KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%.

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

Ringkasan eksekutif sasaran strategis

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Inspektur Jenderal. Drs. Purwadi, Apt, MM, ME NIP

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.

keluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

PERAN APIP DALAM PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN. Oleh: Emmy Widayanti Inspektur Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT TAHUN 2016

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

2014, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I N S P E K T O R A T

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/RC.200/3/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Kabupaten Lombok Barat BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Kandangan, Januari 2016 INSPEKTUR KABUPATEN, Ir.RUSMAJAYA,MT Pembina Utama Muda NIP

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan ridho-nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja (LKj) Inspektorat Jenderal tahun 2017 sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. Dengan semangat dan kerja keras serta dukungan dari semua pihak, kami telah berhasil menyelesaikan program dan kegiatan pada tahun 2017 sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal tahun 2015-2019. Laporan ini menyajikan data dan informasi terkait target dan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal tahun 2017 yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra yaitu persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% serta target dan capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) seluruh unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara objektif mengenai kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tahun 2017. Meskipun secara umum kinerja Inspektorat Jenderal telah memenuhi target, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki serta kelemahan yang harus disempurnakan. Oleh karena itu dukungan dan kerja keras semua pihak perlu terus ditingkatkan agar kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP. 196010131989121001 i

RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Kinerja (LKj) yang mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mencapai visi dan misi berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan dalam Rencana Startegis Kementerian Kesehatan selama lima tahun yaitu tahun 2015-2019 yang dapat dijadikan lesson learnt untuk perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan dalam lima tahun kedepan. Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Target tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal yang diuraikan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan yang pencapaiannya dinilai dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan yaitu Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100% pada tahun 2019 sedangkan target capaian pada tahun 2017 adalah 94%. Pada tahun 2017 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 1 indikator kinerja program dan 6 indikator kinerja kegiatan dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan, keseluruhan indikator telah mencapai target bahkan berhasil melebihi target yang telah ditetapkan yaitu jumlah satuan kerja di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Itjen, Ditjen Kesmas dan Setjen, Ditjen P2P dan Balitbangkes serta Ditjen Faralkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya dengan nilai temuan kerugian negara 1% sebesar 95,78% dari target pada tahun 2017 sebesar 94%. Sedangkan realisasi anggaran sebesar 94,71% dari Pagu Anggaran tahun 2017 setelah revisi sebesar Rp96.356.716.000,-. ii

Cakupan kegiatan pengawasan seperti reviu laporan keuangan dan RKA-K/L sudah menjangkau seluruh satuan kerja namun kegiatan pengawasan dan pembinaan lainnya untuk mempertahankan opini WTP yang telah dicapai belum menjangkau seluruh satuan kerja karena adanya keterbatasan SDM. Kerja keras tak kenal lelah telah dilakukan karena menjadi tanggungjawab Inspektorat Jenderal dalam mengawasi dan mencegah segala bentuk tindakan yang dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh unit terkait, upaya yang telah dilakukan membuahkan hasil yang membanggakan, ini terbukti dengan beberapa prestasi yang diraih oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017 dimana Inspektorat Jenderal mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam pencapaiannya. Prestasi yang telah dicapai oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 yang diinisiasi oleh Inspektorat Jenderal beberapa di antaranya adalah: Pembentukan Satgas Penanganan Fraud Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bersama KPK dan BPJS Kesehatan; Sosialisasi Permenkes 58 tahun 2016 tentang Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan dengan peserta para pengurus organisasi profesi/perhimpunan/asosiasi bidang kesehatan, para pengurus asosiasi/perhimpunan perusahaan/industri bidang kesehatan, serta para pimpinan Rumah Sakit Umum Vertikal dan Daerah; Mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.01.07/MENKES/310/2017 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Pada Pelayanan Publik Tertentu di Lingkungan Kementerian Kesehatan; Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Antara Kemenkes, KPK dan BPJS Kesehatan Tentang Tim Bersama Penanganan Kecurangan dalam Program JKN; Pelaksanaan Survei Penilaian Integritas di Kementerian Kesehatan yang Dilakukan oleh KPK Bekerjasama dengan BPS dalam Upaya Peningkatan Integritas Birokrasi dan Perbaikan Sistem Pencegahan Korupsi; Telaahan Sejawat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan; Penandatanganan Dokumen Perjanjian Kerjasama antara KPK dengan Kemenkes tentang Koneksitas Whistleblowing System (WBS) online bersama-sama dengan dengan 17 (tujuh belas) Kementerian/Lembaga; Berperan aktif sebagai salah satu anggota Pokja Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan dalam Rangka Upaya Pencegahan Korupsi Pada Praktik Bisnis Bidang Kesehatan; Pembentukan zona integritas dan pembinaan satker berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) atau Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) iii

dengan Memberikan Penganugerahan kepada 13 satuan Kerja yang Telah Dilakukan Penilaian oleh TPI; Menindaklanjuti Rencana Aksi atas Saran Perbaikan Hasil Kajian Perizinan dan Pengawasan Obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); Evaluasi Internal Audit Capability Model (IACM) oleh BPKP dalam rangka peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan; Penghargaan dari Kementerian Keuangan Untuk kategori Kementerian Negara/Lembaga Pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak Terbaik dan Kementerian Negara/Lembaga Pembina Teknis Kinerja Pengelolaan Badan Layanan Umum Terbaik; Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI terkait Pengelolaan Keuangan Tahun Anggaran 2016; Tiga Satuan Kerja Kementerian Kesehatan, Yaitu RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta, dan RS Jiwa Prof Dr. Soeroyo Magelang Menerima Penghargaan Sebagai Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK); Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian /Lembaga Dengan Implementasi e-lhkpn Terbaik Untuk Kategori Pilot Project Terbaik Tahun 2017 dari KPK; dan Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian/Lembaga Dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik Tahun 2017 dari KPK. iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... i ii v BAB I PENDAHULUAN A. UMUM...... 1 B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL... 2 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA AKSI PROGRAM... 3 B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017... 6 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017... 10 B. REALISASI ANGGARAN... 36 BAB IV PENUTUP... 43 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2017... 46 2. Dokumentasi Kegiatan Tahun 2017... 65 3. Lampiran Catatan Hasil Reviu Laporan Kinerja Tahun 2017 90 v

BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Dalam rangka mendukung terlaksananya Reformasi Birokrasi pada Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal sebagi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses Reformasi Birokrasi. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam memberikan keyakinan atas pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi karena kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran individu. Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta telah sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahaan diperlukan untuk mendororng terwujudnya good governance dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 Tanggal 29 September 2015, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan; 2. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; 3. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; 1

4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan; 5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan 6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 tahun 2015 Tanggal 29 September 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, organisasi Inspektorat Jenderal terdiri dari 1 (satu) Sekretariat Inspektorat Jenderal dan 5 (lima) Inspektorat yaitu Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, Inspektorat IV, dan Inspektorat Investigasi. Penjabaran Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Jenderal dapat dilihat sebagai berikut: 2

BAB II PERENCANAAN KINERJA Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI A. RENCANA AKSI PROGRAM Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal tahun 2015-2019 merupakan penjabaran dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan di tingkat Eselon I pada Inspektorat Jenderal yang berisikan Rencana Pengawasan Tahunan dan Rencana Strategis untuk 5 (lima) tahun. Strategi dalam rangka pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal meliputi: 1. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis, dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan; 2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan; 3. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan Hasil Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan serta; 4. Mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal yang transparan dan akuntabel. Untuk mewujudkan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, maka dilaksanakan program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan dengan kegiatan sebagai berikut: No Program Sasaran Program Indikator Kinerja Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% 88% 91% 94% 97% 100% 3

Aktifitas yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal dalam rangka mewujudkan Sasaran Program Meningkatnya Transparansi Tata Kelola Pemerintahan dan Terlaksananya Reformsi Birokrasi yaitu: 1. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator, dan quality assurance. a. Memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Consulting); b. Mendorong/memacu terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian Kesehatan (Catalysator); c. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan etektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Quality Assurance); d. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan (Anti Corruption Activities). 2. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan dengan upaya: a. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas. b. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit. c. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko. d. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten. 3. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), melalui: a. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu. b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan. c. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan. d. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang dan jasa. e. Reviu penyusunan perencanaan anggaran. f. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). 4. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawas Fungsional (APF). 4

5. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lain. 6. Penanganan Pengaduan Masyarakat. 7. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik melalui: a. Pendidikan Budaya Anti Korupsi. b. Penerapan Whistleblower s System dan Justice Collaborator. c. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM). d. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilingkungan Kementerian Kesehatan. e. Mengoptimalkan peran Unit Pengendlian Gratifikasi (UPG). f. Mengoptimalkan Laporan LHKPN sesuai dengan batas waktu pelaporan. g. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. 8. Kegiatan Penunjang. a. Peningkatan SDM bidang pengawasan. b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan penunjang pengawasan dengan teknologi informasi melalui Sistim Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan. c. Sosialisasi bidang pengawasan. d. Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pada satker Badan Layanan Umum (BLU). 5

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur. Perjanjian Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2017 merupakan kinerja tahun ketiga dari Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, yang didukung dengan anggaran sebesar Rp114.153.583.000,-. Dalam Perjanjian Kinerja antara Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI dengan Menteri Kesehatan RI yang telah ditandatangani pada tanggal 6 Januari 2017 menyebutkan kesanggupan pihak pertama dalam hal ini Inspektur Jenderal untuk mewujudkan target kinerja yang seharusnya berdasarkan lampiran perjanjian dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian terget kinerja tersebut menjadi tanggung jawab Inspektur Jenderal. Selanjutnya, pihak kedua dalam hal ini Menteri Kesehatan RI akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, terdapat efisiensi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tanggal 16 Agustus 2017. Pagu anggaran yang semula berjumlah Rp114.153.583.000,- mengalami efisiensi sebesar Rp17.796.867.000,- sehingga pagu anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi Rp96.356.716.000,-. Adanya efisiensi anggaran tersebut berakibat pula pada revisi target dan anggaran kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2017. 6

No Program Sasaran Program Indikator Kinerja Target 2017 Angaran 1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% 94% Rp96.356.716.000,- Sedangkan Perjanjian Kinerja tahun 2017 untuk unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana tertuang dalam perjanjian kinerja yang telah ditandatangani oleh Inspektur Jenderal dengan masing-masing Inspektur pada tahun 2017 sebagai berikut: UNIT KERJA PROGRAM INDIKATOR TARGET 2017 ANGGARAN Inspektorat I Inspektorat II Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat I yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon I yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat I dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat I Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat II yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Pelayanan Kesehatan Haji Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi yang Diaudit Lingkup Binaan 209 1.109.268.000,- 304 1.034.672.000,- 60 531.000.000,- 53 3.749.489.000,- 20 358.086.000,- 56 1.263.134.000,- 197 1.353.124.000,- 223 1.110.776.000,- 24 280.060.000,- 16 2.815.960.000,- 33 3.029.368.000,- 7

Inspektorat II Inspektorat III Inspektorat IV Inspektorat Investigasi Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat II Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/ Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat III yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat IV yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/ Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat IV Persentase Pengaduan Berkadar Pengawasan dari Individu, Satker, atau Masyarakat yang Ditindaklanjuti dengan Klarifikasi dan/atau Audit dengan Tujuan Tertentu Persentase Pelaksanaan Pengawasan Lainnya Atas Penugasan Khusus Persentase Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian 28 401.327.000,- 27 1.204.818.000,- 281 1.236.212.000,- 372 1.347.386.000,- 83 318.959.000,- 76 3.534.673.000,- 22 292.257.000,- 53 1.150.267.000,- 267 1.067.578.000,- 372 1.586.696.000,- 57 289.085.000,- 30 2.951.084.000,- 16 180.960.000,- 32 942.015.000,- 81 3.806.108.000,- 10 174.511.000,- 20 130.550.000,- 8

Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Jumlah Satker/Lembaga yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat Berindikasi Kerugian Negara Jumlah Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Dilakukan Penilaian Menuju WBK/WBBM 24 650.196.000,- 42 1.323.785.000,- Sekretariat Inspektorat Jenderal Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Persentase Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Menerapkan Program Pencegahan Korupsi Jumlah Unit Utama yang Dilakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Area Perubahan Penguatan Pengawasan Reformasi Birokrasi Jumlah Satker yang Dilakukan Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi/Konsolidasi/Edukasi Pengawasan 60% 1.237.504.000,- 8 75.764.000,- 12 800.236.000,- Persentase Realisasi Anggaran 90% - Jumlah Hasil Analisis dan Pemutakhiran Data Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 34 2.167.108.000,- Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud diatas berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja tersebut, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. 9

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan/program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan dalam Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan. Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas keluaran (output) dari setiap kinerja dan hasil (outcome) dari setiap program. Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program 10

sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang telah direvisi dengan Kepmenkes Nomor: HK.01.07/MENKES/422/2017, Inspektorat Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (sembilan) program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan. Adapun sasaran kegiatan Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi pada masing-masing unit utama. 2. Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara. 3. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan. Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan. Indikator kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja yang paling utama sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi. Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal, telah ditetapkan satu indikator utama dalam sasaran hasil program, yaitu: Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan dengan sasaran meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi birokrasi. Untuk penilaian indikatornya adalah Persentase Satuan Kerja yang Memiliki Temuan Kerugian Negara 1 %. 11

Dalam mencapai indikator utama tersebut di atas, didukung oleh beberapa kinerja kegiatan dengan menghasilkan luaran sebagai berikut: 1. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat I; 2. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II; 3. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III; 4. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV; 5. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan; 6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan. Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebesar 95,78% dari 94% target yang ditetapkan pada tahun 2017 yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian sasaran. Dari 1 (satu) sasaran program dan 6 (enam) sasaran kegiatan seluruhnya telah memenuhi target yang telah ditetapkan. Evaluasi dan analisa capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan, diuraikan berdasarkan sasaran pada masing-masing program dan kegiatan sebagai berikut: 1. Capaian Realisasi Terhadap Target: Dilihat dari capaian indikator, untuk tahun 2017 Inspektorat Jenderal dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan: a. Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : 12

Sasaran Strategis Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan Indikator Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1 % Target 2017 Target 2016 94% 91% Definisi operasional dari Indikator Kinerja Utama: Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara 1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan dengan temuan kerugian negara 1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan). Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal tahun 2017 adalah 95,78% dari target 94% dengan dasar perhitungan sebagai berikut: Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara 1% berdasarkan hasil audit Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit x 100% Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 237 satker yang telah diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (135 satker) maupun oleh BPK (80 satker) serta oleh BPKP (22 satker), terdapat 10 satker yang memiliki kerugian negara diatas 1 %, sehingga persentase satker yang memiliki kerugian negara 1% adalah sebagai berikut: 237 satker 10 satker = 227 satker 227 satker KN 1% X 100% = 95,78% 237 satker yang diaudit b. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Capaian kinerja Indikator Kinerja Utama tahun 2017 tersebut di atas didukung oleh beberapa kegiatan yang menghasilkan output sebagai berikut : 13

1) Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja Binaan Inspektorat I Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: PROGRAM Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I INDIKATOR Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat I yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon I yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat I dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat I Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat I TARGET 2017 REALISASI 2017 209 210 304 304 60 60 53 53 20 20 56 56 Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat I yang Direviu Laporan Keuangannya sebanyak 210 dokumen/laporan dari 209 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,48%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat I sebanyak 304 dokumen/laporan dari 304 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon I yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat I dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan sebanyak 60 dokumen/laporan dari 60 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang 14

Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat I sebanyak 53 dokumen/laporan dari 53 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat I sebanyak 20 dokumen/laporan dari 20 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat I sebanyak 56 dokumen/laporan dari 56 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%). 2) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat II Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: PROGRAM Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II INDIKATOR Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat II yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Pelayanan Kesehatan Haji Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat II Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat II Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/ Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat II TARGET 2017 REALISASI 2017 197 197 223 225 24 24 16 16 33 35 28 33 27 32 15

Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat II yang Direviu Laporan Keuangannya sebanyak 197 dokumen/laporan dari 197 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat II sebanyak 225 dokumen/laporan dari 223 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,71%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon II yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat II dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan sebanyak 24 dokumen/laporan dari 24 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Pelayanan Kesehatan Haji sebanyak 16 dokumen/laporan dari 16 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat II sebanyak 35 dokumen/laporan dari 33 dokumen/laporan yang ditetapkan (106,06%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat II sebanyak 33 dokumen/laporan dari 28 dokumen/laporan yang ditetapkan (117,86%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat II sebanyak 32 dokumen/laporan dari 27 dokumen/laporan yang ditetapkan (118,52%). 16

3) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat III Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: PROGRAM Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III INDIKATOR Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat III yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat III Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat III TARGET 2017 REALISASI 2017 281 283 372 372 83 83 76 76 22 27 53 59 Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat III yang Direviu Laporan Keuangannya sebanyak 283 dokumen/laporan dari 281 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,71%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat III sebanyak 372 dokumen/laporan dari 372 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon I yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat III dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan sebanyak 83 dokumen/laporan dari 83 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang 17

Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat III sebanyak 76 dokumen/laporan dari 76 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat III sebanyak 27 dokumen/laporan dari 22 dokumen/laporan yang ditetapkan (122,72%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat III sebanyak 59 dokumen/laporan dari 53 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%). 4) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan Inspektorat IV Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: PROGRAM Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV INDIKATOR Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat IV yang Direviu Laporan Keuangannya Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat IV Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/ Konsultasi/Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat IV TARGET 2017 REALISASI 2017 267 267 372 372 57 57 30 30 16 16 32 35 Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Jumlah Unit Akuntansi Lingkup Binaan Inspektorat IV yang Direviu Laporan Keuangannya sebanyak 267 18

dokumen/laporan dari 267 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Direviu RKA-K/L Lingkup Binaan Inspektorat IV sebanyak 372 dokumen/laporan dari 372 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Unit Eselon I yang Dievaluasi SAKIP Lingkup Binaan Inspektorat IV dan Reviu SAKIP Kementerian Kesehatan sebanyak 57 dokumen/laporan dari 57 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD) dan Dekonsentrasi dan/atau Satker TP (TA 2013-2015) yang Diaudit Lingkup Binaan Inspektorat IV sebanyak 30 dokumen/laporan dari 30 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat IV sebanyak 16 dokumen/laporan dari 16 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), dan Dekonsentrasi yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi Pengawasan dan Supervisi Kegiatan Unit Utama Lingkup Binaan Inspektorat IV sebanyak 35 dokumen/laporan dari 32 dokumen/laporan yang ditetapkan (109,37%). 5) Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: 19

PROGRAM Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan INDIKATOR Persentase Pengaduan Berkadar Pengawasan dari Individu, Satker, atau Masyarakat yang Ditindaklanjuti dengan Klarifikasi dan/atau Audit dengan Tujuan Tertentu Persentase Pelaksanaan Pengawasan Lainnya Atas Penugasan Khusus Persentase Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Investigasi Jumlah Satker/Lembaga yang Dilakukan Pendampingan/Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat Berindikasi Kerugian Negara Jumlah Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Dilakukan Penilaian Menuju WBK/WBBM TARGET 2017 REALISASI 2017 100% 100% 100% 100% 100% 130% 24 25 42 42 Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Persentase Pengaduan Berkadar Pengawasan dari Individu, Satker, atau Masyarakat yang Ditindaklanjuti dengan Klarifikasi dan/atau Audit dengan Tujuan Tertentu sebanyak 81 dokumen/laporan dari 81 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Persentase Pelaksanaan Pengawasan Lainnya Atas Penugasan Khusus sebanyak 10 dokumen/laporan dari 10 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Persentase Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang dilakukan Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Investigasi sebanyak 26 dokumen/laporan dari 20 dokumen/laporan yang ditetapkan (130,00%); Capaian Indikator Jumlah Satker/ Lembaga yang Dilakukan Pendampingan/ Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat Berindikasi Kerugian Negara sebanyak 25 dokumen/laporan dari 24 dokumen/laporan yang ditetapkan (104,17%); Capaian Indikator Jumlah Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Dilakukan Penilaian Menuju WBK/WBBM 20

sebanyak 42 dokumen/laporan dari 42 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%). 6) Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut, yaitu: PROGRAM Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan INDIKATOR TARGET 2017 REALISASI 2017 Persentase Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Menerapkan Program Pencegahan Korupsi 60% 61,21% Jumlah Unit Utama yang Dilakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Area Perubahan Penguatan 8 8 Pengawasan Reformasi Birokrasi Jumlah Satker yang Dilakukan Pembinaan/Konsultasi/Koordinasi/Konsolidasi/Edukasi 12 12 Pengawasan Persentase Realisasi Anggaran 90% 94,71% Jumlah Hasil Analisis dan Pemutakhiran Data Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 34 34 Kondisi yang dicapai: Capaian Indikator Persentase Satker Kantor Pusat (KP) dan Kantor Daerah (KD) yang Menerapkan Program Pencegahan Korupsi: Cara hitung disesuaikan dengan persentase realisasi aksi PPK: 2015 : 43 satker; 2016 : 45 satker; 2017 : 43 satker: Realisasi = Jumlah aksi PPK s/d tahun 2017 Seluruh satker Kemenkes = (43+45+43) X 100% 214 = 61,21% Capaian Indokator Jumlah Unit Utama yang Dilakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Area Perubahan Penguatan Pengawasan Reformasi Birokrasi sebanyak 8 dokumen/laporan dari 8 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); 21

Capaian Indokator Jumlah Satker yang Dilakukan Pembinaan/ Konsultasi/ Koordinasi/ Konsolidasi/ Edukasi Pengawasan sebanyak 12 dokumen/laporan dari 12 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); Capaian Indikator Persentase Realisasi Anggaran sebanyak 94,71%. Cara hitung alokasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2017 setelah efisiensi sebesar Rp96.356.716.000,- penyerapan anggaran tahun 2017 sebesar Rp91.260.793.000,- (94,71%); Jumlah Hasil Analisis dan Pemutakhiran Data Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan sebanyak 34 dokumen/laporan dari 34 dokumen/laporan yang ditetapkan (100,00%); 2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2017 dan Tahun 2016: Realisasi IKU Inspektorat Jenderal 2017 2016 Target Realisasi Target Realisasi 94,00% 95,78% 91,00% 94,97% Jika melihat dari tabel diatas, realisasi IKU Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mengalami kenaikan capaian dari 94,97% pada tahun 2016 menjadi 95,78% pada tahun 2017. Satuan kerja yang diaudit oleh APF pada tahun 2017 sebanyak 237 satker dengan 10 satker memiliki kerugian negara di atas 1 %, sedangkan tahun 2016 sebanyak 497 satker dengan 25 satker memiliki kerugian negara di atas 1 %. Semakin sedikit satker yang memiliki kerugian negara di atas 1% menunjukkan persentase capaian kinerja yang semakin naik. 3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah: Apabila capaian kinerja Inspektorat Jenderal diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah maka dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut: 22

Grafik Perbandingan Realisasi Kinerja s.d Tahun 2017 dengan Target Jangka Menengah Renstra 2015-2019 100,00 90,00 88,00 97,68 91,00 94,97 94,00 95,78 97,00 100,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - - - 2015 2016 2017 2018 2019 Target (%) Realisasi (%) Capaian kinerja Inspektorat Jenderal sebesar 95,78% pada tahun 2017 telah melebihi target kinerja yang direncanakan pada tahun tersebut yakni sebesar 94%. Dan jika diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka menengah Inspektorat Jenderal, maka target kinerja pada tahun 2017 sebenarnya telah tercapai pada tahun 2015 dan 2016. Namun pada tahun 2019 tantangan Inspektorat Jenderal semakin besar karena seluruh satuan kerja dibawah Kementerian Kesehatan tidak boleh ada temuan Kerugian Negara diatas 1%. 4. Keberhasilan Pencapaian Target: Keberhasilan pencapaian target sasaran Inspektorat Jenderal tahun 2017 dikarenakan telah dilaksanakannya kegiatan reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya secara berkesinambungan terhadap satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan diantaranya sebagai berikut: a. Reviu Laporan Keuangan Dalam rangka mempertahankan opini laporan keuangan Kementerian Kesehatan, maka Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan reviu atas laporan keuangan. Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan 23

keyakinan tentang akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi yang disajikan pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). b. Reviu Pengadaan Barang/Jasa dan Penyerapan Anggaran Guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain melalui government spending atau belanja pemerintah yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. c. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Risiko Pendampingan penyusunan laporan keuangan setiap satuan kerja diharapkan dapat tersusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), sehingga terselenggara laporan keuangan yang akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence based). d. Pengamanan Aset Kementerian Kesehatan Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan dalam upaya mendorong terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terutama pada satuan kerja penerima dana Tugas Pembantuan (TP) yang dialihkan ke Dana Alokasi Khusus (DAK). e. Pendampingan/Konsultasi Pengadaan Barang/Jasa Pendampingan/konsultasi pengadaan barang/jasa dilakukan dengan tujuan untuk memelihara tingkat kepercayaan publik dan peserta tender, meyakinkan keputusan yang dibuat terhindar dari tuntutan hukum, menciptakan akuntabilitas dalam proses pengadaan barang/jasa, dan menghindari terjadinya praktik korupsi. f. Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja di setiap satuan kerja, Inspektorat Jenderal melakukan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Evaluasi ini dilakukan sebelum Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi SAKIP Kementerian Kesehatan. Selain itu, dilaksanakan pula reviu LAKIP. g. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran 24

Dalam rangka meningkatkan penyusunan perencanaan dan penganggaran Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan reviu Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) di masing-masing unit utama atau satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini dilakukan sebelum dilakukan penelaahan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. h. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan bahwa satuan kerja telah menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil audit internal maupun eksternal. Oleh karena itu, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam memantau percepatan tindak lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat waktu sesuai ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalui pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan bimbingan teknis dalam rangka memberikan masukan kepada satuan kerja untuk penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan secara berkala. i. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) lain Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat pengawasan lain yaitu Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. j. Penanganan Pengaduan Masyarakat Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim untuk menangani pengaduan masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/MENKES/239/2016 tanggal 11 April 2016 tentang Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu. Dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor PER/05/M.PAN/14/2009 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah. k. Koordinasi Integrasi Program 25

Mengawal terlaksananya integrasi program prioritas 2016-2019 seperti Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Pos Pembinaan Terpadu (PTM di Posbindu) dan Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis. l. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Untuk mencapai tujuan tata kelola yang baik, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, diantaranya: 1) Keterbukaan (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai organisasi. 2) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan organisasi terlaksana secara efektif. 3) Responsibilitas (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan organisasi terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip organisasi yang sehat. 4) Independensi (Independency), yaitu organisasi dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip organisasi. 5) Prediktabilitas (Predictability), yaitu implementasi yang konsisten dari kebijakan pendukung, peraturan dan regulasi. 6) Dinamis (Dynamism), yaitu inovasi atau perubahan positif dalam tata kelola yang dapat meningkatkan efisiensi kinerja Inspektorat Jenderal. m. Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi diantaranya melalui : 1) Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM 2) Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian Kesehatan melalui pendampingan penilaian risiko dalam rangka penerapan SPIP di seluruh satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. 26

3) Pemantapan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan diseminasi pencegahan korupsi di satuan kerja. 4) Mendorong pengendalian gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/MENKES/306/2014 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. 5) Mengoptimalkan Pelaporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara bagi aparatur wajib lapor di lingkungan Kementerian Kesehatan. n. Program Penguatan Sistem Pengawasan Meningkatkan implementasi penangaan pengaduan masyarakat di semua unit organisasi. o. Meningkatkan Implementasi Whistleblowing System (WBS) di seluruh satuan kerja Kementerian Kesehatan. p. Meningkatkan Pencegahan Benturan Kepentingan. q. Mendorong Pelaksanaan SPIP pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. r. Mendorong satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). 5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya: Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal tahun 2017 adalah sebesar 95,78% dari target 94%. Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp114.153.583.000,-. Dengan terget fisik sebanyak 3.120 dokumen/laporan. Namun pada Agustus 2017 terdapat perubahan anggaran dan target fisik dari Rp114.153.583.000,- menjadi Rp96.356.716.000,- dengan target fisik dari 3.120 menjadi 3.415 laporan dalam satu tahun. Hal ini berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2017, tanggal 16 Agustus 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017. 27

Penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp91.260.793.981,- (94,71%), sedangkan realisasi fisik sebanyak 3.457 laporan (101,23%). Jika melihat capaian kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2017 sebesar 95,78% dan penyerapan anggaran sebesar 94,71% dengan realisasi fisik sebesar 101,23% maka telah terjadi efisiensi penggunaan sumber daya di lingkungan Inspektorat Jenderal. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembinaan dan pengawasan kepada auditor dalam satu penugasan mengingat terbatanya SDM auditor di Inspektorat Jenderal yang hanya berjumlah 155 orang yang terdiri dari Auditor Pertama 77 orang, Auditor Muda 47 orang, dan Auditor Madya 24 orang. 28

6. Kinerja Inisiatif Pencegahan Korupsi: Selama tahun 2017 terdapat beberapa Kegiatan Inisiatif Pencegahan Korupsi yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal antara lain: a. Kementerian Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama-sama membahas pembentukan Satgas Penanganan Fraud Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tanggal 22 Februari 2017; b. Sosialisasi Permenkes 58 tahun 2016 tentang Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan dengan peserta para pengurus organisasi profesi / perhimpunan / asosiasi bidang kesehatan, para pengurus asosiasi / perhimpunan perusahaan / industri bidang kesehatan, serta para pimpinan Rumah Sakit Umum Vertikal dan Daerah pada tanggal 11 April 2017; c. Mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.01.07/MENKES/310/2017 tentang Konfirmasi Status Wajib Pajak Pada Pelayanan Publik Tertentu di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Dimana ditetapkan 21 (dua puluh satu) pelayanan publik yang harus melaksanakan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) di lingkungan Kementerian Kesehatan pada Tanggal 3 Juli 2017; d. Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Antara Kemenkes, KPK dan BPJS Kesehatan Tentang Tim Bersama Penanganan Kecurangan dalam Program JKN pada tanggal 19 Juli 2017; 29

e. Survei Penilaian Integritas di Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh KPK bekerjasama dengan BPS dalam upaya peningkatan integritas birokrasi dan perbaikan sistem pencegahan korupsi. Survei ini memotret integritas sebuah lembaga pemerintah melalui dua sumber yaitu internal pegawai dan dari publik yang pernah berhubungan atau mengakses layanan lembaga tersebut (eksternal) dimulai pada tanggal 1 Agustus 2017; f. Evaluasi Internal Audit Capability Model (IA-CM) pada Inspektorat Jenderal Kemenkes dilaksanakan oleh BPKP RI. Ruang lingkup evaluasi tersebut antara lain melakukan validasi terhadap perbaikan yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kemenkes RI dalam upaya meningkatkan kapabilitasnya ke level yang lebih baik. Dari laporan hasil evaluasi IA-CM yang diterbitkan pada 10 Agustus 2017, saat ini Aparatur Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Inspektorat Jenderal Kemenkes RI berada di level 2 dengan perbaikan; g. Dalam menjaga kualitas hasil audit intern yang dilaksanakan oleh auditor Kementerian Kesehatan telah dilakukan kegiatan Telaahan Sejawat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan. Kegiatan telaah sejawat ini dilaksanakan dibawah koordinasi dan pengaturan dari Asosiasi Auditor Internal Pemerintah (AAIPI). Dengan dilakukannya telaah sejawat ini Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) mendapatkan saran perbaikan kinerja yang dapat memberikan nilai tambah kepada organisasi, dengan menjamin bahwa audit telah dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dilengkapi pedoman kerja yang memadai yang dimuali pada tanggal 21 Agustus 2017; h. Penandatanganan Dokumen Perjanjian Kerjasama antara KPK dengan Kemenkes tentang Koneksitas Whistleblowing System (WBS) online bersama-sama dengan dengan 17 (tujuh belas) Kementerian/Lembaga terpilih bertempat di Auditorium LPSK, Jl.Raya Bogor KM 24, No. 47-49, Jakarta Timur pada tanggal 27 September 2017; i. Berperan aktif sebagai salah satu anggota Pokja Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan dalam rangka upaya pencegahan korupsi pada praktik bisnis bidang kesehatan bersama dengan stakeholder lain 30

seperti: Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab), Dirjen Bea dan Cukai, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP), Gabungan Perusahaan Farmasi (GP Farmasi), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Direktorat Penilaian Alat Kesehatan & PKRT Kemenkes RI; j. Pembentukan zona integritas dan pembinaan satker berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) atau Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Selama tahun 2017 terdapat usulan satker untuk dinilai sebagai satker WBK/WBBM dari masing-masing unit utama sebanyak 84 satker dan telah dilakukan Pre Assesment sebanyak 33 satker. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal selama tahun 2017 sebanyak 45 satker. Dari 45 satker tersebut telah dilakukakan kegiatan self assesment pada 25 satker dan yang telah memenuhi satker berpredikat WBK dari Kementerian Kesehatan sebanyak 13 satker. Satker yang diusulkan ke Kemenpan RB selaku Tim Penilai Nasional (TPN) WBK/WBBM sebanyak 6 satker dan yang telah dinilai oleh TPN sebanyak 4 satker; k. Menindaklanjuti Rencana Aksi atas Saran Perbaikan Hasil Kajian Perizinan dan Pengawasan Obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) antara lain: Revisi KMK No: HK.02.02/MENKES/524/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional; Penyusunan Juknis Permenkes Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotik dengan memasukkan klausul pengawasan penjatuhan sanksi administrasi; Penyusunan/pembuatan Sistem Monitoring Nasional (SIMONA) sebagai salah satu tools dalam memantau pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Sarana Pelayanan Kefarmasian; Penyusunan Revisi Permenkes Nomor 63 tahun 2014tentang Pengadaan Obat Berdasarkan E-Catalogue (penggantian obat TMS pada saat proses pengadaan e-katalog obat); Mengembangkan sistem monitoring baku atas pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi kefarmasian oleh BPOM dan Dinas 31

Kesehatan, termasuk tindak lanjut hasil pengawasan yang terkoneksi dengan system e-licensing yang direncanakan dengan konsep single submission dan single risk managemen; Memberikan akses kepada Balai/Balai Besar POM terkait pelaporan SIPNAP; Mengembangkan sistem e-licensing terintegrasi dengan e-report. l. Pelaporan Pengendalian Gratifikasi dilingkungan Kementerian Kesehatan melalui Unit Pengendalian Gratifikasi Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2017 terdapat 89 laporan gratifikasi yang diterima oleh UPG Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Inspektorat Jenderal. Dari 89 barang gratifikasi yang telah dilaporkan tersebut 69 diantaranya telah mendapatkan status dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu: 23 menjadi Milik Negara, 3 menjadi Milik Penerima, 42 dikelola UPG, dan 1 sebagian Milik Negara. Sedangkan 20 masih dalam proses; m. Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaran Negara (LHKPN) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.03.01/MENKES/066/I/2010 sebagaimana telah diperbaharui dengan Permenkes No. 35 Tahun 2017 tentang Wajib Lapor Harta Kekayaan bagi Pejabat di Lingkungan Kementerian Kesehatan, Itjen Kemenkes mendorong pelaporan LHKPN tersebut kepada seluruh satker di lingkungan Kemenkes. Sampai dengan 31 Desember 2017 dari jumlah wajib lapor Penyelenggara Negara sebanyak 3.562, yang telah menyampaikan LHKPN adalah 3.328 orang (93,00%). 7. Kegiatan Penunjang Keberhasilan: Beberapa kegiatan penunjang untuk mendukung pencapaian sasaran ini dilakukan upaya antara lain: a. Kegiatan Penguatan Kapasitas APIP antara lain: Partisipasi Itjen Kemenkes Dalam Seminar: Audits and Investigations: Two Sides Of The Same Coin? Experiences Of Cooperation Efforts. Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 mengenai Struktur dan Organisasi Tata Kerja di Kementerian Kesehatan, yang memiliki kewenangan melakukan audit investigasi adalah Unit Eselon II 32

Inspektorat Investigasi di bawah Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. Inspektorat Investigasi bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengawasan terhadap kasus pelanggaran yang berindikasi kerugian negara, pelanggaran administrasi, tindak lanjut pengaduan masyarakat dan penugasan lain berdasarkan instruksi khusus Menteri, serta penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan pada tanggal 21 Februari 2017; Diklat Penyusunan Laporan Hasil Audit Bagi Para Auditor Inspektorat Jenderal Kemenkes. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan kembali mengundang Best Practice sebagai penyedia jasa peningkatan kapasitas SDM untuk melaksanakan pelatihan effective writing skill audit report kepada para Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebanyak 40 (empat puluh) peserta, kegiatan tersebut berlangsung selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 22 s.d 24 Februari 2017 di Hotel Manhattan Jakarta; Diklat Training Need Analysis. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Best Practice Indonesia menyelenggarakan diklat Training Need Analysis (TNA). Kegiatan tersebut diselenggarakan di The Park Lane Hotel, Jakarta dan diikuti oleh 20 orang, yang terdiri dari pegawai yang berasal dari perwakilan masing-masing Inspektorat serta perwakilan Sekretariat Inspektorat Jenderal. Diklat ini akan berlangsung selama 3 (tiga) hari dari tanggal 30 Oktober 2017 s.d 1 November 2017; FGD dalam Rangka Penyusunan Rekomendasi Roadmap Itjen Kemenkes atas Hasil Asesmen USAID CEGAH. Bertempat di Park Lane Hotel, Jakarta, United States Agency for International Development (USAID) CEGAH menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendiskusikan rekomendasi dalam rangka penguatan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sampai setidaknya tahun 2019 sekaligus memberikan masukan untuk Roadmap Kementerian Kesehatan, khususnya yang terkait dengan 33

Inspektorat Jenderal. Kegiatan diselenggarakan pada tanggal 3 November 2017; b. Sosialisasi Anti Korupsi antara lain: Sosialisasi Permenkes No. 58 Tahun 2016 mengenai Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan pada Rakernas PB PAPDI tahun 2017 yang dihadiri oleh seluruh pengurus PAPDI dari 36 cabang se-indonesia yang diselenggarakan di Hotel Harris Kelapa Gading, Jakarta dengan materi terkait Pandangan terhadap Gratifikasi di Bidang Profesi Kedokteran dan Sosialisasi Permenkes No. 58 Tahun 2016 tentang Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan pada tanggal 18 Maret 2017; Pembekalan Materi Anti Korupsi Bagi Tim Nusantara Sehat Batch VIII Tahun 2017 Oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI bertempat di Pusdikkes Kodiklat TNI AD, Jl. Raya Bogor No. 30, Kramat Jati, Jakarta Timur pada tanggal 6 Oktober 2017; Launching Sistem Manajemen Audit (SIMENDIT) Perisai Anti Korupsi oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan (Drs. Purwadi, Apt, MM, ME) bersama Inspektur Investigasi (drg. Rarit Gempari, MARS, QIA) pada tanggal 9 November 2017; Sosialisasi Pengawasan Mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Itjen Kemenkes. Inspektorat Jenderal Mengadakan Sosialisasi Pengawasan mengenai Rancangan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diikuti oleh pegawai dilingkungan Inspektorat Jenderal. c. Koordinasi Lintas Sektor antara lain: Rekonsiliasi Tiga Pihak (Tripartit) Antara Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Keuangan RI dan BPK RI Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 (Audited). Rekonsiliasi ini secara umum bertujuan untuk memperoleh keakuratan dan keyakinan bahwa data yang disajikan dalam LK Pemerintah Pusat (LKPP) sama dengan data yang disajikan dalam LK Kementerian/Lembaga, antara lain Kementerian Kesehatan RI. Hasil rekonsiliasi juga telah memasukkan usulan koreksi audit tim pemeriksa 34

Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI). Kegiatan dilaksanakan pada 13 April 2017; Kementerian Kesehatan mengadakan audiensi bersama USAID CEGAH dan lembaga Indonesian Corruption Watch (ICW) guna membahas hasil riset yang telah dilakukan ICW dan beberapa perwakilan ICW di 14 Provinsi. Kegiatan tersebut merupakan wujud kerja sama USAID dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka pemberantasan dan pencegahan korupsi. Bentuk dari kerjasama USAID tersebut adalah dengan mengadakan riset dan advokasi terhadap potensi kecurangan dalam pelayanan BPJS Kesehatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI), Pemantauan Pelayanan Fasilitas Kesehatan dengan berbagai metode, serta memperkuat mekanisme keluhan di 15 Daerah pada tanggal 15 September 2017; Evaluasi Reformasi Birokrasi dan SAKIP Kementerian Kesehatan untuk Tercapainya Good Governance oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tanggal 4-5 Oktober 2017; Penandatanganan Letter of Commitment (LoC) tentang Optimalisasi Pengawasan Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah dan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Seluruh APIP Kementerian/Lembaga/Daerah (K/L/D). Penandatanganan LoC dilaksanakan di ruangan Inspektur Jenderal Lantai II Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2017; d. Penguatan Manajemen Pengawasan antara lain: Rapat Kerja Pengawasan Tahun 2017. Untuk menghasilkan rumusan perencanaan pengawasan Inspektorat Jenderal yang terintegrasi, maka pada tanggal 21 s.d 24 Maret 2017 bertempat di Hotel Anvaya Beach Resort Bali, Kegiatan kali ini mengambil tema Implementasi Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Dalam Mengawal Pelaksanaan Program/Kegiatan Kementerian Kesehtan RI. Kegiatan Rakerwas tahun 2017 dihadiri oleh seluruh jajaran eselonn II, eselon III, eselon IV, 35

perwakilan auditor, dan fungsional lain di lingkungan Inspektorat Jenderal serta beberapa perwakilan satuan kerja vertikal Kementerian Kesehatan yang berada di Provinsi Bali; Kegiatan Rekonsiliasi Pemutakhiran Tindak Lanjut Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal, BPKP, dan BPK RI. Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menyelenggarakan acara Rekonsiliasi Pemutakhiran Tindak Lanjut Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pengawas Keuangan (BPK). Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 3-6 Mei 2017; Kegiatan Rekonsiliasi Pemutakhiran Tindaklanjut Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal dan Badan Pengawas Keuangan (BPK) Tahun 2017 di Batam Provinsi Kepulauan Riau pada 22 November 2017; Dalam rangka keterbukaan informasi publik Inspektorat Jenderal secara berkala mempublikasikan hasil kinerjanya melalui berbagai saluran informasi baik melalui website maupun media sosial. Informasi yang diakses seperti Laporan Kinerja, Laporan Triwulanan, pengumumann LHKPN, Jumlah Pengaduan, dan lainnya. B. REALISASI ANGGARAN Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: DIPA-024.02.1.415366/2017 Tanggal 7 Desember 2016 dengan alokasi sebesar Rp114.153.583.000,-. Tabel Alokasi Anggaran Belanja Berdasarkan Program Tahun 2016 dan 2017 No Program Sasaran 1 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan RI Anggaran Tahun 2017 Tahun 2016 Meningkaatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan 114.153.583.000 105.000.000.000 terlaksananya Reformasi Birokrasi 36

J U M L A H 114.153.583.000 105.000.000.000 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran program Inspektorat Jenderal tahun 2017, naik sebesar Rp9.153.583.000,- atau sebesar 8,71% dibandingkan dengan pagu anggaran tahun 2016. Selama periode berjalan, Inspektorat Jenderal telah melakukan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017, terdapat efisiensi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tanggal 16 Agustus 2017. Pagu anggaran yang semula berjumlah Rp114.153.583.000,- mengalami efisiensi sebesar Rp17.796.867.000,- sehingga pagu anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi Rp96.356.716.000,-. Tabel Rincian Realisasi Anggaran Tahun 2017 Uraian 2017 2016 % ANGGARAN REALISASI REALISASI AWAL ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN SETELAH REVISI (Kenaikan/ Penurunan) Belanja Belanja Pegawai 36.675.982.000 36.675.982.000 34.281.666.412 33.096.674.095 3,58 Belanja Barang 75.092.602.000 57.295.735.000 54.807.163.293 59.425.997.242 (7,77) Belanja Modal 2.384.999.000 2.384.999.000 2.171.964.276 2.624.988.800 (17,26) Belanja Bantuan Sosial - - - - - Jumlah Belanja 114.153.583.000 96.356.716.000 91.260.793.981 95.147.660.137 (4,09) Alokasi Anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 untuk mewujudkan sasaran Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah sebesar Rp96.356.716.000,- (Rp114.153.583.000 - Rp17.796.867.000) terdiri dari Belanja Pegawai Rp36.675.982.000,- dan Non Belanja Pegawai yang terdiri dari Belanja Barang sebesar Rp57.295.735.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp2.384.999.000,-. Dari alokasi yang dianggarkan tersebut, sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 telah direalisasikan sebesar Rp91.260.793.981,- (94,71%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp34.281.666.412,- dan Non Belanja Pegawai yang terdiri dari 37

Belanja Barang sebesar Rp54.807.163.293,- dan Belanja Modal sebesar Rp2.171.964.276,-. sedangkan anggaran yang tidak terserap sebesar Rp5.095.922.019 (5,29%). Realisasi Belanja Pegawai tahun 2017 dan 2016 masing-masing adalah Rp34.281.666.412,- dan Rp33.096.647.095,- Realisasi belanja pegawai tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 3,58% dari tahun 2016. Hal ini disebabkan antara lain oleh: 1. Adanya pengangkatan ke dalam jabatan Struktural sebanyak 1 orang; 2. Adanya pengangkatan ke dalam jabatan Fungsional sebanyak 25 orang; 3. Adanya kenaikan pangkat (Golongan) sebanyak 25 orang; 4. Adanya Kenaikan Gaji Berkala (KGB) sebanyak 168 pegawai; 5. Adanya Kenaikan Uang Makan sebesar Rp5.000 per hari, yang berlaku mulai bulan Juni 2017. Untuk Realisasi Belanja Barang tahun 2017 dan 2016 masing-masing adalah sebesar Rp54.807.163.293,- dan Rp59.425.997.242,-. Realisasi Belanja Barang tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 7,77% dari Realisasi Belanja Barang Tahun 2016. Hal ini antara lain disebabkan adanya efisiensi penggunaan anggaran belanja jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas di tahun 2017. Belanja Modal tahun 2017 dan 2016 masing-masing adalah sebesar Rp2.171.964.276,- dan Rp2.624.988.800,-. Realisasi Belanja Modal pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar (17,26%) dibandingkan tahun 2016 disebabkan oleh kebutuhan pembelian aset di tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan tahun 2016. Tabel Persentase Realisasi Anggaran Tahun 2016 Realisasi Anggaran Tahun 2017 Pagu Awal Pagu Revisi Target Realisasi % Target Realisasi % 114.153 91.260 79,94 96.356 91.260 94,71 Jika melihat pada tabel diatas maka realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 adalah sebesar 79,94% jika 38

dibandingkan dengan pagu awal, sedangkan jika dibandingkan dengan pagu revisi maka realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebesar 94,71%. Jumlah alokasi dan realisasi anggaran serta persentase realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan selama 5 Tahun (2013 2017) dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik Alokasi dan Realisasi Anggaran Itjen Kementerian Kesehatan Tahun 2013-2017 (dalam jutaan rupiah) Pada grafik di atas terlihat realisasi anggaran pada tahun 2017 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Perubahan alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2013-2017 dapat terlihat pada grafik berikut : Grafik Alokasi dan Realisasi Anggaran Inspektorat Jenderal Tahun 2013-2017 39

Grafik Persentase Realisasi Anggaran Inspektorat Jenderal Tahun 2013 2017 Realisasi anggaran per sasaran kegiatan di setiap unit Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I: 40

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp8.045.649.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp7.707.505.131,- (95,80%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp8.045.649.000,- Rp7.707.505.131,- 95,80 Rp8.713.931.000,- Rp8.565.758.191,- 98,30 Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat I dari Rp8.713.931.000,00,- pada tahun 2016 menjadi Rp8.045.649.000,- pada tahun 2017. 2. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II: Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp10.195.433.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp9.569.491.870,- (93,86%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp10.195.433.000,- Rp9.569.491.870,- 93,86 Rp11.585.145.000,- Rp10.953.581.239,- 94,55 Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat II dari Rp11.585.145.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp10.195.433.000,- pada tahun 2017. 3. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III: Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp7.879.754.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp7.586.944.030,- (96,28%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp7.879.754.000,- Rp7.586.944.030,- 96,28 Rp8.102.182.000,- Rp7.637.634.321,- 94,27 Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat III dari Rp8.102.182.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp7.879.754.000,- pada tahun 2017. 4. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV: Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp7.017.418.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp6.728.934.229,- (95,89%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp7.017.418.000,- Rp6.728.934.229,- 95,89 Rp8.052.946.000,- Rp7.740.864.498,- 96,12 41

Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat IV dari Rp8.052.946.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp7.017.418.000,- pada tahun 2017. 5. Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan. Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp6.085.150.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp5.646.086.793,- (92,78%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp6.085.150.000,- Rp5.646.086.793,- 92,78 Rp6.203.100.000,- Rp5.653.955.051,- 91,15 Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat Investigasi dari Rp6.203.100.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp6.085.150.000,- pada tahun 2017. 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp57.133.312.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember tahun 2017 sebesar Rp54.039.831.928,- (94,99%). 2017 2016 % % Pagu Realisasi Pagu Realisasi Rp57.133.312.000,- Rp54.039.831.928,- 94,59 Rp56.344.156.000,- Rp54.596.866.837,- 96,90 Jika melihat tabel diatas terdapat kenaikan pagu anggaran Sekretariat Inspektorat Jenderal dari Rp56.344.156.000,- pada tahun 2016 menjadi Rp57.133.312.000,- pada tahun 2017. Adapun beberapa penyebab penurunan penyerapan anggaran dari TA. 2016 dibanding dengan TA. 2017 Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Kenaikan dasar pengenaan pajak/ptkp (Penghasilan Tidak Kena Pajak), sehingga pajak yang melekat pada enghasilan pegawai semakin kecil; 2. Adanya pegawai yang pindah di akhir tahun 2016 sebanyak 2 orang dan pada tahun 2017 sebanyak 6 orang; 3. Kekosongan jabatan struktural Eselon II dan IV selama beberapa bulan. 42

C. PENGHARGAAN Berbagai penghargaan telah diraih Kementerian Kesehatan sepanjang tahun 2017. Dengan adanya penghargaan yang diraih, diharapkan dapat terus memacu semua lini Kementerian kesehatan untuk meningkatkan kinerja. Berikut adalah penghargaan yang diterima/diinisiasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan: 1. Kementerian Kesehatan memperoleh penghargaan dari Kementerian Keuangan Kementerian Kesehatan mendapatkan penghargaan dari Kementerian Keuangan untuk kategori Kementerian Negara/Lembaga Pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak Terbaik dan Kementerian Negara/Lembaga Pembina Teknis Kinerja Pengelolaan Badan Layanan Umum Terbaik. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menteri Keuangan pada acara Stakeholders Gathering Kementerian Keuangan Award 2017. 43

2. Inspektorat Jenderal Juara Pertama e-aspirasi Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun 2017 ASPIRASI adalah singkatan dari Anugerah Situs Inspirasi Sehat Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Kriteria penilaian didasarkan pada aksesibilitas dan penyajian informatif, antara lain arsitektur web desain (web design architecture), desain antarmuka (interface design), tata kelola (content management), keamanan website (web security) dan optimasi mesin pencarian (search engine optimization). 3. Tiga Satuan Kerja memperoleh predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dari Kementerian PAN & RB Tahun 2017 Tiga Satuan Kerja Kementerian Kesehatan, Yaitu RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta, dan RS Jiwa Prof Dr. Soeroyo Magelang Menerima Penghargaan Sebagai Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dari Kementerian PAN & RB 44

tahun 2017. Predikat diberikan kepada satuan kerja yang telah menerapkan 4 (empat) Indikator Pengungkit dan 2 (dua) indikator hasil. 4. Penghargaan Sebagai K/L Dengan Implementasi e-lhpkn Terbaik Dengan Kategori Pilot Project Terbaik Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian /Lembaga Dengan Implementasi e-lhkpn Terbaik Untuk Kategori Pilot Project Terbaik Tahun 2017 dari KPK; 5. Penghargaan Sebagai K/L Dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik Tahun 2017 Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian/Lembaga Dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik Tahun 2017 dari KPK. 45

BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja (LKj) Inspektorat Jenderal merupakan bentuk perwujudan pertanggungjawaban yang berfungsi sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam pencapaian visi, misi dan sasaran program Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan dalan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dan juga sebagai upaya dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Penjabaran visi dan misi Inspektorat Jenderal dalam Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal menitik beratkan pada program peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan yang kemudian diurai dalam indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan yang semuanya berjumlah 6 (enam) indikator. Dengan demikian laporan ini menjabarkan tentang capaian kinerja Inspektorat Jenderal yaitu pengukuran terhadap sasaran program dan kegiatan pengawasan yang tercermin dalam pencapaian indikator kinerja utama maupun indikator kinerja kegiatan dan juga dukungan sumber daya keuangan yang sudah mencapai 94,71%. Dari hasil pengukuran dan analisis sasaran kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2017 menunjukkan hasil yang secara umum sudah baik. Hal ini tergambar dari capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal yang sudah direalisasikan 95,78%, begitupun dengan capaian beberapa Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang sudah memenuhi target yang ditetapkan dengan beberapa terobosan yang sudah dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya, pembinaan terintegrasi yang meliputi lingkup wilayah binaan dan pembinaan satuan kerja berdasarkan metode on going process dan reviu pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Kesehatan. Peran Inspektorat Jenderal dalam mendorong Kementerian Kesehatan untuk mencapai good governance terlihat dari prestasi-prestasi yang telah diraih oleh 46

Kementerian Kesehatan yang erat kaitannya dengan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai instansi pengawas intern Kementerian Kesehatan RI. Keberhasilan yang telah dicapai Inspektorat Jenderal pada tahun 2017 yang merupakan tahun ketiga dari periode Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 ini diharapkan akan menjadi tonggak dan barometer dalam pelaksanaan program pengawasanan lima tahun kedepan yang lebih efektif, efisien dan akuntabel sehingga hasil pencapaian pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun diharapkan selalu sesuai dengan rencana strategis dan dokumen perencanaan lainnya yang telah ditetapkan. Dalam upaya meningkatkan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk mendukung capaian renstra Kementerian Kesehatan maka akan dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: Mendorong peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk mencapai Internal Audit Capability Model (IACM) level 3; Peningkatan maturitas SPIP Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menuju level 3; Meningkatkan peran APIP dalam area perubahan penguatan pengawasan dalam pelaksanaan reformasi berokrasi Kementerian Kesehatan; Melaksanakan pencegahan fraud JKN melalui Tim Bersama dalam satgas penanganan fraud JKN; Melaksanakan monev dan joint audit Dana Alokasi Khusus (DAK) bersama Kementerian Dalam Negeri; Pengawasan program prioritas Kementerian Kesehatan melalui audit kinerja. 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI 48

Lampiran 1 - Perjanjian Kinerja Tahun 2017 49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Tahun 2017 Menkes Bersama Pejabat Eselon I Menandatangani Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Rekonsialiasi Laporan Keuangan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Tingkat Eselon I (UAPPA/B E-I) 68

Pertemuan Rekonsiliasi dan Reviu Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2016 di Lingkungan Badan PPSDM Kesehatan Inspektorat Jenderal Lakukan Reviu LAKIP Unit Organisasi (Eselon I) Kemenkes Tahun 2016 69

Partisipasi Itjen Kemenkes Dalam Seminar: Audits And Investigations: Two Sides Of The Same Coin? Experiences Of Cooperation Efforts Best Practice Audit Report : Laporan Hasil Audit Bagi Para Auditor Inspektorat Jenderal Kemenkes 70

Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Kesehatan TA. 2016 oleh APIP Kemenkes Rencana Kerja Program (RKP) Kementerian Kesehatan Tahun 2018 71

Pembahasanan Pembentukan Satgas Bersama Penanganan Fraud Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Itjen Ramaikan Pameran Kesehatan Pada Rakerkesnas 2017 72

Deputi Pencegahan KPK: Pengawasan Pelaksanaan JKN Harus Diperkuat Kementerian Kesehatan RI Memperoleh Dua Penghargaan Sekaligus Dalam Stakeholders Gathering Kementerian Keuangan Award 2017 73

Sosialisasi Permenkes Nomor 58 Tahun 2016 Tentang Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan Pada Rakernas Pb Papdi Tahun 2017 Rapat Kerja Pengawasan Tahun 2017 Implementasi Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Dalam Mengawal Pelaksanaan Program/Kegiatan Kementerian Kesehatan RI 74

Inspektur Jenderal Mendampingi Menteri Kesehatan RI Membuka Pembekalan Tim Nusantara Sehat Batch VI Itjen Kemenkes Adakan Sosialisasi Permenkes 58 Tahun 2016 Tentang Sponsorship Bagi Tenaga Kesehatan 75

Pembukaan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2017 Irjen Membuka Acara Rekonsiliasi Pemutakhiran Tindak Lanjut Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal, BPKP, dan BPK RI 76

Penandatanganan Nota Kesepahaman Antara Kementerian Kesehatan Dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Nusantara Sehat Untuk Indonesia Yang Lebih Sehat Kemenkes Boyong Penghargaan Pengelolaan Keuangan (Penghargaan WTP) dari BPK RI 77

Irjen Dampingi Menkes Dalam Pertemuan Koordinasi Pasca Penugasan Dan Pemulangan Tim Nusantara Sehat Batch I Tahun 2015 Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Antara Kemenkes, KKP Dan BPJS Kesehatan Tentang Tim Bersama Penanganan Kecurangan Dalam Program JKN 78

Pelepasan Jemaah Haji Kloter I Tahun 2017 Wilayah Provinsi Jawa Barat oleh Irjen Kemenkes Bersama Gubernur Jawa Barat Peran Serta Aktif AoC Inspektorat Jenderal Kemenkes pada Jambore Agen Perubahan Kementerian Kesehatan Gelombang II tahun 2017 79

Penyerahan Hasil Telaah Sejawat Inspektorat Jenderal Kemenkes Oleh Inspektorat Jenderal Kemenhub Kemenkes Adakan Audiensi dengan USAID dan Indonesia Corruption Watch (ICW) Terkait Hasil Riset Isu Kesehatan 80

Penandatanganan Dokumen Perjanjian Kerja Sama antara KPK dengan Kemenkes Tentang Koneksitas WBS Entry Meeting Telaah Sejawat Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 81

Pembekalan Materi Anti Korupsi Bagi Tim Nusantara Sehat Batch VIII Tahun 2017 Oleh Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan RI Inspektur Jenderal Kemenkes Tandatangani LoC Pengawasan Penerimaan Negara 82

Entry Meeting BPK atas Efektivitas Pengelolaan obat dalam Penyelenggaraan JKN tahun 2016 Semester I Tahun 2017 KPK Adakan Pertemuan Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan di Kemenkes RI 83

Kerjasama dengan Best Practice Indonesia, Itjen Selenggarakan Diklat Training Need Analysis Inspektur Jenderal Paparkan Hasil Pengawasan dan Pengendalian Penyelenggaraan Istitha ah Kesehatan Haji Tahun 1438H/2017M 84

FGD dalam Rangka Penyusunan Rekomendasi Roadmap Itjen Kemenkes atas Hasil Asesmen USAID CEGAH Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Me-launching Sistem Manajemen Audit (SIMENDIT) Perisai Anti Korupsi 85

Rapat Koordinasi Pimpinan Paripurna Penguatan Pengawasan dan Membudayakan Penggunaan Anggaran Secara Tepat dan Efektif Inspektorat Jenderal Meraih Juara I Kompetisi e-aspirasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 86

Rekor MURI untuk Penyelenggaraan Senam Peregangan Dengan Jumlah Peserta Hingga Mencapai 12 Ribu Orang Kegiatan Rekonsiliasi Pemutakhiran Tindaklanjut Laporan Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal dan Badan Pengawas Keuangan (BPK) Tahun 2017 87

Tiga Satuan Kerja Kementerian Kesehatan, Yaitu RSUP dr.soeradji Tirtonegoro Klaten, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Jakarta, dan RS Jiwa Prof Dr. Soeroyo Magelang Menerima Penghargaan Sebagai Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian /Lembaga Dengan Implementasi e-lhkpn Terbaik Untuk Kategori Pilot Project Terbaik Tahun 2017 dari KPK 88

Kementerian Kesehatan Meraih Penghargaan Sebagai Kementerian/Lembaga Dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik Tahun 2017 dari KPK Sosialisasi Pengawasan Mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Lingkungan Itjen Kemenkes 89