshop atau mekanik agar segera diperbaiki. - Membersihkan berondolan dan janjang kosong yang mengganggu kelancaran saringan kondensat. - Memeriksa valve apakah dapat berfungsi dengan baik atau dapat di test dengan angin kompresor sebelum dijalankan. - Memeriksa seal door apakah ada yang bocor atau koyak, segera diganti apabila hal ini terjadi. - Membersihkan drainase kondensat dari berondolan, minyak dan kotoran lain yang dapat mengakibatkan terganggunya aliran air kondensat. - Memastikan kompresor dapat berfungsi dengan baik yang digunakan untuk valve - Mempersiapkan catatan pengoprasian. 23

- Mempersiapkan grafik recorder dengan baik, sehingga pada saat pengoprasian dapat berfungsi dengan baik. Setelah dilakukan beberapa langkah awal sebelum rebusan beroperasi maka adapun beberapa hal yang juga perlu diperhatikan pada saat rebusan beroprasi yaitu : - Sterilizer hanya dapat dioprasikan oleh operator yang baik dan berpengalaman. - Memasukkan susuna lori yang berisi TBS dengan perlahan lahan kedalam rebusan, agar lori tidak selip pada rail track. Apabila roda slip, maka proses akan terganggu atau mengakibatkan stagnasi proses. - Memastikan pintu rebusan sudah terkunci dengan rapat,karena bila tidak tertutup dapat mengakibatkan kebocoran steam atau lepasnya lock ring (over valve minimal 75%) yang mengakibatkan pintu lepas dan membuat fatal dan korban manusia bisa terjadi. - Membuka steam valve dan buka condensate valve agar udara lama terbuang karena dorongan steam (proses daerasi) kurang lebih 5 menit. - Proses daerasi dapat dilakukan secara bertahap dengan pembuangan air kondensate udara akan terikut melalui pipa by pass. - Setelah melakukan daerasi,proses perebusan dapat dilakukan dengan memasukkan steam secara perlahan. - Menggunakan program perebusan secara otomatis. - Menyesuaikan lama perebusan dengan kondisi TBS yang diterima dari loading ramp. - Memastikaan perebusan berjalan dengan sempurna, jika tidak kematangan TBS yang direbus tidak sempurna (masih mentah atau terlalu masak) - Melakukan pengecekan kondisi air kondensate apakah banyak mengandung minyak. Jika banyak mengandung minyak lamanya waktu perebusan dapat dikurangi. 24

- Ketika proses perebusan selesai, pastikan steam dalam bejana kosong (nol) dapat dilihat pressure gauge yang terletak diatas pintu rebusan dan membuka kerangan pada pintu rebusan. - Mengeluarkan lori dan TBS yang direbus secara perlahan, agar roda tidak selip pada rail track dan jembatan lori dalam posisi terkunci. - Pada saat perebusan, agar tidak membiarkan rebusan beroperasi tampa operator. - Mencatat proses perebusan setiap cycle dalam log sheet. - Membuat laporan jika terjadi kejanggalan pada proses perebusan. Setelah dilakukan beberapa langkah pada saat rebusan beroprasi, maka adapun beberapa hal yang perlu juga di perhatikan pada saat rebusan selesai beroprasi yaitu : - Membersihkan drainese kondensate dari berondolan. - Memastikan valve tertutup rapat dan tidak ada steam masuk. - Memastikan pintu tertutup. - Memastikan breaker panel sudaf off. - Memastikan stean valve daru BPV sudah tertutup. - Membuat laporan pengoprasian rebusan. - Memastikan log sheet sudah tercatat dan dikenal oleh asisten. 2.3.5 Operasional dan Perawatan Rebusan (Sterilizer) Rebusan merupakan sebuah bejana tekan yang bekerja dengan tingkat resiko tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum dioperasikan. Hal- hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu rebusan, alat penunjuk tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever dan pompa kondensat. 25

1. Packing pintu rebusan Kerusakan packing pintu rebusan biasanya terjadi dibagian bawah pintu rebusan karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian. 2. Alat penunjuk tekanan (manometer) Manometer terdapat dibagin atas pintu rebusan.fungsinya untuk menunjukkan apakah tekanan dalam rebusan masih ada atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada tau tidak tekanan dalam rebusan pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap didalam rebusan benar- benar sudah nol sebab uap akan menyembur jika masih memiliiki tekanan. 3. Pelat penyaring kondensat Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus sering diperiksa, agar tidak tersumbat. Jika saringan ini tersumbat, air kondensat akan mempercepat rusaknya packing rebusan. 4. Katup Pengaman Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan berlebihan didalam rebusan. 5. Rail Track Rail Track berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke kedalam rebusan. Rail Track harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar lori yang keluar masuk rebusan tidak terguling atau anjlok. 26

6. Pompa Kondensat Lantai disekitar rebusan tidak bersih dari air kondensat karena temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang menyebabkan lantai menjadi licin. Bagian dalam setiap rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu sekali serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan bila diperlukan. Pipa-pipa uap dan kondensat harus segera diperbaiki/ diganti jika ada kebocoran karena akan mengganggu proses perebusan (pemborosan uap). 2.4. Thresher Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara membanting tandan buah segar (TBS) kedalam drum thresher. Thresher ini berupa drum silinder panjang yang berputar secara horizontal dengan kecepatan putar 21 rpm. Drum dirancang dengan kisi kisi yang berfungsi untuk meloloskan berondolan. Thresher ini berkapasitas 45 ton/jam. Stasiun Threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau mesin dan dalam proses pengoperasiannya sangat berkaitan satu sama lain. Maksud dan tujuan desain dari pada stasiun ini adalah sebagai berikut : a. Untuk melepaskan buah (tandan buah segar yang sudah direbus) dengan tandannya dengan sistem bantingan. b. Menjaga losses USB maupun kernel loss seoptimal mungkin agar berada dibawah norma yang sudah disepakati perusahaan, guna untuk meningkatkan rendemen. 27

2.4.1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Thresher Untuk mendapatkan pelepasan yang maksimum dalam pengoperasian threshing harus diperhatikan beberapa aspek,antara lain : a. Putaran Drum Thresher Cepat lambatnya putaran pada drum thresher memiliki dampak yang merugikan bila putaran thresher terlalu lambat, maka banyak tandan buah yang tidak membrondol karena frekunsi bantingan yang kurang. Sebaliknya bila putaran terlalu cepat berakibat banyak kerugian minyak yang terikut pada janjangan karena frekuensi bantingan yang terlalu sering. Putaran yang ideal dengan hasil yang maksimal berkisar antara 21 rpm - 23 rpm. b. Pemasangan jarak plat kisi kisi Bila jarak plat kisi kisi terlalu rapat akan mengakibatkan pengeluaran brondolan dari drum thresher tidak leluasa sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan pada celah kisi kisi sehingga tandan tidak membrondol dan losses tinggi. Bila pemasangan terlalu jarang, hal ini akan mengakibatkan janjangan yang berukuran kecil (< 6 kg) akan terikut masuk ke bottom fruit conveyor dan selanjutnya polishing drum akan mengalami penyumbatan. Untuk jarak kisi kisi yang ideal antara 3.50 4.50 cm. c. Pengumpanan yang continous Pengumpanan buah untuk thresher dari tippler harus disesuaikan dengan kapasitas press, hal ini sangat baik karena tidak akan terjadi over flow dari brondolan sehingga dapat dihindari kerusakan dari brondolan yang dapat meningkatkan kehilangan minyak serta level dari unit digester beroperasi optimal. Bila pengumpanan TBR terhadap thresher kurang, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya efesiency unit thresher danmempengaruhi hasil dan kualitas produksi, namun bila pengumpanan TBR yang berlebihan akan mengakibatkan hal hal seperti berikut ini : 28

1. Kerja dari drum threshing menjadi berat yang mengakibatkan peralatan pada thresher tersebut menjadi cepat aus. 2. Brondolan yang dihasilkan berlebihan sehingga akan mengakibatkan tumpah pada conveyor dan elevator yang akan mendistribusikan brondolan tersebut kedalam digester. 2.5. Pandangan Umum Tentang Kehilangan Produksi (Losses) Tujuan utama pabrik pengolahan kelapa sawit adalah mengutip minyak sebanyak-banyaknya untuk mencapai rendemen yang diinginkan. Rendemen dengan kehilangan produksi memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga menimbulkan pemikiran bila losses rendah maka rendemen akan tinggi. Meskipun banyaknya losses yang terdapat di pabrik kelapa sawit, namun yang selalu dikontrol angkanya adalah losses minyak dan losses inti. Namun apabila dilakukan peninjauan ulang oleh mesin-mesin yang berpotensi menciptakan losses, kemungkinan kita dapat melakukan pencegahan atau melakukan pengutipan lagi minyak yang masih terkandung didalamnya. Kurangnya perawatan pada mesin atau spare part mesin sudah melewati life timenya juga merupakan penyebab losses tinggi. Maka dari itu perawata bekala harus dilakukan untuk memperpanjang kinerja mesin. (Darma,Surya.H.Ir.) 2.6. Pengertian Maintenance Pentingnya fungsi pemeliharaan/ maintenance dalam industri merupakan hal yang sangat penting.tentu saja tidak semudah fungsi pemasaran, meskipun tidak terlalu diperhatikan sebagaimana operasi produksi. Namun demikian tetap disadari bahwa akan timbul banyak kesulitan apabila maintenance tidak dilakukan, operasi tidak aman, kemacetan produksi, kerugian daya, panas, penerangan, dan berbagai fungsi sarana lain yang tidak diketahui untuk masa yang lama. Dengan semakin tingginya biaya maintenance yang dikeluarkan 29

setiap tahun, menyebabkan timbulnya kesadaran untuk mengatur bidang pemeliharaan ini dalam ilmu tersendiri dengan nama Manajemen Pemeliharaan. Bidang ilmu manajemen pemeliharaan ini bisa dikatakan baru berkembang secara luas pada era tahun tujuh puluhan dan menjadi bidang yang penting dalam industri. Manajemen pemeliharan juga dapat diartikan secara singkat seperti menjaga asset (sarana produksi, mesin - mesin dan peralatan) agar tetap memproduksi secara baik, apabila hanya memperhatikan produksi tetapi tidak melakukan pemeliharaan terhadap asset maka lambat laun akan kehilangan nilai produksi karena asset sudah tidak dapat memproduksi dengan baik. 2.6.1. Tujuan Maintenance Maintenance dilakukan pada mesin/ peralatan dengan maksud agar tujuan komersil perusahaan dapat tercapai dan juga kegiatan maintenance yang dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan keausan akibat pengoperasian yang salah.karena maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah.dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/ peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai. Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain : 1. Menjaga agar setiap mesin/ peralatan dalam kondisi baik dan dalam keadaan baik. 2. Untuk memperpanjang umur/ masa pakai dari mesin dan peralatan. 3. Dapat menjadi ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi. 30

4. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/ peralatan sistem produksi mengurangi (downtime). 5. Dapat menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya. 2.6.2. Jenis-jenis Pemeliharaan Planned Maintenace (Pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin/ peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk pengambilan keputusan. Pemeliharaan terencana (planned downtime) terdiri dari 4 bentuk pelaksanaan yaitu : 1. Preventive Maintenace (Pemeliharaan Pencegahan) Preventive Maintenace (Pemeliharaan Pencegahan) adalah tindakantindakan maintenance yang dilakukan ketika dan selama mesin/ peralatan sedang beroperasi dengan baik, sebelum mesin/ peralatan tersebut rusak yang bertujuan untuk menjaga agar mesin/ peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/ perlatan mengalami breakdown. Menurut Prawirosentoso (2001) dalam buku Manajemen Operasi analisa dan studi kasus Preventive Maintenace adalah Perawatan yang 31

dilaksanakan dalam periode waktu yang tetap atau dengan kriteria tertentu pada berbagai tahap produksi. Tujuannya agar produk yang dihasilkan sesuai dengan rencana, baik mutu, biaya, maupun ketepatan waktunya. 2. Corrective Maintenace (Pemeliharaan Perbaikan) Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan) adalah suatu kegiatan maintenance yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada mesin/ peralatan sehingga tidak berfungsi dengan baik. Corrective Maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/ peralatan untuk melaksanakan dua hal yang mencakup : a. Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua kerusakan-kerusakan yang timbul secara detail dan terperinci. b. Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun, bertujuan untuk pencegahan terjadinya kerusakan mesin dan mengantisipasi kondisi yang memungkinkan akan mengakibatkan kerusakan mesin (Heizer, 2001). 3. Predictive Maintenance (Pemeliharaan Prediksi) Predictive Maintenance adalah tingkatan-tingkatan maintenance yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu tertentu. Data rekaman untuk melakukan predictive maintenance berupa data getaran, temperatur, vibrasi dan lain-lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan. 32

4. Unplanned Maintenance(Pemeliharaan Tidak Terencana) Unplanned Maintenance biasanya berupa breakdown/ emergency maintenance. Breakdown/ emergency maintenance adalah tindakan maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin yang masih dapat beroperasi sampai mesin tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tidak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut dapat memperpanjang umur pakai dari mesin, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan (Heizer, 2001). 2.7 Diagram Pareto Diagram Pareto merupakan metode standart dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil-hasil yang maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja yang tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup komplek. Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan. Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup komplek. Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggung jawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan bahwa lebih mudah 33

mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Berikut ada 2 jenis tipe diagram pareto yaitu: 1. Diagram pareto berdasarkan gejala Berhubungan dengan hasil yang tidak diinginkan dalam proses, digunakan untuk menemukan masalah utama penyebab timbulnya masalah. Contohnya: a. Mutu: rusak, salah, gagal, keluhan, item yang kembali, dan perbaikan. b. Biaya: jumlah kerugian dan pengeluaran. c. Pengiriman: kekurangan persedianaan dan kesalahan pembayaran. d. Keselamatan: kecelakaan, kesalahan, dan hancur. 2. Digram pareto berdasarkan penyebab Berhubungan dengan sebab dalam proses, digunakan untuk mencari sebab utama timbulnya permasalahan. Contohnya: a. Operator: Shift, grup, umur, pengalaman, keahlian, dan individu perorangan. b. Mesin: mesin, peralatan, organisasi, model, dan alat ukur. c. Bahan baku: bahan baku utama, pabrik, dll. d. Metode operasi:perintah dan pengaturan. Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan bisa menbghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti: 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari-tenaga penjualan 34

menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda, atau 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalahnya. 2.7.1. Fungsi Diagram Pareto Fungsi dari penggunaan Diagram antara lain : 1. Untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal- hal yang prioritas dari fenomena tersebut. 2. Untuk dapat menentukan pangkal persoalan. 3. Sebagai alat interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat kepentingan relative dari berbagai persoalan atau sebab. 4. Memfokuskan pada pokok persoalan vital dengan cara mengurutkan berdasarkan kepentingan. 5. Menunjukkan hasil perbaikan. Sesudah dilakukan tindakan korektif berdasarkan prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat diagram pareto baru. 2.8 Diagram Fishbone Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering dissebut dengan diagram Ishikawa. Diagram Sebab Akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mempengaruhi akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil suatu tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah inipun berasal dari berbagai sumber misalnya metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan dan seterusnya. Dari sumber-sumber penyebab diatas dapat diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan pelatihan, pengetahuan kemampuan, karakteristik fisik dan sebagainya. Contoh Diagram Sebab Akibat seperti gambar dibawah ini : 35

Lingkungan Metode Problem Mesin/ Peralatan Manusia Gambar 2.8. Diagram Sebab Akibat Dari gambar diatas seperti nampak tulang ikan sehingga sering disebut dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram). Manfaat diagram sebab akibat antara lain: 1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam menggunakan sumber daya dapat mengurangi biaya. 2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan. 3. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. 4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Selain digunakan untuk mencari penyebab utamaa suatu masalah.diagram sebab akibat juga dapat digunakan untuk mencari penyebab minor yang merupakan penyebab dari bagian utamanya. Penerapan diagram sebab akibat lain misalnya dalam menghitung banyaknya penyebab kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu masalah, menganalisa penyebaran pada 36

masing-masing penyebab masalah, dan menganalisa proses. Untuk menghitung penyebab kesalahan dilakukan dengan mencari akibat terbesar dari suatu masalah (Nakajima, 1998). 2.9. Data Kualitatif dan Kuantitatif 2.9.1. Data Kualitatif Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Data ini biasa nya menjelaskan karakteristik atau sifat. Sebagai contoh: kondisi barang (jelek, sedang, bagus), pekerjaan (petani, pengusaha, pedagang), tingkat kepuasan (tidak puas, puas, sangat puas), dll. Data kualitatif terdiri dari data nominal dan ordinal. 2.9.2. Data Kuantitatif Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Merupakan hasil perhitungan dan pengukuran. Data kuantitatif terdiri dari data interval dan rasio. 2.9.3. Perbedaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif Adapun beberapa perbedaan metode kualitatif dan metode kuantitatif adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan Jenis Data Metode kualitatif jenis datanya adalah data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu subjek yang bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat numeric, data kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata deskriptif). b. Berdasarkan Tujuan Penelitian kualitatif untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. 37

c. Berdasarkan objek penelitian Metode kualitatif lebih berfokus pada suatu objek penelitian saja sedangkan metode kuantitatif bisa lebih dari satu objek penelitian. d. Berdasarkan instrument yang digunakan Pada metode kuantitatif instrument penelitian yang biasa digunakan adalah angket, kuesioner atau instrument yang lain. Namun pada metode kualitatif instrumen yang digunakan adalah penelitian itu sendiri yang artinya peneliti sendirilah yang terjun kedalam penelitian agar bisa melihat dan merasakan fakta yang sebenarnya. e. Berdasarkan Orientasi Penelitian kualitatif lebih berorientasi pada proses penelitian sedangkan penelitian kuantitatif lebih berorientasi pada hasil penelitian. f. Berdasarkan Proses Metode kuantitatif menggunakan proses dedukatif-indukatif. Sedangkan metode kualitatif adalah indukatif. g. Berdasarkan sifat realitas Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivism, realitas dipandang sebagai suatu yang konkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam metode ini, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variable saja dari objek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrument untuk mengukurnya Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat positif atau paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah kedalam variable. 38