BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson (1983:284) adalah the familiar kind of talk in which two or more participants freely alternate in speaking, which generally occurs outside specific institutional settings, percakapan sebagai pembicaraan akrab yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bebas berbicara secara berganti-gantian, yang tidak diatur secara formal seperti peraturan di lembaga atau hukum. Dalam suatu percakapan, setiap orang sebaiknya selalu memperhatikan prinsip kesopanan dalam berbicara sebagai bentuk perilaku yang baik dan harmonis antara satu dengan yang lainnya. Ditinjau dari perspektif pragmatik, proses bertutur merupakan tindakan sosial dan kultural, yang di dalamnya terkandung aspek-aspek kesantunan. Oleh karena itu, para ahli pragmatik, memasukkan kesantunan sebagai salah satu parameter pragmatik. Teori kesantunan Leech (1983: 75) dikembangkan berdasarkan parameter skala untung rugi. Semakin tidak menguntungkan, tuturan yang dibuat semakin santun, 1
2 demikian juga sebaliknya. Salah satu indikator kesantunan adalah dengan menyusun ketidaklangsungan tuturan. Semakin langsung, tuturan itu semakin tidak santun. Leech (1983: 138) mengemukakan bahwa politeness language basically have to pay attention to the six maxim of the politeness; there are tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim and sympathy maxim. Yang artinya Leech mengembangkan teori kesantunannya dengan menyajikan sejumlah maksim kesantunan yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kesepakatan, maksim kerendahan hati, maksim simpati. Prinsip kesantunan bertujuan untuk mengurangi ketidaksopanan dalam suatu percakapan dan bagamaina memproduksi dan memahami bahasa berdasarkan kesopansantunan. Tujuan tersebut untuk menumbuhkan daya perasaan dalam komunitas maupun hubungan antar pribadi. Dengan demikian, prinsip kesantunan berfokus pada proses intrepretasi bahwa pokok penelitian ini adalah pada efek yang ditimbukan pendengar daripada pembicara. Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang ditemukan pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip kesantunan tersebut. Pelanggaran-pelanggaran dalam prinsip kesantunan dapat diukur sesuai dengan peringkat kesantunan, setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan seperti yang disampaikan oleh Leech (1983:135) each of the six interpersonal maxim has an associated set of scales which help establish the requisite degree. Berikut skala kesantunan yang
3 disampaikan Leech, skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (Optionality scale), skala ketidaklangsungan (Indirectness scale), skala keotoritasan (Authority scale), skala jarak sosial (social distance scale). Di dalam film juga dapat ditemukan berbagai pelanggaran maksim, khususnya maksim kesantunan. Allen and Gomery (1985: 158) mengatakan bahwa film adalah gambaran umum sosial. Film menyajikan gambar, suara, tema dan alur cerita berdasarkan fenomena sosial dan nilai-nilai budaya. Douglass & Harnden (1996: 250) film as a symbolic expression. The power of the moving image as a means of symbolic expression as a form of language has been a subject of fascination and serious thought for almost as long as films have been made film adalah simbol dari ekspresi. Kekuatan gambar bergerak tersebut adalah simbol ekspresi yang menjadi subjek daya tarik sepanjang film tersebut dibuat. Mengingat kecenderungan adanya perbedaan dalam menggambarkan kesatunan dalam berbicara terutama di lingkungan sosial seperti berbicara dengan orang yang lebih tua, berbicara dengan orang yang lebih muda memiliki standar berbicara atau berkomunikasi agar aspek-aspek kesantunan tetap terjaga. Dalam film, kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat mengendalikan emosi penuturnya, karena di dalam komunikasi, penutur dan lawan tutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.
4 Film Despicable Me menceriatakan kehidupan seorang penjahat super yang dimasuki oleh tiga orang anak perempuan dan mampu mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Tokoh-tokoh di dalam fim tersebut memiliki status sosial, gender, dan umur yang berbeda-beda sehingga dapat menggambarkan bagaimana tingkat kesantunan dalam setiap percakapannya. Oleh karena itu, penulis tertarik menganalisis pelanggaran maksim kesantunan pada percakapan film kartun Despicable Me karya Sergio Pablos yang berjudul Analisis Pelanggaran Maxim of Politeness pada Percakapan Film Kartun Despicable Me karya Sergio Pablos: Kajian Pragmatik. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Analisis Pelanggaran Maxim of Politeness pada Percakapan Film Kartun Despicable Me Karya Sergios Pablos : Kajian Pragmatis, data dalam penelitian ini dikaji dan dibatasi dari segi pragmatis. Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Pelanggaran Maxim of Politeness apa sajakah yang terjadi pada percakapan film kartun Despicable Me? 2. Jenis Skala Kesantunan Leech apa sajakah yang digunakan dalam menentukan pelanggaran maksim tersebut?
5 1.3 Batasan Masalah Untuk mencegah meluasnya pemasalahan, penulis membuat batasan-batasan dari objek penelitian dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Objek yang diteliti dalam proposal skripsi ini berupa pelanggaran maksim kesantunan, serta skala pengukur peringkat kesantunan pada percakapan film kartun Despicable Me karya Sergio Pablos. Pada penelitian ini penulis juga membatasi masalah dengan menganalisis pelanggaran enam maksim kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kesederhanaan, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Kemudian dari pelanggaran tersebut ditentukan peringkat kesantunannya berdasarkan skala kesantunan Leech (1983). Teori yang digunakan sebagai referensi adalah teori pragmatik Mey (1994) Parker (1986) Levinson (1983), teori konteks situasi tutur (speech situasional contexts) Leech (1983: 13-14) Wijana (1996), teori maksim kesantunan Leech (1983). 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan-tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan pelanggaran-pelanggaran maksim kesantunan apa saja yang terdapat dalam percakapan film kartun Despicable Me. 2. Menjelaskan skala kesantunan apa yang digunakan pada pelanggaran maksim kesantunan tersebut.
6 Hasil penelitian ini diaharapkan berguna bagi penulis maupun pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang maksim khususnya maksim kesantunan serta pelanggaran-pelanggarannya dengan mengumpulkan berbagai data yang kemudian di proses dan di analisis berdasarkan teori untuk memperoleh suatu kesimpulan yang pasti pada film kartun Despicable Me karya Sergio Pablos. 1.5 Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh daya nalar manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkahlangkah yang bersifat logis, Sugiono (2008:2). Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu dimana tujuan dan penelitian menurut Sugiono (2008:4) dibagi menjadi tiga bagian diantaranya bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang benarbenar baru dan belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh
7 dari penelitian yang digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti data yang diperoleh dari penelitian yang digunakan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada, sehingga melalui penelitian data yang telah diperoleh digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi berbagai masalah yang terjadi. Mengingat penelitian ini merupakan analasis pelanggaran maksim kesantunan pada percakapan film kartun Despicable Me karya Sergio Pablos sebagai topic pembahasan dalam penelitian ini yang dikaji secara pragmatis, maka penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Husein Umar (2003:23) penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif yaitu digunakan untuk membantu dalam hal membandingkan dan menguraikan data-data. Penerapan metode ini yaitu dengan menggumpulkan data-data yang kemudian dianalisis. Data-data tersebut diambil dari transkrip percakapan film kartun Despicable Me karya Sergio Pablos.