There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30 Oktober 2017. Tema yang diangkat adalah : Strategy and Counter Strategy in Combating International Terrorism: Best Practices in Preventing and Combating New Threats of Terrorism, dihadiri oleh 130 perwakilan dari beberapa negara yang terdiri dari Perutusan Tetap, badan PBB di bidang kontra terorisme, perwakilan Interpol dan penasehat militer. Dalam Diskusi Panel tersebut, yang bertindak sebagai moderator adalah Permanent Representative of Indonesia for the United Nations H E. Dian Triansyah Djani, sebagai Keynote Remarks, Chief of Policy and Coordinating Unit UNOCT 1/7
Mr. Rafiuddin Shah (Pakistan), panelis pertama Permanent Representative of Singapore for United Nations H E Burhan Gafoor dan panelis kedua Kapolri Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D. Dalam kegiatan diskusi panel tersebut, Kapolri menyampaikan latar belakang dan akar sebab lahirnya teror, aksi teror yang membajak agama Islam, pembentukan ideologi yang menyimpang dengan menerjemahkan paham Islam yang tidak utuh untuk tujuan teror, penyebaran wilayah teror di Asia Tenggara pasca runtuhnya ISIS di Irak dan Syria serta best practices Indonesia dalam pencegahan dan perang melawan teror khususnya melalui konsep strategi disamping hard approach. Hal ini menunjukan pentingnya peran PBB dalam mengatasi terorisme dengan cara menyelesaikan sampai ke akar permasalahan karena merupakan ancaman bagi dunia. Kapolri menjelaskan betapa pentingnya konsep strategi dalam menghadapi kelompok terorisme ini, tidak hanya mengandalkan hard approach. Dalam sesi tanya jawab, berbagai perwakilan negara menyampaikan keingintahuan dan antusias terhadap pengalaman Indonesia mengenai langkah terbaik di tataran global dalam menghadapi ancaman-ancaman teror baru, termasuk kembalinya Foreign Terrorist Fighters (FTF) dan bagaimana Indonesia mengedepankan serta menangkal penyebaran ideologi-ideologi berbasis violent extremism, terlebih ketika Kapolri menyampaikan adanya penurunan kualitas dan jumlah serangan teror yang terjadi di Indonesia, mengingat terorisme global tidak mungkin diselesaikan hanya dengan penggunaan senjata. Dalam pendekatan lunak ini, Kapolri menjelaskan sedikitnya ada 5 langkah yang bisa ditempuh, yakni kontra radikalisasi, deradikalisasi, kontra ideologi, menetralisir saluran dan menetralisir situasi yang mendukung penyebaran paham radikal. Pada akhir diskusi, Kapolri juga menyampaikan pesan penting kepada PBB tentang perlunya menjaga perdamaian dunia khususnya di negara negara Islam. PBB perlu memprioritaskan penyelesaian konflik terkait warga Muslim karena ideologi radikal akan berkembang aktif dan mendapat panggung jika terjadi konflik tersebut. 2/7
Disamping agenda utama tersebut di atas, Kapolri juga melakukan pertemuan bilateral dengan Under Secretary General Department of Field Support, membahas permintaan Mr. Atul Khare agar Indonesia dapat meningkatkan partisipasi Polri dalam misi perdamaian termasuk di Sudan Selatan dan permintaan pengiriman satu pasukan perdamaian Polri yang diikuti sepenuhnya oleh 140 Polwan dan tambahan 1 (satu) Formed Police Unit. Kapolri telah menyampaikan keinginan untuk menempatkan perwira tinggi untuk menduduki jabatan di salah satu misi. Pertemuan bilateral juga dilakukan dengan Under Secretary General Counter Terrorism Office, Duta Besar Vladimir Voronkov, yang membahas kerjasama memerangi terorisme global dan menyampaikan best practices Indonesia dalam penanggulangan melawan teroris sejak bom Bali dan keberhasilan dalam melakukan. Dubes Voronkov kagum dengan pengalaman Indonesia dan bermaksud untuk belajar lebih teknis dengan Polri. Pada kesempatan itu Mr Voronkov menawarkan kepada Kapolri untuk berbicara dalam forum khusus yg diikuti semua negara anggota PBB tentang terorisme yg diadakan PBB pada bulan Juni 2018 di New York. Kapolri juga meminta negara-negara tidak memberi stigma kepada Islam, karena Terrorism is not Islam and Islam is not Terrorism. Ini penting, karena ternyata banyak negara yang belum tahu konsep jihad, sehingga Kapolri menyampaikan bahwa penting mengenali kenapa mereka berjihad, agar kita bisa mengetahui cara menetralisirnya. Hard approach tidaklah efektif, karena hanya akan menimbulkan rasa kekecewaan dan kebencian, yang justru membangkitkan konsep " Ummah " atau " all Muslims are brother " sebagai salah satu pendorong orang untuk jihad/ perang. Selain pertemuan dengan PBB, Kapolri juga melakukan pertemuan dengan Direktur FBI pada tanggal 1 November 2017 yang membahas isu kejahatan transnasional dan memberikan briefin g dihadapan para pejabat Counter Terrorist Division (CTD) FBI tentang Strategy and Counter Strategy in Combating International Terrorism dan mendapatkan tanggapan yang antusias terkait penanggulangan terorisme yang dilakukan 3/7
Indonesia. Kapolri juga berkesempatan melakukan pertemuan dengan Special Advisor to the President on Homeland Security, Thomas Bossert di Gedung White House dan pada tanggal 2 November 2017, Kapolri berbicara di Brookings Institute, Washington DC, AS dihadapan para ahli dan pejabat dari berbagai institusi maupun akademisi yang concern terhadap isu terorisme. Topik yang dibahas adalah counter-terrorism in Indonesia and Southeast Asia dan memberikan pengalaman terbaik dan sukses dalam menghadapi ancaman terorisme di wilayah Indonesia melalui hard approach maupun. (DHI) 4/7
5/7
6/7
7/7