BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberi tanda pada jawaban yang hendak dipilih. Penelitian ini merupakan cross sectional, yaitu pengambilan data hanya

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

Perekonomian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat (financial intermediary)

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

BAB I PENDAHULUAN. Dana yang besar seringkali menjadi patokan oleh sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. perantara dibidang keuangan (financial intermediary) semakin meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

Transkripsi:

14 BAB II TELAAH PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Bank Bank merupakan jantung perekonomian suatu negara. Kemajuan perekonomian suatu negara dapat diukur dari kemajuan bank di negara tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian suatu negara bukan berarti bank tidak mempunyai kendala ataupun masalah. Salah satu masalah yang dihadapi perbankan adalah masalah kinerja bank. Dalam artikel Laporan Industri Keuangan Mikro Indonesia (2009, pp 9), Indonesia memiliki sektor perbankan yang beragam, dengan jumlah lembaga menggambarkan sejarah yang jelas pada pembangunan sektor keuangan. Namun secara umum, bank teregulasi adalah Bank Umum atau BPR. Kategori-kategori dari lembaga teregulasi terpampang di Tabel II.1, yaitu daftar macam-macam bank komersial dan BPR. Dari 128 bank komersial, 31 merupakan entitas pemerintah (baik 100% dimiliki atau mayoritas dikontrol) termasuk 26 Bank Pembangunan Daerah (BPD).

15 Tabel II.1 Lembaga Perbankan Teregulasi, berdasarkan kategori 2007 Bank Komersial Pemerintah 5 Bank Pembangunan Daerah (BPD) 26 Bank Komersial Swasta 67 Bank Campuran 19 Bank Asing 11 Jumlah Bank Komersial 128 Jumlah Cabang 9.888 Bank Penkreditan Rakyat (BPR) 1.880 Sumber : Bank Indonesia, 2010 Pentingnya peran bank-bank ini dalam perekonomian nasional (berdasarkan tabungan yang dimiliki dan pinjaman yang diberikan), dapat dilihat pada Tabel II.2. Pada umumnya, data menunjukkan berlanjutnya posisi penting dari bank komersial pemerintah, di mana perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau dana masyarakat untuk tabungan lebih tinggi dibanding dengan perolehan swasta, begitu juga dengan pinjaman. Bank Pembangunan Daerah juga merupakan milik pemerintah, walaupun lebih kecil, memiliki potensi untuk memainkan peran pembangunan yang besar pada tingkat lokal. Di Sumatera Barat, dalam penelitian Azriani et al (2008), peranan BPR dalam pemberian kredit kepada usaha kecil sampai dengan akhir tahun 2005 hanya sebesar 7.62% dari jumlah kredit mikro dan kecil yang disalurkan perbankan di Sumatera Barat. Berdasarkan komposisi kredit yang diberikan menurut kelompok bank di Sumatera Barat tahun 2004, terlihat porsi kredit yang disalurkan oleh BPR hanya 1.82% dari total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan yang ada di Sumatera Barat dan dari commit total to kredit user usaha kecil yang disalurkan

16 perbankan di Sumatera Barat hanya 7.62% yang disalurkan oleh BPR (Bank Indonesia Sumatera Barat, 2006). Dari sisi usaha kecil sendiri terlihat bahwa banyak usaha kecil yang menggunakan modal sendiri dan memiliki minat rendah untuk akses kepada BPR, sementara usaha kecil itu sendiri membutuhkan tambahan modal. Menurut Ismawan (2002), sekitar 69.82% usaha kecil menengah (UKM) mengandalkan pembiayaan usahanya pada modal sendiri, sedangkan sumber pembiayaan dari luar diperoleh dari perbankan dan koperasi, dan sekitar 60% permodalan UKM di Sumatera Barat bersumber dari modal sendiri dan 20% permodalan tersebut berasal dari keuangan keluarga yang digabungkan sehingga banyak UKM yang berbentuk usaha bersama anggota keluarga. UKM di Sumatera Barat diperkirakan baru 14% yang mengakses perbankan sebagai satu sumber permodalan. Untuk mengukur efisiensi perbankan dalam penyaluran kredit dapat diukur melalui Loan to Deposits Ratio (LDR). Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2005). LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100 % (Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010). Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank tersebut. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya commit to akan user meningkatkan LDR sehingga

17 profitabilitas bank juga meningkat (Setiadi, 2010). Data pada Tabel II.2 menunjukkan bahwa sistem perbankan belum merealisasikan kapasitas maksimalnya sebagai intermediasi keuangan, dengan rendahnya rasio pinjaman per deposito (loan-todeposit/ldr) di Bank Pembangunan Daerah (51%) dan Bank Pemerintah (72%). Sedangkan Bank Swasta (79%) menunjukkan kinerja yang lebih baik. Tabel II.2 Jumlah Tabungan dan Deposito pada sistem perbankan, berdasarkan kategori bank 2007 Sumber : IMF 2008, diolah. Dalam penelitian Hidayat (2009) menemukan bahwa penyaluran kredit mikro BPD Bank Jabar Banten (BJB) di wilayah Jawa Barat tahun 2004-2009 menghasilkan pendapatan dan laba bersih yang positif. Temuan ini mengindikasikan bahwa tidak selalu penyebab NPL perbankan didominasi dari sektor UMKM.

18 2. Lembaga Keuangan Mikro non Bank Di Indonesia, institusi yang terlibat dalam keuangan mikro dapat dibagi menjadi tiga, yakni institusi bank, koperasi, serta non bank/non koperasi. Institusi bank termasuk di dalamnya bank umum, yang menyalurkan kredit mikro atau mempunyai unit mikro serta bank syariah dan unit syariah. (Baskara, 2013) Keberadaan LKM sesuai dengan Undang Undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro teramat penting. LKM menjadi alternatif lain nasabah usaha mikro dalam meminjam dana selain di bank yang cenderung sulit dalam prosedural. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) jika mengacu pada Undang Undang No.1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro di definisikan sebagai lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. Definisi tersebut menyiratkan bahwa LKM merupakan sebuah institusi profit motive yang juga bersifat social motive, yang kegiatannya lebih bersifat community development dengan tanpa mengesampingkan perannya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, LKM juga melaksanakan kegiatan simpan pinjam, yang aktifitasnya disamping memberikan pinjaman namun juga dituntut untuk memberikan kesadaran

19 menabung kepada masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dapat dibedakan tiga jenis, yakni : 1. LKM formal bank : terdiri dari BPR, BRI Unit, dan BKD 2. LKM formal non bank : antara lain Koperasi, LDKP, Pegadaian, dan BKK 3. LKM informal non bank : antara lain BMT, Kelompok Arisan, Simpan- Pinjam, Pelepas Uang, dll, termasuk lembaga-lembaga yang didirikan atas dasar program pemerintah di departemen teknis (Bintoro, 2003). Keuangan mikro sendiri adalah kegiatan sektor keuangan berupa penghimpunan dana dan pemberian pinjaman atau pembiayaan dalam skala mikro dengan suatu prosedur yang sederhana kepada masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah (Irwan, 2006). Secara internasional istilah pembiayaan mikro atau microfinance sendiri mengacu pada jasa keuangan yang diberikan kepada pengusaha kecil atau bisnis kecil, yang biasanya tidak mempunyai akses perbankan terkait tingginya biaya transaksi yang dikenakan oleh institusi perbankan. Microfinance merupakan pembiayaan yang bisa mencakup banyak jenis layanan keuangan, termasuk di dalamnya adalah microcredit atau kredit mikro, yakni jenis pinjaman yang di berikan kepada nasabah yang mempunyai skala usaha menengah kebawah dan cenderung belum pernah berhubungan dengan dunia perbankan. Nasabah jenis ini sering kali tidak memiliki jaminan, pendapatan tetap, dan persyaratan administrasi yang dibutuhkan cenderung lebih sederhana. Pelayanan keuangan mikro sebenarnya commit tidak to hanya user mencakup kredit mikro namun

20 juga micro saving dan micro insurance atau asuransi mikro yang di Indonesia jarang dikenal. Permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah begitu banyak dan beragamnya lembaga keuangan mikro dan jenis layanan keuangan mikro. Hal ini membuat mapping atau pemetaan, pengawasan serta evaluasi layanan keuangan ini sulit dilakukan. Tumpang tindihnya aturan, kewenangan dan cakupan luas layanan lembaga keuangan mikro juga turut memberikan andil dalam sulitnya menerapkan strategi pengembangan yang tepat untuk LKM. Keadaan ini menyebabkan tingkat ke berlangsungan usaha atau sustainability LKM maupun program keuangan mikro menjadi rendah (Siamat, 2005). Hanya beberapa LKM yang mampu bertahan dan bersaing baik dengan sesama LKM maupun jenis layanan perbankan yang lebih modern. Heterogenitas masyarakat Indonesia juga memberikan dampak pada tingkat keberagaman lembaga ini. Dibutuhkan satu lembaga sentral serta regulasi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan ini. Lembaga ini nantinya juga diharapkan dapat menyediakan data dan informasi yang lengkap tentang LKM, sehingga riset dan penelitian terkait keuangan mikro akan dapat memperkuat pengembangan di masa depan. 3. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Habibie (2012), menilai Indonesia harus mendorong pertumbuhan di sektor UMKM demi mengurangi tingkat pengangguran.

21 UMKM memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi karena tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi dan menggunakan sumber daya alam lokal. UMKM merupakan salah satu barometer bagi perekonomian nasional. Pada waktu krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1997-1998 dan resesi ekonomi tahun 2008, pengusaha besar banyak yang colaps, tetapi pada waktu itu UMKM masih bisa bertahan hidup. UMKM yang telah lama menjalankan usahanya memiliki prospek yang luar biasa, tetapi adanya masalah kurang dana menjadikan UMKM ini kurang dapat berkembang karena setiap orang yang berbisnis pasti membutuhkan modal baik untuk mendirikan usaha awalnya atau mengembangkan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (2) dari Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/39/PBI/2005 tentang Pemberian Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; telah dijelaskan mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia, secara individu atau tergabung dalam Koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. 2. Usaha Kecil adalah kegiatan rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

22 b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum; atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk Koperasi. 3. Usaha Menengah adalah usaha dengan kriteria sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; b. Milik Warga Negara Indonesia; c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Besar; d. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum; e. atau badan usaha yang berbadan hukum.

23 Sementara menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, disebutkan : 1. Pengertian UMKM a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menegah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

24 2. Kriteria Tabel II.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kategori menurut UU. 20 Th. 2008 No. Uraian Asset Kriteria Omzet 1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2. Usaha Kecil >50 Juta - 500 Juta 3. Usaha Menengah >500 Juta - 10 Milyar >300 Juta - 2,5 Milyar >2,5 Milyar 50 Milyar Sumber : UU No. 20 Th. 2008 tentang UMKM Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Selain definisi di atas, masih ada pengertian usaha mikro menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) adalah usaha yang memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Hal yang sama juga didefinisikan oleh Bank Indonesia (BI) dan Badan commit Pusat to user Statistik (BPS) yang mendefinisikan

25 usaha mikro sebagai usaha yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang. Ragam pengertian umum usaha mikro dapat dilihat pada Tabel II.4. Lembaga UU. No. 20/ 2008 Tentang UMKM Tabel II.4 Ragam Pengertian Umum Usaha Mikro Pengertian Umum BPS Depnaker Bank Indonesia Bank Dunia Keputusan Menteri Keuangan No. 40/ KMK. 06/ 2003 Kementrian Negara Koperasi dan UMKM Sumber : Dari berbagai sumber, Pekerja < 5 orang Pekerja < 5 orang Usaha mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri. Pekerja < 5 orang Pekerja < 10 orang Aset < $ 3 juta Omzet < $ 3 juta per tahun Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta.

26 4. Kebutuhan dana dan peran perbankan Keberadaaan perbankan bagi masyarakat di berbagai daerah diharapkan mampu menjadi ujung tombak dalam pembiayaan sektor UMKM. Namun demikian, penyaluran kredit bank umum terhadap UMKM masih rendah hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : (1) masih terbatasnya informasi berkaitan UMKM (2) tingginya resiko UMKM; dan (3) masih tingginya bunga kredit yang disebabkan karena perbankan belum efisien, target profit yang harus dicapai dan adanya mekanisme price leader dan price follower dalam penurunan suku bunga (Kompas, 2003; Baas dan Schrooten, 2005). Padahal seperti pada beberapa penelitian dan studi sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu (1) Munizu (2010) menyimpulkan bahwa faktor-faktor eksternal (diantaranya peranan lembaga pembiayaan/bank) mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja usaha mikro dan kecil; (2) Herri et al. (2003) menyimpulkan bahwa pembiayaan yang diberikan kepada UMK telah mampu meningkatkan prestasi UMK; (3) Azriani et al. (2008) menyimpulkan bahwa kredit yang diterima usaha kecil berpengaruh positif dan berbeda nyata terhadap nilai omset penjualan tetapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja usaha kecil; (4) Memba et al. (2012) menyatakan bahwa dampak pembiayaan perusahaan Modal Ventura nyata terhadap kinerja UKM yang tercermin dari peningkatan penjualan, laba, aset dan perbaikan dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya lainnya. Fenomena ini menjelaskan bahwa peran perbankan dalam menunjang pengembangan UMKM sangat commit signifikan. to user Perkembangan usaha ini selain

27 nantinya juga akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional, juga membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. B. PENELITIAN TERDAHULU 1. Munizu (2010) Penelitian yang dilakukan pada UMKM di Sulawesi Selatan ini, menemukan bahwa faktor eksternal dan internal berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM. Faktor eksternal berupa pembiayaan bank memiliki pengaruh positif terhadap kinerja UMKM. 2. Azriani et al (2008) Penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat ini menemukan bahwa kredit yang diterima Usaha Kecil di tanah minang tersebut, berpengaruh nyata terhadap omzet usaha. 3. Junjie Wu, Jining Song, dan Catherine Zeng (2008) Penelitian yang berjenis deskriptif ini, mencoba menjelaskan keuangan Small Medium Enterprise atau UMKM di China. Pada awal berdiri UMKM di China cenderung menggunakan dana pribadi serta pinjaman dari keluarga dan teman-teman. Pada tahap pertumbuhan, kebutuhan dana usaha semakin besar, ini harus dicukupi dari lembaga keuangan seperti bank. 4. A. Rozani Nurmanaf (2007) Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Volume 5 No. 2 ini, meneliti mengenai peran mikro finance di pedesaan, terutama sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat. Kecukupan modal melalui bantuan pembiayaan dapat berfungsi efektif untukmencapai tingkat optimal dalam skala usaha commit dan to user adopsi teknologi maupun pasca

28 panen.tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan secara mendalam berbagai aspek yang terkait dengan realisasi kredit pembiayaan mikro pertanian. Banyak program pembiayaan yang telah ditawarkan tapi sangat sedikit petani yang memanfaatkannya. Secara umum, seakan-akan belum ada titik temu antara kedua pihak, lembaga pembiayaan dan petani pelaku usaha. Di satu sisi, aturan main pada skim pembiayaan formal bersifat rigid, sementara di sisi lain para petani dan masyarakat pedesaan memiliki keterbatasan. Pada kenyataannya, sumber-sumber pembiayaan informal lebih akrab dan menjadi alternatif bagi petani, meskipun diketahui bahwa sumber ini memungut bunga pinjaman lebih tinggi. C. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengertahui perbedaan omzet, pendapatan bersih (net income), dan volume penjualan saat sebelum dan sesudah menerima berbagai skim kredit, maka diperoleh kerangka pemikiran sebagi berikut Gambar II.1 Alur Pemikiran Penelitian

29 1. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria sampel berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Sampel tersebut adalah usaha mikro, kecil dan menengah yang pernah atau sedang mendapatkan program kredit baik itu dari pemerintah maupun pengajuan secara mandiri ke lembaga bank atau bukan bank (micro finance). 2. Setelah sampel yang telah memenuhi kriteria dipilih, sampel diberikan kusioner yang bersifat tertutup. Kuisioner tersebut meliputi pertanyaan (1) proksi omzet terdahulu sebelum menerima kredit dan saat ini setelah menerima kredit ; (2) proksi biaya operasional saat sebelum dan menerima kredit ; (3) kemudian juga proksi volume penjualan. (4) terakhir yaitu jenis usaha yang dijalankan. 3. Kuisioner disebarkan secara tidak langsung dengan metode convenience sampling ke 84 unit usaha, baik itu mikro, kecil, dan menengah yang tersebar di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Jumlah sampel dibagi secara proporsional ke dua wilayah tersebut. 4. Kemudian dilakukan perbandingan omzet, pendapatan bersih dan volume penjualan saat sebelum dan sesudah menerima kredit. 5. Selanjutnya dilakukan uji perbandingan dua wilayah, antara unit UMKM dengan dua perbedaan administratif Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.

30 D. HIPOTESIS Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian terdahulu, dan rumusan masalah yang diajukan, maka dalam penelitian ini diperoleh hipotesis sebagai berikut : H1.1 : Ada perbedaan omzet saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kota Surakarta. H1.2 : Ada perbedaan omzet saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kabupaten Karanganyar. H2.1 : Ada perbedaan pendapatan bersih saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kota Surakarta. H2.2 : Ada perbedaan pendapatan bersih saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kabupaten Karanganyar. H3.1 : Ada perbedaan volume penjualan saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kota Surakarta. H3.2 : Ada perbedaan volume penjualan saat sebelum dan sesudah menerima kredit di Kabupaten Karanganyar. H4.1.1 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar pada rasio omzet (ROMZET). H4.1.2 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar pada rasio pendapatan bersih (RPB). H4.1.3 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar pada rasio volume penjualan (RVOLP).

31 H4.2.1 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar terhadap omzet dengan proksi sesudah. H4.2.2 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar terhadap pendapatan bersih dengan proksi sesudah. H.4.2.3 : Ada perbedaan signifikan perkembangan usaha UMKM pasca diberi kredit antara UMKM di Kota Surakarta dan UMKM di Kabupaten Karanganyar terhadap volume penjualan dengan proksi sesudah.