BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

1 Universitas Kristen Maranatha

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DALAM PENGOBATAN DAN PERAWATAN PADA ANAK PENDERITA THALASEMIA (Studi Kualitatif Di Rsud Dr.

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar

PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RUANG MELATI I RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

Thalassaemia INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dibangun oleh suami dan istri. Ketika anak lahir ada perasaan senang, bahagia

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Sejawat Yth. Salam dan sampai jumpa di seminar Panitia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi dalam konteks kesehatan adalah suatu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang mengarah kepada keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial. Komunikasi sendiri adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan. Sedangkan kesehatan memiliki pengertian keadaan (status) sehat, baik secara fisik, mental maupun sosial. Komunikasi kesehatan merupakan proses komunikasi yang melibatkan pesan kesehatan, unsur-unsur atau peserta komunikasi. Dalam komunikasi kesehatan berbagai peserta yang terlibat dalam proses kesehatan antara lain ialah dokter, pasien, perawat, Profesional kesehatan, dan lain - lain. Pesan khusus dikirim dalam komunikasi kesehatan atau jumlah peserta yang terbatas dengan menggunakan konteks komunikasi antarpribadi tapi sebaliknya menggunakan konteks komunikasi massa dalam rangka mempromosikan kesehatan kepada masyarakat luas yang lebih baik dan cara yang berbeda adalah upaya meningkatkan keterampilan kemampuan komunikasi kesehatan. Komunikasi massa seperti promosi kesehatan dan kampanye kesehatan masyarakat akan sangat besar pengaruhnya kepada penyebaran informasi untuk masyarakat atau publik. Seperti ilmu-ilmu lainnya, komunikasi kesehatan juga memiliki ruang lingkupnya. Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi kesehatan, serta kebijakan kesehatan. Pencegahan penyakit dibagi menjadi empat golongan yaitu usaha pencegahan, usaha pengobatan, usaha promotif dan usaha rehabilitative. Kebijakan kesehatan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara pemerintah dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level pemerintah. Kebijakan kesehatan memiliki kerangka konsep yaitu konteks, isi konten (individu, pelaku, organisasi) dan 1

proses (individu, pelaku, organisasi). Dampak komunikasi kesehatan terhadap pembangunan kesehatan sebenarnya berbanding lurus. Semakin berhasil komunikasi kesehatan, maka semakin berhasil pula pembangunan kesehatan tersebut. Salah satu organisasi swasta yang aktif dalam melakukan pembangunan kesehatan khususnya dibidang penyakit thalasemia yaitu Yayasan Thalasemia Indonesia atau disingkat dengan YTI. Salah satu bentuk komunikasi kesehatan yang dilakukan YTI adalah melakukan kegiatan penyuluhan berupa sosialisasi kesehatan thalasemia kepada beberapa lapisan masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan guna mencapai visi YTI dalam memutuskan tali rantai thalasemia. Thalasemia merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui penyakit ini.setiap tahunnya penderita thalasemia semakin meningkat, untuk itulah masyarakat harus lebih peduli dengan penyakit ini. Thalasemia merupakan penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab utama penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang. Apa itu hemoglobin?. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari empat molekul zat besi (heme), dua molekul rantai globin alpha dan dua molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta. Apa yang dimaksud dengan gel globin alpha dan gen globin beta?. Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen yang bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Di antara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemogelon pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen gen tersebut terdapat di dalam kromosom. Penyakti thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan / perubahan / mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang dan sel darah 2

merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta. Karena di Indonesia thalassemia beta lebih sering didapat, maka thalassemia beta harus lebih diwaspadai oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom kesebelas. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal / sehat, sebab masih mempunyai satu belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (homosigot / Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. (sumber:httapi://thalasemia.org/penyakit-thalasemia/) Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masingmasing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapat gen globin yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah, maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin normal dari kedua orang tuanya. Thalasemia dibagi menjadi tiga jenis,yaitu: 1. Thalaemia Alfa Jenis thalasemia alfa merupakan adanya kelainan pada delasi kromosom 16. Dan thalasemia alfa ini merupakan kekurangan dari sintesis rantai alfa. Karena saat mengalami thalasemia alfa merupakan penurunan dari rantai alfa globin. Sehingga rantai beta dan gamma yang harus normal nya 3

berpasangan, jika mengalami hal ini maka tidak dapat berpasangan dalam jumlah yang banyak. 2. Thalasemia Beta Jika anak anak yang mengalami penyakit thalasemia beta maka akan mengalami anemia yang berat. Karena pada thalasemia beta akan mengalami penurunan sintesis rantai beta. Selain itu juga thalasemia beta memiliki beberapa tingkatan, yaitu mayor, intermedia, dan karier. Jika seorang anak menderita thalasemia beta maka seumur hidup nya harus menjalani transfusi darah. (httapi://thalasemia.net/) Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita thalasemia berat adalah 25 persen, 50 persen menjadi pembawa sifat (carrier) thalasemia, dan 25 persen kemungkinan bebas Thalasemia. Sebagian besar penderita Thalasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun, tutur dr Rahayu Sp A, salah seorang dokter spesialis anak, dihadapan Ketua Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Sumut Hj Sutias Handayani, pada acara Sosialisasi Penyakit Thalasemia di RS Sari Mutiara Medan, Rabu (21/1). (httapi://www.tobasatu.com/2015/01/21/6-dari-100-orangindonesia-membawa-gen-thalasemia/) Dapat dikatakan dengan frekuensi pembawa gen thalasemia di Indonesia berkisar antara enam sampai 10 persen. Mengingat jumlah ini cukup besar, maka deteksi dini thalasemia sangat penting bagi setiap pasangan yang akan menikah. Untuk mencegah terjadinya Thalasemia pada anak, kata dr Ayu, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat Profil sel darah merah dalam tubuhnya. (httapi://www.tobasatu.com/2015/01/21/6-dari-100-orang-indonesia-membawagen-thalasemia/) Thalasemia dapat dideteksi dengan melakukan skrining test kepada pasangan yang akan menikah. Skrining tes adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunkan test, pemeriksaaan atau prosedur tertentu yang dapat 4

digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang keliatannya sehat tapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining tes meliputi: (httapi://thalasemia.net/) 1. Pertanyaan (anamnesa) 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan laboratorium Setiap tahunnya penderita penyakit thalasemia kian bertambah. Pada tahun 2015 tercatat terdapat sebanyak 6.647 penderita thalasemia di Indonesia. Ketua Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) pusat H.Ruswandi mengatakan bahwa jumlah penderita thalasemia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011, terdapat 4.431 penderita. Jumlah ini meningkat sebanyak 10,5% pada tahun 2012, menjadi 4.896 penderita. Pada tahun 2013, meningkatkan sebanyak 24% menjadi 6.070 penderita dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 9,1% menjadi 6.647 penderita. ( httapi://mdn.biz.id/n/141473/) Menurut Sarmawati Ketua POPTI dan juga wakil ketua YTI, pada tahun 2015 ini setidaknya terdapat sebanyak 102 orang penderita thalasemia di kota Medan. Jumlah ini meningkat sangat tajam jika dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia pada tahun 2014 yang berjumlah 83 orang. Yayasan Thalasemia Indonesia (YTI) merupakan salah satu organisasi swasta yang bernaung dibawah pemerintahan. YTI bergerak dibidang penerangan kesehatan penyakit thalasemia. YTI tersebar diseluruh Indonesia termasuk di kota Medan. Adapun maksud dan tujuan didirikan YTI adalah sebagai berikut: 1. Membantu pemerintah dalam upaya menyelamatkan generasi penerus yang bebas dari penyakit Thalassaemia. 2. Meringankan beban para orang tua penderita Thalassaemia 3. Meringankan beban para orang tua penderita Thalassaemia 4. Mendirikan Pusat kegiatan Thalassaemia (Thalassaemia Centre) dibeberapa daerah seperti di Jakarta Dalam rangka mengurangi tingkat penderita thalasemia khususnya di kota Medan, YTI dan POPTI kerap melakukan kegiatan penyuluhan berupa sosialisasi dan kampanye sosial ke berbagai lapisan masyarakat. Dari pelajar Sekolah 5

Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mahasiswa hingga ibu ibu darmawanita. Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat lebih peduli dan memiliki rasa ingin tahu akan penyakit thalasemia dan dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat mengenai penyakit thalasemia ini. Target dari kegiatan sosialisasi dan kampanye tersebut adalah para wanita yang belum menikah, yang akan menikah dan yang sudah menikah agar dapat lebih peduli dengan penyakit thalasemia ini. Bagi para wanita yang akan menikah dihimbau untuk melakukan skrining test sebagai tindakan awal pencegahan penyakit ini. Lembaga lain yang juga bergerak di bidang thalasemia ialah POPTI atau lebih dikenal dengan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia. Organisasi ini diperuntukkan bagi para orang tua yang memiliki anak penderita thalasemia. Banyak kasus yang terjadi, ketika orang tua menyadari anaknya menderita thalasemia, pada umumnya mereka akan kesulitan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dalam penanganan thalasemia. Sehingga dengan adanya POPTI, para orang tua penderita thalasemia akan mendapatkan informasi terkait pengobatan serta medical treatment untuk anak anak mereka. Adapun maksud dan tujuan didirikannya POPTI ialah sebagai berikut: 1. Meringankan beban orang tua penderita 2. Media komunikasi sesame orang tua penderita thalasaemia 3. Mengurangi meningkatnya penderita thalasemia Satu hal yang menarik tentang thalasemia yang telah dilakukan oleh YTI dalam melaksankan fungsinya sebagai lembaga yang bergerak dibidang thalasemia ialah sosialisasi dan kampanye yang dilakukan tanpa menggunakan media massa sehingga penyebaran informasi tidak maksimal dan efektif. Juga penerima informasi atau komunikan masih sangat terbatas. Hal ini juga berpengarauh terhadap peningkatan jumlah penderita thalasemia di kota Medan khususnya. Organisasi seperti YTI dan POPTI memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan informasi thalasemia kepada masyarakat sehingga diperlukannya suatu strategi komunikasi kesehatan yang terencana dengan baik dan efektif. Thalasemia adalah sebuah penyakit dengan sistem pengobatan yang 6

dilakukan seumur hidup dan tentunya tidak murah. Jika YTI dapat melakukan kegiatan penyuluhan secara efektif maka YTI dapat menyelamatkan banyak orang dari penyakit ini. Thalasemia bukan saja merugikan penderita tapi juga finansial keluarga penderita. Hidup sejahtera adalah hak semua orang. Maka untuk itu YTI memegang pernan penting dalam menyebarluaskan informasi thalasemia dan juga membantu masyarakat mendapatkan hidup sejahtera. Penelitian serupa sebelumnya juga telah dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Dedi Wahyudi seorang mahasiswa Universitas Mulawarman mengenai STRATEGI KOMUNIKASI PERWAKILAN BKKBN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM MENSOSIALISASIKAN PIIROGRAM KB. Dalam penelitian ini, Dedi wahyudi meneliti apa yang menjadi penghambat sosialisasi BKKBN di kalimantan timur. Hal serupa akan peneliti lakukani di kota Medan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini mengenai strategi komunikasi Yayasan Thalasemia Indonesia dalam menyebarluaskan informasi thalasemia di kota Medan. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan fokus masalah permasalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan bagaimana strategi komunikasi YTI dalam mensosialisasikan thalasemia kota Medan? 2. Bagaimana penggunaan strategi komunikasi YTI dalam mensosialisasikan thalasemia di kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan strategi YTI dalam mensosialisasi thalasemia di kota Medan 2. Untuk mengetahui penggunaan strategi komunikasi YTI dalam men sosialisasi thalasemia di kota Medan 7

1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan dampak positif dan menambah pengetahuan dalam khasanah penelitian komunikasi serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini memberi kontribusi kepada mahasiswa di bidang ilmu komunikasi yang tertarik dengan studi komunikasi kesehatan kampanye sosial 3. Secara praktis, peneltian ini wadah untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiwa Ilmu Komunikasi sekaligus memberikan masukan kepada siapa saja yang tertarik meneliti Komunikasi Kesehatan, Kampanye Sosial dan tertarik meneliti penyakit thalasemia. 8