BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan anak taman kanak-kanak (TK) mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Dalam hal ini inti kegiatan belajar anak adalah bermain. Melalui bermain inilah anak mencoba menjajaki berbagai hal menarik untuk dirinya dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu secara lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Selain itu, bermain merupakan wahana yang penting dan dibutuhkan untuk perkembangan berfikir anak (Zaman, 2008). Pembelajaran dengan bermain dapat menciptakan suasana menarik dan menjadi tidak membosankan bagi anak usia dini. Permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan baik faktor-faktor yang mempengaruhi dunia bermain anak. Sehingga konsep bermain bagi anak bukan penghalang meningkatkan kecerdasan, justru sebaliknya sebagai wahana dan sarana belajar (Zubair, 2008). Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak mempraktekan peran-peran yang akan dilaksanakan dalam hidup masa depannya (Santrock, 2002). Permainan dibedakan dalam dua jenis yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Permainan pasif adalah jenis permainan yang kurang melibatkan gerak motorik fisik pada anak, tetapi cenderung pada perasaan, imajinasi, penalaran dan pemikiran. Permainan aktif adalah permainan yang melibatkan atau dalam arti tertentu mengutamakan gerak motorik fisik (Zubair, 2008). Permainan aktif membuat anak mampu melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Salah satu 1
2 permainan aktif adalah permainan peran yaitu permainan dimana anak memerankan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata atau dalam cerita fiktif. Bermain sandiwara, pura-pura atau permainan yang melibatkan daya khayal adalah salah satu landasan bagi dunia anak-anak. Anak pada usia dua tahun kebanyakan menunjukkan perilaku seperti sandiwara dan berpura-pura. Permainan sandiwara dan berpura-pura menjadi sesuatu yang dapat memacu imanjinasi anak, termasuk segala macam objek yang setiap hari ada di sekitar anak (Zubair, 2008). Bermain peran dapat digunakan untuk mendidik anak untuk belajar tanggung jawab pada kehidupan sosial dalam kelompok kecil. Metode ini dapat digunakan oleh anak untuk mempelajari tingkah laku manusia, melalui bermain peran ini juga anak dapat mengeksplorasi perasaan mereka, menghayati persepsi dan tingkah laku orang lain serta terlibat dalam pembuatan keputusan. Bermain peran akan sejalan dengan timbulnya kemampuan anak untuk berfikir simbolik, yaitu melalui bermain peran akan tumbuh rasa percaya diri dalam diri anak dengan mengenal bentuk-bentuk emosi, menghayati diri sendiri dan orang lain serta memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya (Gunarti, 2008). Pembelajaran dengan bermain peran merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Siska (2011) tentang penerapan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini menemukan bahwa melalui pendidikan taman kanak-kanak yang dilakukan dengan tiga siklus, dengan subjek anakanak kelompok B TK Al-Kautsar yang berjumlah 10 anak. Dari hasil pelaksanaan dan observasi yang dilakukan, terjadi peningkatan yang cukup besar terutama pada siklus dua. Penelitian lain yang dilakukan oleh Halida (2011) tentang metode bermain peran dalam mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini (4 sampai 5 tahun) menemukan bahwa dalam
3 melakonkan suatu peran anak dilatih untuk berbicara dengan lawan mainnya dengan memberikan keleluasaan kepada anak untuk berkreatifitas sehingga berdampak positif terhadap kemampuan berbicara pada anak. Beberapa TK di Jawa Tengah telah menerapkan bermain peran dalam proses pembelajaran, namun juga masih banyak yang belum menerapkan bermain peran dalam proses pembelajaran termasuk di TK Khusnul Khotimah 02 Semarang. Hal ini terjadi karena kurangnya dana dan peralatan pendukung yang ada di TK tersebut kurang memadai sehingga belum memungkinkan dilakukannya permainan peran pada siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang, pada waktu istirahat anak mendapatkan kebebasan untuk berekspresi dan bermain, namun beberapa anak khusunya di TK A tidak mau bermain, cenderung menyendiri atau hanya sebagai penonton saja dan terkesan takut dan malu untuk berinteraksi dengan orang baru. Ketika peneliti mencoba mendekati anak yang suka menyendiri tersebut, peneliti mendapatkan anak yang bersangkutan lebih menutup diri dengan tidak menjawab pertanyaan dari peneliti bahkan ada yang menangis. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berniat melakukan penelitian dengan judul pengaruh bermain peran terhadap kepercayaan diri pada anak di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh bermain peran terhadap kepercayaan diri pada anak di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh bermain peran terhadap kepercayaan diri pada anak di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang.
4 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kepercayaan diri pada anak sebelum mendapat perlakuan bermain peran di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang b. Mendeskripsikan kepercayaan diri pada anak setelah mendapat perlakuan bermain peran di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang. c. Menganalisis perbedaan kepercayaan diri anak sebelum dan setelah mendapat perlakuan bermain peran di TK Khusnul Khotimah 01 Semarang. D. Manfaat 1. Bagi anak Metode bermain peran ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada anak. 2. Bagi sekolah TK Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi metode alternatif bagi guru untuk meningkatkan kepercayaan diri pada anak. 3. Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan khususnya keperawatan anak dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri anak. E. Bidang Ilmu Penelitian ini terkait dengan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan anak. F. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan diteliti sekarang, diantaranya:
5 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Nama Metode Hasil Peran guru TK dalam menumbuhkan percaya diri anak melalui bermain peran Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini Optimalisasi pendidikan karakter anak usia dini melalui sentra main peran taman kanak-kanak padang Metode bermain peran dalam mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini (4 sampai 5 tahun Pengaruh penerapan metode pembelajaran bermain peran terhadap kompetensi sosial kognitif siswa Samsiah (2010) Yulia Siska (2011) Vivit Risnawat i (2012) Halida (2011) Syawal Simatupa ng (2011) Kualitatif Kuantitat if dalam bentuk eksperim en Kuantitat if dengan PTK Kualitatif Kuantitat if Sekolah merupakan tempat anak-anak belajar mengembangkan berbagai macam aspek perkembangan yang ada pada dirinya, yang salah satunya adalah aspek sosial berinteraksi dengan teman-temannya dalam menumbuhkan percaya diri dan mengembangkan sikap toleransi. Pendidikan yang menstimulasi perkembangan anak pada intinya berisi tentang kajian yang berkenan dengan norma dan nilai yang bermuara pada pembentukan pribadi anak Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup besar terutama pada siklus dua pada keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak. Hail penelitian menunjukkan siklus I ke siklus II nilai-nilai karakter anak mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini membuktikan bahwa melalui sentra main peran pendidikan karakter anak di Taman Kanak-kanak Citra Al Madina Padang, menjadi meningkat Hasil penelitian menemukan bahwa dalam melakonkan suatu peran anak dilatih untuk berbicara dengan lawan mainnya dengan memberikan keleluasaan kepada anak untuk berkreatifitas sehingga berdampak positif terhadap kemampuan berbicara pada anak Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran; (2) Pengaruh penerapan metode pembelajaran bermain peran terhadap kompetensi sosial kognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan perbedaan yang signifikan.
6 Perbedaan penelitian Samsiah (2010) dengan penelitian ini terletak pada metodologi penelitian dimana penelitian Samsiah menggunakan jenis penelitian kualitatif dan penelitian ini menggunakan kuantitatif. Perbedaan penelitian Siska (2011) dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu keterampilan anak sedangkan dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kepercayaan diri anak.