RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

APLIKASI KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH SAWI (Brassica rapa)

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkhisin terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum) Varietas Lado F1

RESPON BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP LAMA PERENDAMAN COLCHICINE SKRIPSI

PENGARUH MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH TIGA KULTIVAR KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) DI LAHAN PASIR PANTAI

PENGARUH PENGGUNAAN KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.) DI DATARAN MEDIUM

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

RESPONS PERTUMBUHAN KECAMBAH BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PENGUPASAN KULIT ARI BENIH DAN KONSENTRASI KOLKISIN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

EFEK APLIKASI MULSA ORGANIK DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. et Nankai) Diana Wati dan Zulfikar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

Penggunaan Pupuk pada Tanaman Bawang Merah

Evi Nur Aili, Respatijarti dan Arifin Noor Sugiharto* )

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

PENGARUH KONSENTRASI KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG PANJANG (Vigna sinensis L) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA WAKTU PEMBERIAN KOLKHISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN POLIPLOID PADA BIJI MUDA KEDELAI YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PEMBERIAN VARIASI WAKTU MUTAGEN KOLKHISIN TERHADAP PRODUKTIFITAS UMBI GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn) ARTIKEL SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

Tipe perkecambahan epigeal

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL DAN MUTU FISIOLOGIS DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr)

PENGARUH LIMBAH BIOETANOL JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa superba L.) merupakan tanaman asli daratan

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

THE EFFECTIVENESS TEST OF BULB SIZE AND BIOURINE ADDITIONS ON THE GROWTH AND YIELD OF ONION (Allium ascalonicum L.)

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

53 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL SAINS AGRO

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Transkripsi:

Conference Info: Event: Seminar, Ekspo dan Diskusi (SEEDs) Perbenihan Nasional 2017 Tempat: Gedung serba guna Soetrisno Widjaja, Politeknik Negeri Jember Tanggal: 27 November 2017 (07.00 16.00 WIB) AGROPROSS National Conference Proceedings of Agriculture Publisher: Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember Online Ver. https://jpp.polije.ac.id/conference Jl. Mastrip Po.Box 164 Sumbersari, Kab. Jember 68121 RESPON PRODUKSI BENIH KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) MERILL) TERHADAP PEMBERIAN KOLKISIN. RizkiAdi Purnomo 1, Nurul Sjamsijah 1, Mochamat Bintoro 1 1 Program Studi Teknik Produksi Benih Jurusan Pertanian, Politeknik Negeri Jember Jl. Mastrip PO. BOX 164 Jember Corresponding author : rizkia5994@gmail.com ABSTRACT This research is aimed to determine the response of plants and obtain plants with more morphological appearance, so that pods contains 2 and 3 on edamame soybean can be increased by using soaking treatment of edamame soybean seed using colchicine. This research was conducted in December 2016 until March 2017 in vacant land of PT. Gading Mas Indonesia Teguh, in Klompangan village, Ajung sub-district, Jember district. This research used Factorial Randomized Completely Block Design (RCBD) with 3 repetitions: the first factor is the seed was soaked for (1; 2; 3 hour) the second factor is concentration of colchicine, (25; 50; 75 ppm). The result of the research showed that the long treatment of colchicines immersion showed no significant difference in almost all observation parameters except for the pod contains one which showed significant difference. While the concentration treatment showed no significant difference in all parameters. The interaction between the duration of immersion and concentration showed no significant difference in all parameters. Keyword: Colchicine, Edamame, soybean Kata Kunci: Kedelai edamame, kolkisin, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman dan memperoleh tanaman dengan tampilan morfologis lebih, sehingga polong isi 2 dan 3 pada kedelai edamame dapat ditingkatkan dengan menggunakan perendaman perlakuan benih kedelai edamame dengan menggunakan kolkisin. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 di lahan kosong PT. Gading Mas Indonesia Teguh, di Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Rangkap Faktorial (RAK) dengan 3 pengulangan: Faktorpertama adalah benih yang direndam selama (1; 2; 3 jam) faktor kedua adalah konsentrasi kolkisin, (25; 50; 75 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendamanmenunjukkan tidak berbeda nyata pada hampir semua parameter pengamatan kecuali polong isi satu yang menunjukkan berbeda nyata. Sedangkan perlakuan konsentrasi menunjukkan tidak berbeda nyatapada semua parameter. Interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi menunjukkan tidak berbeda nyatapada semua parameter.

I. PENDAHULUAN Kedelai edamame merupakan salah satu jenis kedelai putih yang berasal dari Jepang tetapi sudah dibudidaya di Indonesia. Kota Jember terdapat beberapa perusahaan yang bergerak dibidang produksi kedelai edamame segar. Kedelai edamame yang sekarang dibudidayakan oleh salah satu perusahaan tersebut adalah varietas Ryoko. Kedelai edamame varietas Ryoko masih dinilai mempunyai kekurangan yakni masih terdapat polong isi satu sebanyak 4-5 buah pertanaman dengan produksinya yang masih rendah apabila dibanding dengan varietas lainnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas panen segar edamame karena polong isi satu akan masuk ke grade terbawah dalam proses sortasi. Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara untuk melakukan perbaikan genotip tanaman dan mendapatkan variertas unggul dengan berbagai cara, yaitu persilangan, mutasi, atau melalui rekayasa genetik tanaman (Anggraito, 2012). Mutasi adalah salah satu cara yang sering dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang berbeda dengan tanaman sebelumnya, salah satu mutagen yang sering digunakan dalam mutasi dan dapat menyebabkan poliploidi adalah kolkisin. Kolkisin (C22H25O6N) adalah salah satu jenis alkaloid yang berasal dari umbi serta biji tanaman Autumn crocus (Suryo, 1995). Kolkisin dapat digunakan untuk mendapatkan tanaman mutasi, hal ini terbukti pada penelitian Herman et al, (2014) dimana terjadi perubahan warna biji dan warana polong masak pada kacang hijau dapat berpengaruh terhadap jumlah biji perpolong, serta dapat menyebabkan poliploidi pada penelitian bawang merah (Suminah and Setyawan, 2002). Haryanti et al, (2009) menambahkan bahwa tanaman poliploidi mempunyai pola pertumbuhan, seperti penampakan morfologi, anatomi, fisiologi, genetik, dan produktivitas yang berbeda dibandingkan dengan tanaman diploidnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman dan mendapatkan tanaman dengan penampilan morfologi lebih jagur sehingga polong isi 2 dan 3 pada kedelai edamame dapat meningkat dengan menggunakan perlakuan perendaman benih kedelai edamame menggunakan kolkisin. II. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain: cangkul, pipet, sarung tangan, ember, meteran, gembor, penggaris, polibag, dan alat tulis, benih dasar kedelai Edamame varietas Ryoko, Kolkisin 100 ppm (Indo Biotech Agro), Furadan 3G, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk Urea, pupuk KCL, herbisida, pasir, tanah, fungisida, pupuk Petroganik, pupuk daun MKP, insektisida, dan aquades Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua Faktor dengan 3 kali ulangan: Faktor pertama adalah (R) untuk taraf lama rendaman, terdiri dari: R1 = direndam selama 1 Jam R2 = direndam selama 2 Jam R3 = direndam selama 3 Jam Faktor kedua adalah (K) untuk taraf konsentrasi, terdiri dari : K1 = 25 ppm K2 = 50 ppm K3 = 75 ppm Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapan alat dan bahan Menyiapkan alat yang dibutuhkan yaitu cangkul, sabit, timba, gelas ukur, knapsack sprayer, gembor, penggaris, alat tulis menulis, timbangan analitik, serta menyiapkan bahanbahan yang dibutuhkan yaitu : benih kedelai edamame varietas Ryoko, pupuk SP-36, pupuk ZA, pupuk Urea, pupuk KCL,herbisida, fungisida, insektisida. 2. Persiapan media tanam Media yang digunakan adalah percampuran tanah, pasir, dan petroganik dengan perbandingan 5:1:1. Kemudian tanah diaduk secara merata dan dimasukkan ke dalam polibag hingga memenuhi setengah dari tinggi polibag. 3. Persiapan larutan Persiapan larutan kolkisin dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm. Setiap perlakuan menggunakan larutan sebanyak 50 ml

4. Perendaman benih dengan kolkisin Benih direndam dengan larutan kolkisin sebanyak 50ml sesuai dengan perlakuan (25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm) sebanyak 60 benih direndam secara bersamaan menggunakan gelas dengan diameter dalam 5,2 cm dengan lama perendaman sesuai perlakuan (1, 2, dan 3 jam). 5. Penanaman Penanaman dilakukan pada sore hari dengan tujuan untuk meminimalisir penguapan akibat intensitas cahaya matahari yang tinggi, setiap polibag diisi dengan lima benih yang telah dilakukan perlakuan sebelumnya. 6. Panen Panen dilakukan ketika tanaman pada satu plot atau unit 80% dalam keadaan masak fisiologis dengan ditandai warna polong kuning kecoklatan. Dilakukan dengan cara mencabut tanaman. Parameter Pengamatan 1. Tinggi tanaman (cm) 2. Lebar daun (cm) 3. Jumlah polong pertanaman (Buah) 4. Jumlah polong isi satu, dua, dan tiga. 5. Umur panen (HST) 6. Berat 100 biji (gr) 7. Produksi pertanaman (gr) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan lama perendaman kolkisin (R) menunjukkan berbeda tidak nyata (ns) pada hampir semua parameter pengamatan kecuali parameter polong isi satu yang menunjukkan berbeda nyata. Sedangkan perlakuan konsentrai (K) menunjukkan tidak berbeda nyata (ns) pada semua parameter. Interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi (RxK) menunjukkan tidak berbeda nyata (ns) pada semua parameter. Menurut Suryo (1995) Perlakuan kolkisin yang diberikan pada setiap jenis tanaman mempunyai respon yang berbeda - beda, hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman meskipun dalam satu family apabila diberi perlakuan kolkisin akan mendapat respon yang berbeda, senada dengan penelitian Sutrisno (2014) dimana dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa hampir dari semua parameter yang diamati tidak berbeda nyata hanya pada perlakuan dengan beda varietas menunjukkan berbeda nyata, hal ini diduga karena pada waktu perkecambahan efek kolkisin telah habis atau keberadaan kolkisin pada benih edamame telah habis, apabila pengaruh dari kolkisin telah menghambur, pada sel tanaman poliploidi yang baru dapat membentuk benang - benang spindel selaku aparatus mitosis pada kedua kutubnya dan membentuk nukleus anakan poliploidi seperti pada telofase dari mitosis biasanya (Nofitahesti and Daryono, 2016) sehingga respon yang diberikan tanaman tidak berbeda nyata. Tinggi Tanaman a. Tinggi tanaman 30 hst Gambar 1 Diagram Rerata tinggi tanaman pada 30 HST Hasil dari F hitung perlakuan pemberian kolkisin pada kedelai edamame menunjukkan tidak berbeda nyata, akan tetapi apabila dilihat dari Gambar 1 maka perlakuan pemberian kolkisin cenderung mempunyai hasil yang berbeda tapi tidak nyata. Pada grafik dapat diketahui bahwa tanaman kedelai mempunyai respon yang cenderung baik hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol atau tanaman yang tidak diberi perlakuan kolkisin Kolkisin merupakan zat yang menghambat terbentuknya mikrotubula, yang nantinya akan menjadi aparatus mitosis yakni benang benang spindle Anggraito (2012) dengan terhambatnya pembentukan benang benang spindle sebagai agen pembelahan pada sel, maka kromosom yang telah mengalami penggandaan tidak dibagi kearah berlawanan, sehingga tidak terjadi pemisahan kromosom dan membentuk sel yang poliploidi. Poliploidi yang terjadi akan meningkatkan jumlah kromosom dalam sel sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap aktivitas gen dan metabolisme sel sehingga produksi hormon meningkat (Syaifudin et al., 2013). Akibat peningkatan produksi hormon

maka menyebabkan tinggi tanaman meningkat bila dibandingkan dengan kontrol, hormon yang menjadi faktor internal dalam pertumbuhan adalah auksin dan giberelin. Pada gambar 1 perlakuan perendaman satu jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K1) mempunyai respon cenderung lebih baik dari perlakuan yang lain termasuk kontrol yang tidak diberi kolkisin dengan tinggi 32.08cm. Hal ini senada dengan pendapat Haryanti et al, (2009) yang menyatakan pada umumnya tanaman poliploidi mempunyai kenampakan tanaman dan produktivitasnya lebih baik atau lebih jagur. b. Tinggi tanaman 70 hst bahkan menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati (Suryo, 1995). Lebar Daun Gambar 2. Diagram Rerata tinggi tanaman 70 HST Pada gambar 2 perlakuan kolkisin dengan lama perendaman tiga jam dengan konsentrasi 50 ppm (R3K2) pada kedelai edamame mempunyai respon tinggi tanaman yang terbaik yakni 38.19 cm bila dibandingkan dengan semua perlakuan yang diberikan. Apabila konsentrasi ditingkatkan atau diturunkan maka mengalami penurunan tinggi tanaman. Akan tetapi rerata tinggi tanaman tidak mengalami penurunan atau peningkatan tinggi tanaman yang setabil. Konsentrasi kolkisin serta lama waktupada saat perendaman diduga belum mencapai keadaan yang tepat, sehingga poliploidi belum dapat diperoleh dari kolkisin, namun apabila perlakuan konsentrasi yang diberikan pada benih terlalu tinggi atau waktu perendaman perlakuan benih terlalu lama, maka kolkisin dapat menunjukkan berpengaruh negatif, serta dampaknya penampilan fisik tanaman menjadi kurang optimal, dan sel-sel banyak yang rusak atau Gambar 3 Diagram Rerata lebar Daun pada Umur 30 HST Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa semua respon kedelai edamame cenderung baik karena dari sembilan perlakuan yang diberikan terhadap kedelai edamame mempunyai lebar daun yang lebih lebar dari tanaman kontrol sedangkan, respon terbaik tanaman kedelai edamame dengan pemberian kolkisin yakni perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K1) dengan rerata lebar daun 8.73cm sedangkan rerata lebar daun tanaman kontrol atau tanaman yang tidak diberi perlakuan kolkisin hanya mempunyai lebar daun sebesar 6.6 cm. Hal ini senada dengan pendapat Haryanti et al., (2009) mengungkapkan adanya ciri morfologi yang berbeda pada tanaman poliploididibandingkan tanaman diploidnya. Pada tanaman poliploidimempunyai sel yang ukurannya lebih besar hal ini disebabkan jumlah kromosom yang lebih banyak sehingga menghasilkan bagian tanaman seperti daun, bunga, buah maupun tanaman secara keseluruhan yang lebih besar.

Jumlah Polong Isi Satu Tabel 1 Hasil Uji Lanjut DMRT 5% pada Perlakuan Lama Perendaman Lama Perendaman Jumlah Polong Satu (buah) R1 8,07 a R2 9,38 ab R3 10,96 b Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT 5% Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan R1 dengan perendaman selama 1 jam tidak berbeda nyata dengan perlakuan R2 dengan perendaman selama 2 jam, tetapi perlakuan R1 berbeda nyata dengan R3 dengan perlakuan lama perendaman selama 3 jam. Menurut Suryo, (1995) apabila waktu perlakuan yang terterlalu lama, dapat berpengaruh negatif, yaitu penampilan tanaman menjadi kurang baik, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan kematian pada tanaman. Perlakuan R1 merupakan perlakukan yang terbaik karena mempunyai jumlah polong satu hal ini terjadi karena tanaman poliploidi rata rata mempunyai penampakan tanaman yang lebih jagur. Hilman and Rosliani, (2002) menyatakan bahwa pada saat memasuki fase generatif, biji akan memperoleh asimilat dari hasil remobilisasi cadangan makanan yang dihasilkan dari fase vegetatif yang disimpan pada organ akar, batang, dan daun serta memperoleh hasil fotosintesis saat fase generatif. Sehingga tanaman poliploidi memiki pengisian polong yang baik bila dibanding dengan tanaman diploidnya, sehingga jumlah polong satu dapat menurun. Gambar 4 Diagram Rerata Jumlah Polong Isi Dua Dan Tiga Pada gambar 4 hasil dari rerata menunjukkan bahwa rerata dari jumlah polong isi dua terdapat perbedaan. Respon tanaman kedelai edamame cenderung lebih baik dari pada tanaman kontrol karena dari hasil rerata perhitungan polong isi dua dapat dilihat pada gambar 4 bahwa rerata tanaman yang diberi perlakukan dengan kolkisin mempunyai rerata yang lebih baik dari tanaman kontrol. Untuk perlakuan yang terbaik pada prameter polong isi dua yakni perlakuan dengan perendaman selama tiga jam dengan konsentrasi 75 ppm (R3k3) dengan rerata 37.33 buah sedangkan untuk tanaman kontrol rerata dari polong isi dua yakni 21.83. hal ini menunjukkan bahwa tanaman polipoid mempunyai penampilan yang lebih jagur ditandai dengan peningkatan jumlah polong isi dua yang senada dengan pendapat Sulistianingsih et al, (2004) uaitu perubahan pada jumlah kromosom akan menunjukkan dampak yang berbeda - beda pada penampakan fenotipe dan pertumbuhan tanaman, seperti tanaman menjadi lebih jagur. Pada gambar 4 juga menunjukkan rerata polong isi tiga mempunyai respon yang cenderung kurang baik karena dari beberapa

perlakuan yang diberikan kepada tanaman kedelai edamame masih mempunyai rerata dibawah tanaman kontrol, sedangkan perlakuan lainnya memilliki respon yang baik bila dibanding dengan tanaman kontrol. Perlakuan dengan lama perendaman 2 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R2K3) mempunyai nilai rerata tertinggi yakni sebesar 12.50 buah sedangkan untuk perlakuan dengan nilai rerata terendah adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3) dengan rerata 5.44 buah, hal ini senada dengan pendapat Herman et al, (2014) yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada tanaman akibat pemberian kolkisin sangat bervariasi. Kolkisin yang diberikan pada setiap individu tanaman tidak mempengaruhi semua sel tanaman, tetapi hanya sebagian sel-sel saja. Adanya pengaruh yang berbeda pada sel-sel tanaman disebabkan kolkisin hanya efektif pada sel-sel meristem yang sedang aktif membelah. Hal ini diduga yang menyebabkan polong isi dua pada tanaman dengan perlakuan R3K3 mempunyai rerata cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya sedangkan untuk polong isi tiga tanaman dengan perlakuan R2K3 mempunyai rerata yang cenderung lebih baik dari pada perlakuan lainnya. Respon tanaman kedelai edamame mempunyai respon cenderung lebih baik hal ini ditunjukkan denga jumlah polong tanaman kedelai edamame mempunyai jumlah polong yang rata- rata di atas jumlah polong tanaman kontrol, hanya saja pada tanaman kedelai edamame yang diberi perlakuan dengan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi kolkisin 75 ppm (R1K3) mempunyai rerata sama dengan tanaman kontrol dengan jumlah polong sebanyak 37,50. Perlakuan terbaik pada jumlah polong ini adalah perlakuan dengan lama perendaman 3 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R3K3). Menurut Ariyanto et al, (2011) jika konsentrasi kolkisin serta lama perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka belum dapat diperoleh tanaman poliploidi. Hal ini yang diduga meskipun dengan konsentrasi yang sama yakni 75 ppm namun dengan lama perendaman yang berbeda mempunyai hasil yang berbeda bahkan perlakuan (R1K3) mempunyai rerata yang sama dengan tanaman kontrol. Umur Panen Jumlah Polong Pertanaman Gambar 6 Diagram Rerata Umur Panen Gambar 5 Diagram Rerata Jumlah Polong Pada gambar 6 diatas menunjukkan bahwa respon kedelai edamame dengan perlakuan kolkisin sangat bervarian, meskipun selisih umur panen tidak begitu berbeda. Pada gambar 6 tersebut terlihat bahwa perlakuan terbaik adalah

tanaman edamame dengan perlakuan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi 25 ppm (R1K3). Tanaman poliploidi biasanya pembelahan pada selnya melambat, sehingga umur vegetatif lebih lama (Suryo, 1995). Hal ini diduga yang menyebabkan beberapa tanaman mempunyai umur panen lebih lama dibandingkan dengan tanaman kontrol. Beberapa faktor lain dapat menjadi penyebab umur panen seperti kadar air buah, besar biji pada polong, jumlah polong. Jumlah polong yang semakin banyak diduga dapat memperpanjang umur panen karena tanaman membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pembentukan dan pengisian polong, kemudian tanaman juga akan membutuhkan waktu yang lebih lama juga untuk membuat polong menjadi masak secara fisiologi. Hal ini dapat dikaitkan dengan gambar 5 dimana R1K3 mempunyai rerata polong paling rendah sehingga R1K3 mempunyai umur panen tercepat dan R3K3 mempunyai rerata polong tertinggi, sehingga R3K3 mempunyai umur panen terlama. Berat 100 Butir adalah kontrol dengan berat 100 butir benih yakni 32.54 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kolkisin memberi dampak yang baik karena semua perlakuan memberikan hasil di atas rerata tanaman kontrol. Menurut Suryo (1995) tanaman yang diberi perlakuan kolkisin pada umumnya mempunyai penampilan yang jagur atau lebih baik. Syaifudin et al, (2013) menyatakan bahwa sifat umum tanaman hasil poliploidisasi biasanya tanaman yang memiliki penampakan fisik yang lebih kekar, bagian-bagian tanaman menjadi lebih besar, sel-selnya juga terbentuk lebih besar, inti sel juga lebih besar, diameter buluh-buluh pengangkutan lebih besar, serta stomata pada daun tanaman juga lebih besar. Jaringan daun yang membesar menyebabkan cahaya matahari dapat diserap oleh daun lebih banyak menyebabkan fotosintesis pada tanaman menjadi berjalan lebih maksimum karena menurut Syaifudin et al, (2013) proses fotosintesis yang meningkat akibat suatu jaringan daun yang membesar sehingga bahan kering yang dapat disimpan tanaman lebih banyak, dengan membesarnya jaringan buluh pengangkut dimana hal ini akan mempermudah transportasi zat hara ke daun dan hasil fotosintesis, sehingga menyebabkan tanaman dengan perlakuan pemberian kolkisin mempunyai rerata berat 100 butir benih diatas tanaman kontrol. Produksi Pertanaman Gambar 7 Diagram Rerata Berat 100 Butir Benih Kedelai Edamame Respon kedelai edamame cenderung lebih baik karena semua perlakuan menunjukan nilai rerata yang di atas nilai rerata tanaman kontrol. Perlakuan terbaik pada berat 100 butir benih edamame yakni perlakuan denga lama perendaman satu jam dengan konsentrasi 50 ppm dengan rerata berat 100 benih kedelai edamame yakni 43.03 gr, sedangkan perlakuan terendah Gambar 8 Diagram Rerata produksi pertanaman. Pada gambar 8 menunjukkan bahwa respon kedelai edamame terhadap pemberian kolkisin cenderung kurang baik, karena rata rata

dari rerata perlakuan yang diberikan mempunyai nilai dibawah tanaman kontrol, sedangkan rerata tertinggi adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 50 ppm (R1K2) dan perlakuan dengan rerata terendah adalah perlakuan dengan lama perendaman 1jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3). Menurut Syaifudin et al, (2013) umumnya penampakan tanaman dan produktivitas tanaman hasil poliploidisasi lebih baik, sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan. Pembentukan dan pengisian polong sangat mempengaruhi hasil kedelai edamame. Pada umumnya periode pengisian polong sangat dipengaruhi oleh unsur hara, air, dan cahaya yang tersedia. Pada akhir pertumbuhan di fase vegetatif akan terjadi penimbunan hasil proses fotosintesis pada organorgan tanaman seperti buah, biji, dan batang (Maryanto et al, 2002). Pada gambar 8 didapatkan tanaman dengan perlakuan dengan lama perendaman 1 jam dengan konsentrasi 75 ppm (R1K3) mempunyai nilai rerata terendah karena pada jumlah polong perlakua R1K3 mempunyai nilai terendah ditambah dengan nilai 100 butir benih yang terendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. KESIMPULAN a. Tanaman kedelai edamame dengan perlakuan lama. b. perendaman menunjukkan respon yang tidak berbeda nyata hampir pada semua parameter, kecuali parameter polong isi satu menunjukkan berbeda nyata. Lama perendaman 1 jam mempunyai jumlah polong isi satu paling sedikit dibanding perlakuan lainnya. c. Tanaman kedelai edamame dengan perlakuan berbagai konsentrasi kolkisin tidak menunjukkan respon yang berbeda nyata pada semua parameter. d. Interaksi antara lama perendaman dengan konsentrasi kolkisin menunjukkan respon yang tidak berbeda nyata pada semua parameter. DAFTAR PUSTAKA Anggraito, Y. U. (2012). Identifikasi Berat, Diameter, dan Tebal Daging Buah Melon (Cucumis melo L.) Kultivar Action 434 Tetraploid Akibat Perlakuan Kolkisin. Journal of Biological Researches, 10(1), 37 42. Haryanti, S., Hastuti, R. B., Setiari, N., & Banowo, A. (2009). Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase Dan Kandungan Protein Biji Tanaman Kacang Hijau ( The Influence Of Kolkisin To Grow, Metafase Cell Size, Vigna Radiata (L) Wilczek). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 10(2), 112 120. Herman, Natalina Malau, I., & Roslim, D. I. (2014). Pengaruh Mutagen Kolkisin Pada Biji Kacang Hijau (Vigna radiata L.) terhadap Jumlah Kromosom dan Pertumbuhan. BioETI. Retrieved from https://semnasbiounand.files.wordpress.co m/2014/03/herman-dkk.pdf Hilman, Y., & Rosliani, R. (2002). Pemanfaatan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) untuk Meningkatkan Kualitas Hara Limbah Organik dan Hasil Tanaman Mentimun. J. Hort, 12(3), 148 157. Maryanto, E., Suryati, D., & Setyowati, N. (2002). Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Galur Harapan Kedelai pada Kerapatan Tanam Berbeda. Akta Agrosia, 47 52. Nofitahesti, I., & Daryono, B. S. (2016). Karakter Fenotip Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Hasil Poliploidisasi Dengan Kolkisin. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains, 5(2), 1 8. Parjanto, A., & Eko, S. (2011). Pengaruh Kolkisin Terhadap Fenotipe dan Jumlah Kromosom Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Sains Dan Teknologi, 4(1). Sulistianingsih, R., & Suyanto ZA dan Noer Anggia E. (2004). Peningkatan Kualitas Anggrek Dendrobium Hibrida dengan Pemberian Kolkhisin. Ilmu Pertanian, 11(1), 13 21. Retrieved from http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no3_dend robium.pdf

Suminah, S., & Setyawan, A. D. (2002). Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin. Biodiversitas, 3(1), 174 180. Suryo, H. (1995). Sitogenetika. Gadjah Mada University Press (Vol. 6). Yogyakarta. Syaifudin, A., Ratnasari, E., & Isnawati, I. (2013). Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Kolkhisin terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annum) Varietas Lado F1. LenteraBio, 2(2). Sutrisno, & Kuswantoro, H. (2014). Keragaan Dua Varietas Kedelai Pada Enam Konsentrasi Kolkisin. Retrieved from http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp- content/uploads/2015/05/128-134_sutrisno-1.pdf