KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI BATANG SINGKONG DAN LIMBAH PLASTIK BERDASARKAN PELAPISAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT BERLAPIS FINIR DARI SABUT KELAPA DAN PLASTIK POLIETILENA DAUR ULANG: VARIASI UKURAN PARTIKEL SABUT KELAPA

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

Kiki Sinaga, M. Dirhamsyah Dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA BERBAGAI VARIASI RASIO DAN PENAMBAHAN MALEIC ANHYDRID

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Pascasarjana IPB, Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak. 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

PEMANFAATAN SERAT SABUT KELAPA DAN PLASTIK DAUR ULANG UNTUK PAPAN KOMPOSIT BERLAPIS ANYAMAN BAMBU DINA SETYAWATI

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKELDARI KAYU SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA. L) DAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA.L)

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

Suherti, Farah Diba, Nurhaida Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL JERAMI PADI Mechanical and physical properties of particleboard rice straw

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN SERAT BATANG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca. L) PADA BERBAGAI SUHU DAN WAKTU KEMPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN LIMBAH PENGOLAHAN KAYU JATI SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL NON PEREKAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU. (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties)

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT UREA FORMALDEHIDA DAN BAHAN PENGISI STYROFOAM TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT SKRIPSI

KAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PAPAN COM-PLY DARI CAMPURAN KAYU SAWIT DAN KORAN BEKAS. Oleh/By :

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Nilai kerapatan papan semen pada berbagai perlakuan Anak petak

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Departemen Hasil HutanFakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor, IPB Kampus Dramaga, Bogor 16001, Jawa Barat, Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis acq)

Karakteristik Fisis dan Mekanis Papan Semen Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) dengan Dua Ukuran Partikel

Triaga Ria Sandi 1), Karyadi 2), dan Eko Setyawan 2) 1) ABSTRAK

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN DASAR SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) SKRIPSI

Fiber-Plastic Composite

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

PENGARUH PROPORSI LAPISAN DAN BAHAN BAKU TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL LAPIS TANPA PEREKAT

SIFAT FISIS MEKANIS BAMBU LAPIS SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK INTERIOR

Karakteristik Papan Partikel dari Pelepah Salak Pondoh (Salacca sp) dengan Penambahan Asam Sitrat

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA PAPAN SEMEN PARTIKEL PELEPAH RUMBIA (Metroxylon sagus Rottb)

Anwar Kasim, Yumarni dan Ahmad Fuadi. Abstract. Key words: Elaeis guineensis Jacq., trunk, Uncaria gambir Roxb., adhesive, particleboard.

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG SAGU DAN PLASTIK POLIPROPILENA (PP) BERLAPIS FINIR DAN BAMBU (Composite Board Quality Of Sago Fiber and Polypropilena Plastic (PP) With Finir and Bamboo Layer) Tajul Umam, Dina Setyawati, Farah Diba Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Daya Nasional Pontianak 78124 E-mail: umamtajul@gmail.com Abstrack This research aim to determine of immersion types and the addition of layer materials on the physical and mechanical composite board and to determine the best treatment. Composite board made with size 30 cm x 30 cm x 1 cm with 0,7 gr/cm 3 density target. Physical and mechanical testing based on JIS A 5908 2003 standard. This research using factorial experiments pattern on completely random design with 2 treatment factor, namely immersion factor which consist of two sub factor (hot water immersion and cold water immersion) and composite board layer factor which consist of 3 sub factor (without layer, finir layer and bamboo layer). Materials mixing doing manually with Polypropylena distribution is divided into 3 parts, each of face and back is 15 %, and core is 70 % from plastic weight. Hot press conducted on temperature 180 0 C with ± 25kgf/cm 2 during 10 minutes. Research result showed that every composite board is according to JIS A 5908 2003 standard, except water content value is lower than standard. Finir layer composite board with hot water immersion during 2 hours is the most optimal. Keyword : Composite Board, Immersion, Layer, Physical and Mechanical, Polypropylena Plastic PENDAHULUAN Perkembangan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat dan otomatis kebutuhan akan kayu semakin meningkat pula. Produksi kayu sebagai bahan baku industri tahun 2012 mencapai 49,1 juta m 3 per tahun, sedangkan Departemen kehutanan memberi jatah produksi kayu secara nasional mencapai 9,1 juta m 3 per tahun (Kementeri Kehutanan, 2013). Kelangkaan kayu pada saat ini mengakibatkan industri memanfaatkan kayu yang berkualitas rendah, mengingat semakin berkurang nya bahan baku yang tersedia maka di usahakan alternatif lain yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang sama dengan kayu. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan pemanfaatan bahan berlignoselulosa lainnya untuk dijadikan bahan baku pengganti kayu agar lebih efisien dalam penggunaan kayu dalam bentuk papan komposit. Sagu (Metroxylon sp.) merupakan tumbuhan palem wilayah tropika basah, yang tumbuh di Indonesia dengan luas areal sekitar 1.128 juta Ha atau 51,3% dari luas areal sagu dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, 942

Maluku dan Papua. Sekitar 90% areal sagu di Indonesia terdapat di Papua (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2010). Penelitian Idral et al (2012) menyatakan kulit batang sagu memiliki kandungan kimia yaitu, selulosa 65.86%, lignin 37.70%, zat ekstraktif 8.31% dan kadar abu 4.73%. Setyawati at al., (2006), mengemukakan bahwa plastik polipropilena dapat digunakan sebagai bahan dasar maupun pengganti perekat dalam pembuatan papan komposit yang memiliki stabilitas dimensi yang tinggi, tetapi keteguhan lenturnya masih rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas serta penampilan papan komposit yaitu dengan menambahkan bahan pelapis pada kedua permukaan papan komposit. Berbagai penelitian papan komposit menggunakan bahan pelapis untuk meningkatkan kualitas. Penelitian Sudijono dan Subiyakto (2002) menggunakan bilah bambu sebagai bahan pelapis papan partikel. Ronika Rita (2015) menggunakan finir sebagai pelapis papan komposit dari batang singkong. Setyawati at al., (2006) menggunakan finir sebagai bahan pelapis papan komposit dan pada penelitian Setyawati at al., (2008) menggunakan anyaman bambu sebagai pelapis pada permukaan papan komposit. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan pelapis dapat memperbaiki sifat mekanis papan komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan komposit serat kulit batang sagu dan plastik polipropilena berlapis finir dan bambu, sehingga dapat ditentukan pelapisan yang paling baik untuk pembuatan papan komposit. Dimasa mendatang, penelitian ini diharapkan dapat memberi alternative substitusi kayu yang berkualitas dan dalam rangka efisiensi penggunaan kayu dan pengendalian limbah plastik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Wood Workshop, Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura Pontianak sebagai tempat persiapan bahan baku dan Laboratorium PT. Duta Pertiwi Nusantara sebagai tempat untuk pembuatan papan komposit dan pengujian sifat fisik dan mekaniknya. Penelitian dilakukan selama ± 3 (tiga) bulan, yaitu mulai dari persiapan, pengerjaan, pengujian hingga pengolahan data. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serat kulit batang sagu yang dipotong sepanjang 30 cm, plastik jenis polipropilena (pp), finir meranti putih dan bambu tali yang dibelah setebal kurang lebih 1 mm dan sepanjang 30 cm. papan komposit dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm dan tebal 1 cm dengan target kerapatan 0,7 gr/cm 3. Papan komposit dengan pelapis, serat kulit batang sagu dan limbah plastik dimanfaatkan sebagai core, sedangkan finir dan bambu dimanfaatkan sebagai pelapis depan dan belakang permukaan papan komposit. Setelah semua bahan ditimbang, kemudian dilakukan pencampuran secara manual. Distribusi plastic polipropilena 943

dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian muka dan belakang masing-masing sebanyak 15%, dan bagian tengah 70% dari berat plastik (Setyawati et al., 2008). Bahanbahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berukuran 30 cm x 30 cm x 10 cm yang sudah diberi alas plat seng dan diberi finir dan bambu pada sisi muka dan belakang. Selanjutnya permukaan ditutup dengan cetakan dan diberi tekanan pendahuluan selama 2 menit, sedangkan pada papan komposit berlapis diberikan lapisan finir dan bambu pada kedua permukaan papan. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan dan keempat sisinya diberi plat baja setebal 1 cm. Selanjutnya pengempaan dilakukan dengan menggunakan kempa panas (hot pressing), yang mengacu pada penelitian Setyawati (2003, 2006) dengan suhu 180 ºC dan tekanan ± 25 kgf/cm 2 selama 10 menit.. Papan komposit yang telah jadi kemudian dikondisikan selama 14 hari sebelum dipotong menjadi contoh uji. Pengujian papan komposit dilakukan dengan mengacu pada standar JIS A 5908 (2003) meliputi : kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, modulus elastisitas (MOE), modulus patah (MOR), keteguhan rekat, dan kuat pegang sekrup. Penelitian ini menggunakan pola Percobaan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu perendaman sebagai faktor A yang terdiri dari 2 subfaktor dan pelapisan sebagai faktor B yang terdiri dari 3 subfaktor dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga didapat 18 kombinasi perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Papan Komposit a. Kerapatan Nilai rerata kerapatan yang diperoleh hampir seragam berkisar 0,7633 gr/cm 3 sampai 0,7733 gr/cm 3. (Gambar 1) Kerapatan (gr/cm 3 ) 0,8 0.7664 0.7633 0.7659 0.7733 0.7724 0.7711 0,6 0,4-0,9 0,4 0,2 0,0 Gambar 1. Nilai Rerata Kerapatan Papan Komposit Berdasarkan Perendaman Bahan Baku dan Pelapisan Papan Komposit (Average of Composite Board Density Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) 944

Hasil kerapatan papan komposit pada penelitian ini relatif sama. Hal ini disebabkan jumlah bahan baku yang digunakan pada setiap papan komposit relatif sama pada setiap lapisan yang berbeda. Semua papan memiliki kerapatan yang lebih tinggi dari target kerapatan, hal ini disebabkan oleh penambahan spilasi dengan kadar 5% dan sedikitnya plastic serta serat sagu yang terbuang pada saat pembuatan papan komposit. Semua kerapatan papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan analisis keragaman faktor pelapisan tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan komposit dan nilai pengujian dikonversikan dengan nilai kerapatan sasaran yang ditetapkan, sehingga semua nilai yang tercantum merupakan nilai pengujian pada kerapatan 0,7 gr/cm 3. b. Kadar air Nilai kadar air papan komposit berkisar antara 2,1614% sampai 5,3773% (Gambar 2). 7,0000 6,0000 5,0000 4,0000 3,0000 2,0000 1,0000 Kadar Air (%) 4,6813 5,3773 2,2549 2,1614 2,6679 2,4544 JIS A 5900-2003 5%-13% Gambar 2. Nilai Rerata Kadar Air Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Moisture Content Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Nilai kadar air papan komposit berpelapis pada penelitian ini masih di bawah standar. Perlakuan papan komposit tanpa pelapis menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan papan komposit berpelapis, ini dikarenakan semakin banyak bahan baku serat sagu yang digunakan maka kadar air papan komposit yang dihasilkan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku berlignoselulosa yang sel-selnya dipengaruhi oleh air. Hasil analisis keragaman menunjukkan faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata. c. Daya serap air Nilai rerata daya serap air papan komposit berkisaran antara 17,8673% sampai 33,8660%. (Gambar 3) 945

5 Daya Serap Air (%) 4 3 2 22,3769 23,8327 17.8673 33.8660 28.5091 29.4065 1 Gambar 3. Nilai Rerata Daya Serap Air Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan Bahan Baku. (Average of Composite Board Water Absorbtion Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa daya serap air papan komposit berpelapis finir maupun bambu memiliki nilai daya serap air lebih tinggi dari pada papan komposit tanpa pelapis. Pada papan komposit berpelapis daya serap airnya kebih tinggi karena permukaan papan komposit tidak tertutup oleh plastik sehingga bahan pelapis mudah menyerap air. Hal ini sejalan dengan penelitian Setyawati et al (2008) yang mengatakan bahwa daya serap air papan komposit dengan bahan pelapis cenderunglebih tinggi dari pada control. Hal ini disebabkan pada saat direndam, bahan pelapis bersifat lebih mudah menyerap air. Pada standar, tidak mensyaratkan nilai daya serap air, akan tetapi uji daya serap air ini dapat digunakan untuk menentukan aplikasi penggunaan papan komposit untuk pemakaian eksterior atau interior. Berdasarkan analisis keragaman interaksi dari kedua faktor berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air. d. Pengembangan tebal Nilai rerata pengembangan tebal papan komposit berkisar antara 4,7740% sampai 8,9081%. (Gambar 4) 946

25,0000 2 15,0000 Pengembangan Tebal (%) Maks 12% 1 5,0000 8,4094 8,5335 Gambar 4. Nilai Rerata Pengembangan Tebal Papan Komposit Berdasarkan Perendaman dan Pelapisan. (Average of Composite Board Thickness Swelling Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Dari Gambar 4 nilai tersebut dapat diketahui bahwa papan komposit berlapis finir menghasilkan nilai pengembangan tebal yang lebih rendah, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai pengembangan tebal papan komposit berlapis finir tidak berkolerasi positif dengan daya serap air. Menurut Haygreen and Bowyer (1993) apabila menyerap air, finir akan mengembang terutaman adalah pada arah transversal (lebar). Sedangkan bambu, pengembangan cenderung kearah 4,7740 5.8952 8.9081 8.4173 tebal, karena pada bambu tidak terdapat sel jari-jari yang dapat menahan pengembangan ke arah tersebut (Nuriyati, 2000). Sifat Mekanik Papan Komposit a. Modulus lentur (Modulus of Elastisitas / MOE) Nilai MOE papan komposit berkisar antara 15376,8030 kg/cm 2 sampai 64424,9049 kg/cm 2.. (Gambar 5) 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 20742,5434 15376,8030 MOE (Kg/cm 2 ) 47821,0711 27957.1440 64424.9049 61105.3022 tipe 30-15 Min 40800 kg/cm 2 Dekoratif min 20400 kg/cm 2 Gamabr 5. Nilai Rerata Modulus Lentur (MOE) Papan Komposit Berdsarkan Perendaman dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Modulus of Elastisitas Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) 947

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penambahan bahan pelapis berupa finir dan bambu dapat meningkatkan nilai MOE. Menurut Suhasman et al (2005) penambahan bahan pelapis pada papan komposit dapat meningkatkan kekuatan papan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rita (2015) yang menyatakan penambahan bahan pelapis mampu meningkatkan nilai MOE papan komposit. Hal ini disebabkan karena bahan pelapis pada permukaan papan dapat menahan beban lebih besar, karena sifat mekanik bahan pelapis yang tinggi. Berdasarkan bahan pelapis papan komposit berpelapis bambu memiliki nilai MOE lebih tinggi dari pada papan komposit berlapis finir. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk MOE papan komposit bahwa faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap MOE papan komposit. b. Modulus Patah (Modulus of Rupture/MOR) Nilai MOR papan komposit yang dihasilkan berkisar antara 342,8659 sampai 743,3328. (Gambar 6) 80 70 60 50 40 30 20 10 342,8659 401,5586 MOR (Kg/cm 2 ) 743,3328 465,9627 725,2479 660,7412 tipe 30-15 Min 306 kg/cm 2 Dekoratif min 81,6 kg/cm 2 Gambar 6. Nilai Rerata Modulus Patah (MOR) papan komposit berdasarkan perendaman dan pelapisan papan komposit. (Average of Composite Board Modulus of Rupture Based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Pada penelitian ini diketahui bahwa penambahan bahan pelapis berupa finir dan bambu dapat meningkatkan nilai MOR. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rita (2015) semua nilai MOR papan komposit yang diberi bahan pelapis berupa finir dan bambu telah dapat memenuhi standar. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan MOE bahwa papan yang diberi beban besar adalah pada bagian permukaan yang disebabkan oleh sifat mekanik bahan pelapis yang tinggidan arah serat yang lurus. Semua MOR papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk MOR papan komposit, ternyata faktor pelpisan berpengaruh sangat nyata terhadap MOR papan komposit. c. Keteguhan rekat (Internal Bonding) 948

Nilai keteghuhan rekat papan kompoist berkisar antara 3,2233 kg/cm 2 sampai 11,0103 kg/cm 2. (Gambar 7) 12,0000 1 8,0000 8,4318 8,4170 IB (Kg/cm 2 ) 11,0103 tipe 30-15 3,1 kg/cm 2 6,0000 4,0000 3,2233 3,4670 3.9801 Dekoratif min 1,5 kg/cm 2 2,0000 Gambar 7. Nilai Rerata Keteguhan Rekat Papan Komposit Berdasarkan Perendaman Bahan Baku dan Pelapisan Papan Komposit. (Average of Composite Board Internal Bonding based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa penambahan bahan pelapis finir meningkatkan nilai keteguhan rekat papan komposit. Kerusakan papan komposit berlapis pada penelitian ini sebagian besar terjadi bukan pada bagian tengah papan tetapi pada lapisan antara bahan pelapis dengan lapisan plastik. Hal ini menggambarkan bahwa kekuatan rekat inti papan komposit yang terdiri dari serat kulit batang sagu dan plastik PP lebih besar dari pada kekuatan rekat inti dengan bahan pelapis. Semua keteguhan rekat papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasill analisis keragaman keteguhan rekat papan komposit, ternyata faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan rekat papan komposit. d. Kuat Pegang Sekrup Nilai kuat pegang sekrup papan komposit yang dihasilkan berkisar antara 88,1579 sampai 129,1126. (Gambar 8) 949

14 12 10 8 6 Kuat Pegang Sekrup (Kg) 126,3000 129,1126 120,0569 88,1579 102,5743 89,7040 tipe 30-15 51 Kg Dekoratif min 31 kg 4 2 Gambar 8. Nilai rerata kuat pegang sekrup berdasarkan perendaman dan bahan pelapis papan komposit. (Average of Composite Board Screw Holding Power based on Immersion of Raw Materials and Coating of Composite Board) Berdasarkan Gambar 8 nilai kuat pegang sekrup bervariasi. Rita (2015) menyatakan nilai kuat pegang sekrup dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh dari struktur kayu yang digunakan, ukuran serat dan atau partikel, jenis kayu (berat jenis rendah atau tinggi) dan jenis perekat yang digunakan. Semua kuat pegang sekrup papan komposit yang dihasilkan telah memenuhi standar. Berdasarkan hasil analisis keragaman untuk kuat pegang sekrup papan komposit, ternyata bahwa faktor pelapisan papan komposit berpengaruh nyata terhadap kuat pegang sekrup papan komposit. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap MOE dan kuat pegang sekrup namun berpengaruh nyata terhadap keteguhan rekat, dan daya serap air. Adapun faktor pelapisan berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diuji kecuali kerapatan, daya serap air, dan pengembangan tebal. 2. Interaksi dari kedua faktor berpengaruh nyata terhadap MOE dan MOR. 3. Semua papan komposit hasil pnelitian ini memenuhi standar kecuali nilai kadar air yang lebih kecil dari standar. 4. Papan komposit berlapis finir dengan perendaman air panas merupakan perlakuan yang paling optimal. DAFTAR PUSTAKA Anggrainie O, Setyawati D, Nurhaida. 2013. Kualitas Papan Komposit dari Sabut Kelapa dan Limbah Plastik Berlapis Bambu dengan Variasi Kerapatan dan Lama Perendaman NaOH. Junal Tengkawang. 950

Japanese Standart Association. 2003. Japanese Industrial Standarts Particleboard (). Japanese Standart Association. Japan. Kishi H, Yoshioka M, Yamanoi A, Shiraishi N. 1988. Composites of wood and polyprophylene I. Mokuzai gakkaishi 34(2): 133-139 Mahdi F, Julianto W. 2006. Sifat Fisik dan Mekanik Papan Partikel Pelepah Rumbia (Metroxylon sagus Rottb). Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18: 24-32. Rita R. 2015. Sifat fisik dan mekanik papan komposit dari batang singkong dan limbah plastik berdasarkan pelapisan dan komposisi bahan baku. Jurnal hutan lestari Vol. 3 (2) : 337 346. Setyawati D, Hadi YS, Massijaya MY, dan Nugroho N. 2006. Kualitas Papan Komposit Berlapis Finir dari Sabut Kelapa dan Plastik Polietilena Daur Ulang: Variasi Ukuran Partikel Sabut Kelapa. Jurnal Perennial, 2(2) : 5-11. Setyawati D, Hadi YS, Massijaya MY, Nugroho M. 2008. Karakteristik papan komposit dari serat sabut kelapa dan plastik PP daur ulang berlapis anyaman bambu. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 1(1) : 18-26 Setyawati D. 2009. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa Dan Plastik Daur Ulang Untuk Papan Komposit Berlapis Anyaman Bambu. Sekolah Pasca Sarjana IPB (Disertasi) Setyawati D, Diba F, Nurhaida. 2015. Analisis Peningkatan Kualitas Komposit Dari Limbah Plastik Dan Limbah Hayati Sebagai Bahan Infrastruktur Pemukiman Hijau Lestari Bagi Industri Perkayuan Rakyat. Laporan Akhir. Suhasman, Massijaya MY, Hadi YS. 2005. The effect of face and back layer types on composite board quality In: Dwianto W, editor. Towards Ecology and Economy Harmonization of Tropical Forest Resources. Proceeding of the 6th International Wood Science Symposium LIPI- JSPS Core University in Field of Wood Science. August 29-31 2005. Bali Indonesia 951