PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

: Hendriyansyah NPM : Pembimbing : Dr, Waseso Segoro, IR. MM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan

BAB IV PEMBAHASAN. variabel independen dengan dependen, apakah masing-masing variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) BAGUS ANANTO

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Analisis Rasio ROI, ROE, NPM, DAR dan DER pada Perusahaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

Prosiding Akuntansi ISSN:

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KURS EURO DAN INFLASI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE )

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR (RUPIAH/USD) DAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Periode Januari 2010-Desember 2012)

BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan

PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI KOMPAS 100 PERIODE

PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, KURS DAN RISIKO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM. Ariyani Indriastuti Jurusan Manajemen STIE SEMARANG dan

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PERBANKAN

Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN No. 34 / Th. XX / April 201

Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Sektor Keuangan

ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PERBANKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif bertujuan untuk menjelaskan distribusi atau sebaran

BAB V PENUTUP. Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun dapat diambil kesimpulan

ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

Analisis Pengaruh Fluktuasi Kurs (US Dollar dan Euro) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH INFLASI, BI RATE DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN M. Taufiq & Batista Sufa Kefi *)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Oleh: ZULIA HANUM,SE,M.Si

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun Nisran, LCA. Robin Jonathan, Suyatin

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KURS USD DAN INFLASI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PERTUMBUHAN LABA, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP PRICE EARNING RATIO

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, KURS, INFLASI, INDEKS KLSE, INDEKS PSEI DAN INDEKS STI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. pengaruh model fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham, dengan

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Data dan Deskripsi Variabel. Tabel 4.1 Deskripsi Variabel

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN ( Studi Kasus di BEI Periode )

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Disusun oleh: Aulatun Nisah NIM:

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN INTERNET BANKING KLIKBCA TERHADAP KEPUASAN NASABAH

Disusun Oleh : EMI KURNIAWATI B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISIS DATA A. PENGUJIAN HIPOTESIS

Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

PENGARUH ROE, BOPO DAN NPL TERHADAP TINGKAT DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH

Albinatus Riki Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AMERIKA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied

Embun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ45 MUHAMAD YASIN MARASABESSY

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap ISHG Di Bursa Efek Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

PENGARUH TOTAL ASSET TURNOVER (TAT) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

DAFTAR PUSTAKA. Imam Ghozali Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang sudah

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RP/USD TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

Muhammad Syukri Hamdi

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Indosat Tbk Periode )

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel.

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA

BAB V PEMBAHASAN. heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji normalitas dan uji multikolinearitas.

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT. BANK MANDIRI TBK. PERIODE Jurusan Manajemen ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian

Nama : Setiyanti Rianta P. NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Lana Sularto

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham pada PT Mustika Ratu Tbk periode

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dengan mengunakan harga minyak mentah

Transkripsi:

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Leo Tumpak Pardosi 1 leopard_xl@yahoo.co.id Quinci Fransiska 2 kambuaya.q@gmail.com Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). IHSG ini merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang terdapat di BEI. Pembentukan atau pola pergerakan IHSG memiliki keterkaitan dengan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang dapat memprediksi suatu gejala ekonomi.penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik analisis regresi. Hipotesis dalam penelitian ini semuanya terdukung. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa tingkat inflasi dan tingkat suku bunga berepengaruh secara negatif dan signifikan terhadap IHSG, sementara hasil pengujian secara bersama-sama yaitu tingkat inflasi positif terhadap IHSG sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap IHSG. Keywords: IHSG, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga. PENDAHULUAN Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bentuk pasar modal dan merupakan pusat pergerakan ekonomi yang ada di Indonesia. Di dalam BEI, saham-saham perusahaan diperdagangkan setiap hari bursa. Keseluruhan pergerakan sahamsaham direfleksikan dalam sebuah indeks yang bernama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks harga saham ini merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang terdapat di BEI. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu waktu tertentu, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Sehingga perkembangan pasar modal maupun perkembangan perekonomian Indonesia dapat dilihat melalui indikatornya, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya. Inflasi merupakan salah satu masalah dibanyak negara. Inflasi adalah suatu kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang dalam peredaran lebih banyak, dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Pembentukan atau pola pergerakan IHSG memiliki keterkaitan dengan tingkat inflasi sebagai suatu gejala ekonomi. Meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi para investor. Dilihat dari sisi investor, tingginya inflasi akan mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal investasinya. Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka IHSG akan menurun dan demikian sebaliknya. Sedangkan inflasi berpengaruh positif terhadap return pasar (IHSG), keadaan ini terjadi karena jika inflasi bergerak naik menyebabkan harga output juga naik, pendapatan perusahaan akan naik, kinerja perusahaan naik, harga saham naik, indeks harga saham gabungan naik; begitu juga sebaliknya. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia atau yang dikenal dengan suku bunga SBI, merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Suku bunga SBI juga dapat dijadikan alternatif investasi bagi para investor/ pemilik modal yang ingin mendapat keuntungan dari bunga yang diperoleh. Hubungan antara tingkat suku 1

bunga dengan Indeks Harga Saham, yaitu apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal akan memilih menabung di Bank atau membeli SBI. Hal ini dikarenakan berinvestasi dengan menabung atau membeli SBI tingkat risiko yang dihadapi investor atau pemilik modal adalah nol persen atau dengan kata lain tidak ada risiko atau bebas risiko. Secara teoritis, tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pasar modal seperti yang diungkapkan oleh Tandeillin (2001) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang meningkat dapat menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya berupa tabungan ataupun deposito. Penarikan investasi secara bersama-sama akan menurunkan angka indeks harga saham. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh faktor ekonomi terhadap pasar modal diantaranya dilakukan oleh Lee (1992), dikemukakan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Sedangkan Dayananda dan Ko (1994), melakukan penelitian mengenai variabel makroekonomi terhadap tingkat pengembalian pasar saham, dimana salah satunya adalah tingkat bunga yang mempunyai hubungan negatif namun umumnya tidak signifikan. Sementara Moradoglu, et al. (2000) mengemukakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan antara lain; tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2002) menyebutkan bahwa faktor eksternal yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat suku bunga dan inflasi. Selanjutnya Daryono (2003) menyatakan Suku bunga mempunyai hubungan negatif terhadap IHSG, sedangkan jumlah uang beredar dan inflasi memberikan pengaruh positif bagi IHSG. Namun kembali Saadah dan Panjaitan (2006) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dan nilai tukar. Berdasarkan penjelasan diatas dan hasil penelitian terdahulu yang cenderung kontradiksi pada tahun yang berbeda, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Berikut ini adalah kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini. Gambar 1 Model Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG Di Bursa Efek Indonesia BURSA EFEK INDONESIA TINGKAT INFLASI SUKU BUNGA SBI IHSG HASIL ANALISIS KESIMPULAN DAN SARAN Sumber : Data diolah Penulis, 2010 2

METODELOGI PENELITIAN 1. Populasi dan Data Populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga seluruh saham yang terdaftar di BEI dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2008. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan teknik sampling tersebut diperoleh jumlah sampel (n) selama periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2008 sebanyak 36 sampel. Adapun data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu : Tingkat inflasi dari Januari 2006 sampai Desember 2008. Suku bunga SBI dari Januari 2006 sampai Desember 2008. IHSG dari Januari 2006 sampai Desember 2008. Dalam penelitian ini data sekunder tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI diperoleh dari situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), sedangkan data IHSG diambil. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan studi pustaka. 2. Teknik Analisis Data a. Analisis Regresi Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Regresi Linear Sederhana untuk mengukur pengaruh variabel independen (X₁ dan X₂) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial (sendiri-sendiri) dengan model dasar sebagai berikut: Y = a + bx + Dimana: Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) a = Konstant X 1 = Tingkat Inflasi (X₁) X 2 Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) b 1, b 2 = Koefisien Regresi = Error/ Faktor Pengganggu Selain itu juga menggunakan Regresi Linear Berganda untuk mengukur pengaruh variabel independen (X₁ dan X₂) terhadap variabel dependen (Y) secara simultan (bersamaan) dengan model dasar sebagai berikut: Y = a + b₁x₁ + b₂x₂ + Dimana: Y = IHSG a = Konstanta X₁ = Tingkat Inflasi X₂ = Tingkat Suku Bunga SBI b₁, b₂ = Koefisien Regresi = Error/ Faktor Pengganggu b. Uji t-statistik Uji t statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2002: 44). Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan tingkat signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah variabel termasuk intersep. Jika nilai t- statistik lebih besar dari nilai t-tabel maka variabel independen tersebut signifikan secara statistik, dan sebaliknya jika nilai t- statistik lebih kecil dari nilai t-tabel maka variabel tersebut tidak signifikan. c. Uji F-statistik Uji F statistik pada dasarnya menujukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2002: 44). Setelah F garis regresi ditemukan hasilnya, kemudian dibandingkan dengan Ftabel. Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan adalah 3

sebesar α = 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep. Jika nilai F-statistik lebih besar dari nilai F-tabel maka semua variabel independen dengan serentak atau bersama-sama secara signifikan mampu mempengaruhi variabel dependen, dan demikian pula sebaliknya. d. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Dalam uji regresi linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien regresi (R 2 ) keseluruhan. R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2002 : 45). R 2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. R 2 mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R 2 mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variabel terikat. Selain itu perlu juga dicari besarnya koefisien determinasi (r 2 ) parsialnya untuk masing-masing variabel bebas. Menghitung r 2 digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan dari masing-masing variabel bebas jika variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai r 2 maka semakin besar variasi sumbangannya terhadap variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisis Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Untuk Melihat Pengaruh Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di BEI pada tahun 2006-2008 Model Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 4949.259 220.511 22.445.000 INFLASI 4268.022 1407.824.334 3.032.005 Dependent Variable: IHSG SBI -35076.732 3243.090-1.192-10.816.000 Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 4949,259; artinya jika Tingkat Inflasi (X₁) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) nilainya adalah 0, maka akan terjadi perubahan nilai IHSG sebesar 4949,259. Sedangkan koefisien regresi variabel Tingkat Inflasi (X₁) diperoleh sebesar 4268,022; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan variabel Tingkat Inflasi (X₁) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 4268,022%. Untuk koefisien regresi variabel Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) diperoleh sebesar -35076,732; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar - 35076,732%. Berdasarkan Tabel di atas diperoleh nilai t hitung sebesar -5.020, sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (-5.020 > -2,035) dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 (0,000 < 0,05), hal ini berarti bahwa variasi variabel Tingkat Inflasi (X₁) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi variabel IHSG (Y) di BEI. Dengan demikian maka hipotesis satu (H1) yang menyatakan : Bahwa Tingkat Inflasi (X₁) mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 2008 diterima. t. Sig 4

Tabel 2. Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana Untuk Melihat Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di BEI tahun 2006-2008. Model Unstandardized Coefficients Coefficientxs a Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 4573.433 203.148 22.513.000 SBI - 26940.199 a. Dependent Variable: IHSG t Sig. 2028.048 -.916-13.284.000 Berdasarkan tabel 3.2. diperoleh model persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut : Y = a + bx + Y = 4573,433 + ( 26940,199) X₂ + Y = 4573,433 26940,199 X₂ + Untuk pengujian hipotesis dua (H2) juga dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah Tingkat Suku Bunga SBI (X 2) secara parsial (sendiri) berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di BEI. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05), dan degree of freedom (n-k-1) = 33 dimana n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen, diperoleh t tabel sebesar 2,035. Berdasarkan Tabel 3.2. diperoleh nilai t hitung sebesar -13,284 sehingga t hitung lebih besar dari t tabel (-13,284 > -2,035) dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 (0,000 < 0,05), hal ini berarti bahwa variasi variabel Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi variabel IHSG (Y) di BEI. Dengan demikian maka hipotesis dua (H2) yang menyatakan: Bahwa Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. diterima. Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Untuk Melihat Pengaruh Kurs Rupiah/ US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di BEI pada tahun 2006-2008. ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7834107.050 2 3917053.525 114.080.000 a Residual 1133084.276 33 34335.887 Total 8967191.326 35 a. Predictors: (Constant), SUKU BUNGA SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh nilai F hitung sebesar 114,080 sehingga F hitung lebih besar dari F tabel (114,080 > 3,285) dan nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 (0,000 < 0,05), hal ini berarti bahwa variasi variabel Tingkat Inflasi (X₁) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi variabel IHSG (Y) di BEI. Dengan demikian maka hipotesis tiga (H3) yang menyatakan : Bahwa Tingkat Inflasi (X₁) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Diterima 5

5. Pembahasan Berdasarkan analisis yang dilakukan, ketika diuji secara parsial, Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (-5.020 > -2,035) dan nilai signifikansinya juga lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Dari model regresi yang dibentuk berdasarkan tabel 3.1. diperoleh koefisien regresi dari variabel tingkat Inflasi (X₁) yang ditunjukan sebesar -8333,133; artinya jika Tingkat Inflasi (X₁) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar 8333,133%. Koefisien bernilai negatif, artinya terjadi hubungan negatif antara Tingkat Inflasi (X₁) dengan IHSG (Y). Hal ini menunjukan apabila Tingkat Inflasi mengalami kenaikan, IHSG melemah dan sebaliknya, apabila tingkat inflasi mengalami penurunan maka IHSG akan menguat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Okty (2002) yang menyatakan faktor makroekonomi yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi. Ulfa (2002) juga menyebutkan bahwa faktor eksternal yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat inflasi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sakhowi (2004) yang menyimpulkan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Pembentukan atau pola pergerakan IHSG memiliki keterkaitan dengan tingkat inflasi sebagai suatu gejala ekonomi. Tingkat inflasi yang tinggi, dimana harga-harga akan naik secara terus menerus. Meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi para investor. Inflasi akan cenderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin keuntungan dari perusahaan menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut menjadikan harga sahamnya di bursa efek menjadi menurun. Jika terjadi demikian, maka penurunan tersebut cenderung tidak akan berlangsung seketika tetapi melalui proses waktu. Dilihat dari sisi investor, tingginya inflasi akan mengurangi nilai keuntungan dan juga mengurangi daya beli modal investasinya. Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka IHSG akan menurun dan demikian sebaliknya. Tingkat Suku Bunga SBI juga mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (-13,284 > -2,035) dan nilai signifikansinya juga lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Dari model regresi yang dibentuk berdasarkan tabel 3.2. diperoleh koefisien regresi variabel Tingkat Suku Bunga SBI (X 2) yang ditunjukan sebesar -26940,199; artinya jika Tingkat Suku Bunga SBI (X 2) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar 26940,199%. Koefisien bernilai negatif, artinya terjadi hubungan negatif antara Tingkat Suku Bunga SBI (X 2) dengan IHSG (Y). Hal ini menunjukan apabila Tingkat Suku Bunga SBI mengalami peningkatan, IHSG akan melemah dan sebaliknya, apabila Tingkat Suku Bunga SBI mengalami penurunan maka IHSG akan menguat. Hal ini telah dibuktikan oleh Lee (1992), Utami dan Rahayu (2003), juga Sitinjak dan Kurniasari (2003) bahwa tingkat tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hubungan antara tingkat suku bunga terhadap IHSG, dapat dilihat apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal cenderung memilih menabung di Bank atau menginvestasikan uangnya dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia dibandingkan berinvestasi di pasar modal. Secara teoritis, tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pasar modal seperti yang diungkapkan oleh Tandeillin (2001) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang meningkat dapat menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya berupa tabungan ataupun deposito. Penarikan investasi secara bersama-sama akan menurunkan angka indeks harga saham. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyerap jumlah uang beredar di masyarakat. Jika tingkat suku bunga dinaikan maka, jumlah uang beredar berkurang karena orang lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif. Sebaliknya jika tingkat suku bunga terlalu rendah maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang lebih suka memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif dari pada menabung Sedangkan ketika diuji secara bersamaan, menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (114,080 > 3,285) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersamasama Tingkat Inflasi (X₁) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI relevan digunakan untuk memprediksi IHSG di masa yang akan datang. Dari model regresi yang dibentuk berdasarkan tabel 3.3. diperoleh koefisien regresi variabel Tingkat Inflasi (X₁) diperoleh sebesar 4268,022; koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Tingkat Inflasi (X₁) dengan IHSG (Y). Hal ini menunjukan apabila variabel independen lain nilainya tetap sedangkan variabel Tingkat Inflasi (X₁) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 4268,022%. Inflasi berpengaruh positif terhadap return pasar (IHSG), keadaan ini terjadi karena jika inflasi bergerak naik menyebabkan harga output juga naik, pendapatan perusahaan akan naik, kinerja perusahaan naik, harga saham naik, indeks harga saham gabungan naik; begitu juga sebaliknya. 6

Untuk koefisien regresi variabel Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) diperoleh sebesar -35076,732; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) mengalami peningkatan 1% maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar -35076.732%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2003) yang menyatakan Suku bunga mempunyai hubungan negatif dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Sedangkan inflasi memberikan pengaruh positif bagi IHSG juga sesuai dengan penelitian Manurung (1996) dalam Syaifuddin (2005) yang meneliti pengaruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG dengan menggunakan model ekonometrik dari tahun 1989-1995 (77 observasi), hasilnya tingkat bunga berpengaruh negatif serta inflasi berpengaruh positif. Begitu juga dengan Handayani (2007) yang menyatakan Tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG sedangkan tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG. Nilai Adjusted R 2 sebesar 0,866 juga menunjukkan bahwa kontribusi Tingkat Inflasi (X₁) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X₂) dalam menjelaskan variansi IHSG (Y) sebesar 86,6 % dan sisanya 13,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari penelitian mengenai analisis pengaruh Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a) Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai t hitung lebih besar dari t tabel (-5,020 > -2,035) dan signifikansi sebesar 0,000. b) Secara parsial ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai t hitung lebih besar dari t tabel (-13,284 > 2,035) dan signifikansi sebesar 0,000. c) Secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai F hitung lebih besar dari F tabel (114,080 > 3,285) dan signifikansi sebesar 0,000. d) Nilai Adjusted (R²) sebesar 0,866 berarti variasi variabel Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI dalam menjelaskan variasi variabel IHSG adalah sebesar 86,6 % dan sisanya 13,4 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini baik kepada investor, perusahan maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut: a) Bagi investor, kreditur dan pihak-pihak terkait lainnya agar lebih memperhatikan informasi mengenai Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga karena informasi tersebut dapat dipakai untuk memprediksikan IHSG di BEI. b) Adanya keterbatasan faktor makroekonomi yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi IHSG hanya terbatas pada Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga SBI dan pengambilan periode penelitian yang hanya tiga tahun, diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk memperhatikan pengaruh faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dan dapat memperpanjang periode penelitian agar hasil yang diperoleh dapat lebih merefleksikan pergerakan IHSG di BEI secara historis. 7

DAFTAR PUSTAKA [a]. Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi 3. UPP AMP YKPN. Yogyakarta [b]. Mansur, Moh. 2009. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000 2002. Working Paper In October 2009 Accounting and Finance. [c]. Pasaribu, Pananda; Tobing; Wilson R. L. dan Manurung; Adler Haymans. 2008. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG. Jurnal. Universitas Indonesia. [d]. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga. Jakarta. [e]. Sartono, Agus R. 2001. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. [f]. Sekaran, Uma. 2001. Metode Penelitian untuk Bisnis. Salamba Empat. Jakarta. [g]. Sukirno; Sadono. 2008. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi 3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. [h]. Umar, Husein. 2007. Metode Penelitian untuk Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta [i]. www.bi.go.id 8