I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dari penyakit gigi dan mulut yang masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit periodontal merupakan sekumpulan kondisi peradangan atau inflamasi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri dan penyebab utama kehilangan gigi (Marsh dan Martin, 2009; Naito dkk., 2008). Penyakit periodontal ini dapat berupa gingivitis atau peridontitis (Samarayanake, 2002). Periodontitis disebabkan oleh 90% bakteri anaerob dan 75% dari bakteri gram negatif (Newman dkk., 2006). Salah satu bakteri yang berperan dalam pembentukan plak subgingiva penyebab periodontitis adalah Porphyromonas gingivalis. Bakteri ini memproduksi faktor virulensi seperti protease yang berfungsi merusak immunoglobulin, faktor komplemen, dan protein sekuester hemin (Newman dkk., 2006). Porphyromonas gingivalis memiliki aktivitas proteolitik yang kuat sehingga dapat mendegradasi protein dan populasinya meningkat pada penyakit periodontal (Samaranayake, 2002). Penyakit periodontal selalu dihubungkan dengan adanya akumulasi plak. Plak merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Beberapa menit setelah permukaan gigi dibersihkan plak akan terbentuk. Plak tersusun atas 500 spesies bakteri yang berbeda (Newman dkk., 2006). 1
2 Pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri plak dapat dilakukan dengan mengontrol deposisi plak gigi. Kontrol plak merupakan pengurangan mikroba plak dan mencegah akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. Cara yang dianjurkan untuk mengontrol plak yaitu dengan cara mekanis dengan menggunakan sikat gigi dan alat bantu lainnya. Selain itu dengan cara kimiawi yaitu dengan obat kumur atau pasta gigi yang dapat dilakukan sebagai tambahan dari cara mekanik (Newman dkk., 2006). Obat kumur didefinisikan sebagai larutan penyegar nafas yang mempunyai aroma dengan sedikit atau tanpa efek terhadap kesehatan rongga mulut. Formula dalam obat kumur yang penting adalah agen antimikroba dan beberapa diantaranya dapat membantu mengendalikan pertumbuhan plak supragingiva dan gingivitis. Obat kumur yang mengandung minyak esensial seperti timol, mentol, dan eukaliptol dapat mengurangi plak dan gingivitis sekitar 18% hingga 25% (Fedi dkk., 2005). Selain itu, obat kumur yang mengandung antibakteri dapat mencegah pembentukan plak (Sumono dan Wulan, 2009). Keberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Indonesia kaya dengan tanaman obat tradisional yang beragam jenisnya. Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan dan banyak ditemukan di Indonesia ialah sirih merah (Piper crocatum). Secara turun temurun, sirih merah biasa digunakan untuk mengobati sariawan dan sakit gigi (Agoes, 2010). Air rebusan sirih merah mengandung antiseptik yang berkhasiat sebagai obat kumur, obat keputihan, dan menghilangkan bau badan (Sudewo, 2005).
3 Sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, senyawa polifenolat, tanin, dan minyak atsiri (Agoes, 2010). Menurut Juliantina dkk. (2009), senyawasenyawa tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri. Sirih merah memiliki potensi antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Selain sirih merah, terdapat pula jenis sirih yang paling lazim digunakan oleh masyarakat yaitu sirih hijau. Kandungan minyak atsiri dalam sirih hijau memiliki daya antibakteri disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya. Senyawa ini dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Sasmita dkk., 2006). Meskipun sirih merah dan sirih hijau mengandung minyak atsiri, namun persentasenya berbeda. Daun sirih hijau mengandung minyak atsiri sebesar 0,1-1,8%, sedangkan pada daun sirih merah terkandung lebih banyak yaitu 1-4,2%. Daun sirih merah mempunyai daya antibakteri yang lebih besar daripada daun sirih hijau (Nurtriani, 2010). Pengolahan daun sirih di masyarakat masih melakukan 2 kebiasaan seperti merebus dan menyeduh untuk tujuan yang sama. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan zat-zat berkhasiat yang ada pada daun sirih ke dalam larutan air, kemudian digunakan berkumur untuk kebutuhan pengobatan (Mahendra, 2008). Sirih merah untuk obat kumur biasanya oleh masyarakat dibuat dengan merebus 5 lembar daun sirih merah segar dengan air sebanyak 2 gelas (400 ml) sampai mendidih dan tersisa 1 gelas (Sudewo, 2005). Cara perebusan akan mengurai komponen daun sirih dengan sempurna tetapi kemungkinan terjadi penguapan minyak atsiri (Santosa, 1985). Selain cara perebusan yaitu dengan cara menyeduh menggunakan air panas (Mahendra, 2008). Menurut Santosa (1985), perbedaan
4 teknik pengolahan daun sirih dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi secara in vitro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diajukan penelitian ini adalah: Apakah cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) dapat mempengaruhi pertumbuhan Porphyromonas gingivalis? C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya tentang pengaruh teknik pengolahan daun sirih terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha dari plak gigi pernah dilakukan oleh Santosa (1985). Sementara Juliantina dkk. (2009) pernah menguji daya antibakteri sirih merah terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Pengaruh air seduhan daun sirih hijau (Piper betle linn.) dengan metode semprot sebagai desinfektan terhadap bakteri Streptococcus mutans pada cetakan alginat pernah dilakukan oleh Utami (2011). Penelitian tentang pengaruh cara pengolahan dengan rebusan dan seduhan dengan jumlah daun 10 lembar dan 20 lembar daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis sejauh ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
5 D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cara pengolahan dan jumlah daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah mengenai cara pengolahan daun sirih merah (Piper crocatum) yang tepat, mudah, dan murah kepada masyarakat sebagai penghambat bakteri penyebab plak.