Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WAWASAN DUNIA KRISTEN. Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

FILSAFAT MANUSIA. Person dan Individu Manusia dan Review Materi Kuliah I s/d VI. Firman Alamsyah AB, MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Kutipan ayat diatas yang diambil dari Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab

UKDW BAB I PENDAHULUAN

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

UKDW BAB I PENDAHULUAN

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

NATUR PENDIDIKAN KRISTEN Modul: Falsafah Pendidikan Kristen P4TK TRAMPIL Wednesday, March 23, 2011

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

MENJADI MANUSIA OTENTIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian sebagaimana

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB VII REFLEKSI DAN KESIMPULAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

Pencari Kebenaran Bertanya: Ellen White Menjawab Bagian 1 Mencari...

Misiologi David Bosch

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA

Starlet Gerdi Julian / /

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Shara,2013

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENELITIAN KUALITATIF

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. jemaat GKI Arcamanik, Bandung. Mengapa katekisasi, Pendalaman Alkitab, khotbahkhotbah, UKDW

BAB V KESIMPULAN. relasi antara ideologi dan gerakan sosial keagamaan. Dengan melihat penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

Bagaimana Kita Bertumbuh Allah ingin Kita Bertumbuh serupa dengan Kristus dalam segala hal. Efesus 4:15a (Msg)

Alkitab dan kita: Bagaimana menafsirkan Alkitab. 2 Petrus 1:20. Bagaimana Alkitab mengubah hidup kita? 2 Petrus 1:21.

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

Transkripsi:

Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge - New York and London Halaman :xii + 346 Jumlah Bab : 9 (Sembilan) Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah salah satu pengantar yang ideal bagi orang-orang yang ingin memahami bagaimana spiritualitas dapat dimengerti melampaui batas-batas konvensionalnya, yang selama ini menjadi anggapan umum (Perrin, 2007: ii). Menurut saya, ada 2 (dua) cara pembuktian terhadap pernyataan dari penerbit itu, yaitu: (1) Dengan membacanya secara baik agar ditemukan ide-ide apa yang dapat membimbing kita melampaui batas-batas konvensionalitas pengertian spiritualitas; (2) Membaca saja tidak cukup, tetapi juga harus mengerjakan gagasan-gagasan penting itu secara empiris. Dengan mengerjakannya secara empiris kita akan tahu apakah gagasan-gagasan dan harapan-harapan dari Perrin dan Penerbit buku ini operasional atau tidak. Membaca secara cermat adalah pilihan utama. Setelah melakukan "sedikit" bacaan, saya menemukan bahwa buku ini cukup membantu dalam upaya memahami kerangka metodologi penelitian tentang spiritualitas. Apabila pemahaman spiritualitas Kristen selama ini difokuskan pada teologi dan sejarah spiritualitas Kristen, maka Perrin dalam buku ini mencoba untuk membuat hubungan antara spiritualitas Kristen dengan bidang-bidang ilmu lain tentang manusia (human sciences), seperti filsafat, psikologi, sejarah, sosiologi, fenomenologi, hermeneutika dan Page 144

antropologi. Menurut Perrin, usaha yang dilakukannya dalam buku ini adalah untuk menjawab pertanyaan mendasar, yaitu: Apa artinya berpikir secara kritis dalam perspektif spiritualitas Kristen saat ini?dengan kata lain, apa saja isu-isu penting kontemporer yang harus distudikan dalam kaitan dengan spiritualitas Kristen? (Perrin, 2007: 2). Secara keseluruhan, ada 7 (tujuh) pokok yang dibahas dalam buku ini, yaitu: 1. Bahasan tentang pengertian spiritualitas Menurut Perrin, sudah saatnya kita memikirkan spiritualitas melampaui batas-batas organisasi agama. Hal itu disebabkan karena saat ini (saat buku ini ditulis), sudah semakin banyak orang tertarik dengan dimensi spiritualitas dalam kehidupan tanpa ingin terikat dalam organisasi-organisasi keagamaan.hal itu menunjukkan bahwa spiritualitas bukan lagi dominasi agama, tetapi juga dapat dibicarakan tentang spiritualitas sosial, spiritualitas budaya, dan lainlain. Setiap aspek kehidupan manusia seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya dapat menjadi sumber utama data bagi orang-orang yang ingin memahami spiritualitas dengan cara baru. Data dari bidang-bidang kehidupan itu akan membuat pemahaman tentang spiritualitas Kristen lebih kaya daripada yang ada sebelumnya. Terkait definisi spiritualitas, Perrin menyitir pendapat Sandra M. Schneidersyang bergelut di bidang spiritualitas Kristen, sebagai berikut: Spiritualitas adalah pengalaman kehidupan manusia yang dapat didefinisikan sebagai suatu keterlibatan sadar dalam proyek integrasi kehidupan melalui transendensi-diri ke arah nilai tertinggi yang seseorang terima. Definisi spiritualitas ini dapat menolong untuk menggambarkan spiritualitas-spiritualitas yang tidak memasukkan kepercayaan kepada Allah, yang mana tidak perlu ditolak.contoh, nilai tertinggi yang diyakini seseorang dapat menjadi Allah (Perrin, 2007: 201). Sebelum tiba pada definisi itu, Perrin mengemukakan empat elemen penting yang membentuknya, yaitu: 1. Spiritualitas adalah kapasitas fundamental manusia yang dikenal sebagai hakekat spiritual manusia yaitu kapasitas pencarian makna, nilai, dan tujuan dari hidup; Page 145

2. Spiritualitas adalah pencarian tentang bagaimana setiap individu tumbuh dalam intimitas, ketergantungan, dan hubungan yang saling berbagi dengan orang lain dan dunia secara keseluruhan; 3. Spiritualitas adalah suatu realitas kehidupan yang terbentuk ke dalam pilihan-pilihan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, apakah ia seorang atlit, pendidik, dan lain sebagainya; 4. Spiritualitas juga dihubungkan dengan upaya meneliti bagaimana orang menghidupi kehidupannya sehubungan dengan ketiga aspek di atas. Dengan demikian, ketiga aspek spiritualitas di atas adalah kategori-kategori yang dapat diteliti dalam konteks apapun (Perrin, 2007: 18-19). Ketika menghubungkan definisi spiritualitas di atas dengan kehidupan secara umum, Perrin menghubungkannya dengan hal-hal paling penting dalam kehidupan manusia, yaitu: kehidupan dan kematian. Di antara dua kutub itulah spiritualitas manusia dapat dimengerti apakah dihubungkan dengan keyakinan kepada Allah atau tidak sebagai perjuangan dengan sejumlah misteri yang menghadirkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang kehidupan manusia. Menurutnya, dunia kehidupan manusia adalah dunia yang penuh dengan nilai-nilai, keyakinankeyakinan, kebenaran-kebenaran, harapan-harapan, dan hasrat-hasrat yang membuat manusia mesti bergerak melampaui apa yang dapat dilihat dan disentuh. Terhadap itu, aspek spiritualitas manusia sajalah yang terbuka bagi pencarian kebenaran otentik dalam seluruh pengalaman kehidupan, dari seluruh nilai-nilai normatif yang ada, terhadap seluruh pertimbanganpertimbangan nalar, yang dapat membimbing manusia ke arah upaya penentuan diri ( selfdetermination).berdasarkan hal itu, spiritualitas dapat dimengerti sebagai realitas keseharian yang dapat semua orang bagi dalam kehidupannya (Perrin, 2007: 20). 2. Hubungan antara spiritualitas Kristen dengan teologi Bagaimana dengan Spiritualitas Kristen?Tentu saja Spiritualitas Kristen tak dapat dilepaspisahkan dari Teologi Kristen.Hal itu dapat dipahami karena bagaimana Spiritualitas Kristen dipahami dan dioperasionalkan dalam aspek kehidupan setiap hari juga tergantung pada asumsi-asumsi yang dihubungkan dengan pemahaman teologis seorang Kristen. Perrin ketika Page 146

membahas hubungan antara spiritualitas Kristen dengan teologi kemudian menyatakan bahwa hubungan antara keduanya bersifat dialektis, di mana satu sama lain saling berkontribusi. Perrin menyatakan bahwa spiritualitas dapat dikatakan sebagai spiritualitas Kristen ketika Allah yang diyakini umat Kristen menjadi keyakinan utama dalam kehidupan seseorang; kehidupan manusia yang saling berinteraksi merujuk pada kehidupan Yesus; dan spirit dalam spiritualitas Kristen diidentifikasi sebagai Roh Kudus (Perrin, 2007: 26). Ia kemudian mencatat beberapa definisi kerja yang disampaikan para pemikir di bidang spiritualitas Kristen sebagai berikut (Perrin, 2007: 31): Apapun yang mungkin dinyatakan tentang spiritualitas yang cenderung biblis, kematangan spiritual atau pemenuhannya sangat melibatkan seluruh aspek manusia tubuh, pikiran dan jiwa, tempat, hubungan-hubungan dalam hubungan dengan seluruh ciptaan sepanjang waktu.spiritualitas biblis meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dalam totalitas eksistensinya di dalam dunia, bukan beberapa bagian atau potonganpotongan atau kejadian dalam kehidupan seseorang. (Stringfellow). Spiritualitas (paling kurang dalam konteks Kristen) adalah istilah yang berguna untuk menggambarkan bagaimana, baik secara individual maupun kolektif, kita secara pribadi menjadikan keyakinan-keyakinan tradisional Kristen tentang Allah, kemanusiaan dan dunia, dan mengekspresikan keyakinan-keyakinan itu dalam pengertian sebagai dasar bagi sikap, gaya hidup dan aktifitas kita. (Philip Sheldrake). Spiritualitas adalah pengalaman kehidupan manusia yang dapat didefinisikan sebagai suatu keterlibatan sadar dalam proyek integrasi kehidupan melalui transendensi-diri ke arah nilai tertinggi yang seseorang terima. Dalam spiritualitas Kristen kategori-kategori formalnya dikhususkan dalam pengertian Kristen: horison dari nilai tertinggi adalah ketritunggalan Allah yang diwujudkan dalam Yesus Kristus, dan proyek yang dimaksud adalah keterlibatan dalam kehidupan dari misteri kebangkitannya di dalam konteks komunitas gereja melalui pemberian Roh Kudus. (Sandra M. Schneiders). Spiritualitas Kristen adalah ekspresi tentang keyakinan tertinggi seseorang dalam kehidupan setiap hari dalam komunitas, dicirikan oleh keterbukaan untuk berbagi kasih Allah, diri sendiri, sesama, dan dunia melalui Yesus Kristus dan di dalam kekuatan Roh Kudus. (Elizabeth Dreyer). Jelaslah, dari definisi-definisi kerja di atas dapat dilihat beberapa elemen dasarsspiritualitas Kristen, yaitu: 1. Spiritualitas Kristen melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Page 147

2. Spiritualitas Kristen didasarkan pada ketritunggalan Allah di dalam Yesus Kristus dan dalam kekuatan Roh Kudus. 3. Spiritualitas Kristen diekspresikan dalam kehidupan setiap hari. Bagaimana pengertian Perrin tentang teologi?ia mengangkat beberapa definisi para pemikir di bidang teologi sebagai dasar bagi argumentasinya tentang hubungan antara Spiritualitas Kristen dan Teologi, sebagai berikut (Perrin, 2007: 32-33): Istilah teologi digunakan secara luas untuk menunjuk pada tubuh dari keyakinankeyakinan Kristen, dan disiplin studi yang memusatkan perhatian pada keyakinankeyakinan itu.teologi adalah suatu disiplin tentang keyakinan-keyakinan, suatu usaha untuk menyelidiki dan menghubungkan acuan-acuan dari keyakinan Kristen (Alister McGrath). Tidak ada yang dapat menggantikan pengalaman individu tentang Allah.Meskipun demikian, teologi dapat membantu orang percaya untuk menggambarkan, menjelaskan, menafsirkan hal-hal yang berhubungan dengan iman mereka.mereka mengetahui bahwa keyakinan mereka dalam Allah dinyatakan dalam Yesus Kristus. Teologi membuat hal itu mudah dipahami karena dengan bantuan teologi, orang beriman dapat menyatakan apa yang mereka yakini itu kepada diri sendiri dan orang lain. (Gerald O Collins). Teologi mungkin setiap saat adalah sesuatu yang bebas untuk mengangkat ide-ide yang lebih abstrak di dalamnya tercakup konteks kekekalan tetapi spiritualitas selalu berbeda satu dengan yang lain. (Belden Lane). Teologi dikerjakan oleh komunitas agama untuk perbaikan dan pengembangan komunitas itu sendiri, dan didasarkan pada penyelidikan dan pengembangannya di atas komitmenkomitmen yang intrasistematik, yang mengikat setiap klaim iman individu ke dalam kehidupan komunitas. (George Schner). Maksud Perrin mengangkat definisi-definisi di atas adalah ia ingin menunjukkan bahwa sebagaimana spiritualitas Kristen, teologi pun memiliki keberagaman definisi. Baginya, untuk memahami hubungan antara spiritualitas Kristen dan teologi sangat tergantung pada bagaimana masing-masing hal itu didefinisikan. Bagi Perrin, dengan keragaman definisi itu, akan tidak adil bila menggunakan satu kerangka kerja teologis saja untuk menganalisis spiritualitas Kristen bila keduanya berangkat dari titik yang sama. Page 148

3. Pengalaman sebagai objek material studi Dalam perspektif metodologis, yang disebut sebagai objek material adalah suatu bidang, isu, masalah, hal, atau apa pun namanya, yang hendak diteliti atau dikaji. Dalam pengertian itu, apa yang dibahas oleh Perrin dalam buku ini adalah tentang upaya memahami pengalaman sebagai pengalaman, bukan pengalaman-pengalaman yang telah coba ditarik pada tataran abstraksi. Menurut Perrin, pengertian yang kritis tentang pengalaman harus membuat kita memahami bahwa spiritual Kristen tidak berbicara tentang bagaimana aplikasi dari kategorikategori teologi Kristen dalam kehidupan setiap hari. Studi tentang spiritualitas harus melampaui kategori-kategori teologis yang adalah doktrin-doktrin teologis.studi tentang spiritualitas harusnya terbuka terhadap seluruh pengalaman manusia dalam segala aspek kehidupan. 4. Pentingnya konteks Terhadap pokok ini, tentu saja akan banyak orang yang sepakat bahwa konteks memegang peranan penting dalam studi-studi tentang manusia dan pengalaman setiap harinya. Dalam studi tentang spiritual, konteks ekonomi, sosial, politik, keagamaan, dll., dan hubunganhubungan di antara semuanya itu menjadi penting untuk diketahui. Hal itu disebabkan karena pengalaman manusia ada dalam relasi konteks kehidupan tersebut.dengan semangat mengutamakan konteks, maka tiap pengalaman di tiap tempat dan tiap waktu adalah unik. Dari sana, seharusnya tak boleh ada upaya-upaya generalisasi atau lebih lagi pereduksian pengalaman-pengalaman tiap orang. 5. Pendekatan Multidisiplin Perrin menyatakan bahwa multidisiplin adalah prinsip utama metodologi dalam upaya menstudikan spiritualitas Kristen. Asumsinya adalah bahwa tak akan ada dan tak akan pernah ada satu disiplin saja yang memiliki semua jawaban tentang pengalaman kehidupan manusia. Oleh karena itu, Perrin mencoba menghubungkan spiritualitas Kristen dengan bidang-bidang ilmu lain tentang manusia. Bagi Perrin, isu-isu penting dalam kehidupan, dimana spiritualitas adalah salah satu darinya, tidak dapat distudikan hanya melalui satu, bahkan beberapa, disiplin terbatas di antara sekian banyak disiplin akademik yang ada. Tiap disiplin akademik itu memiliki sumbangan yang Page 149

khas untuk percakapan tentang spiritualitas.dengan demikian, terhadap situasi kehidupan manusia pun, tidak boleh ada satu disiplin akademik yang mengklaim memiliki pengertian yang utuh tentang itu. Disiplin-disiplin akademik itu sebaiknya diinteraksikan satu dengan yang lain dalam batas-batas yang cair. Bagi Perrin, tiap disiplin akademik akan saling mempengaruhi ketika menyelidiki satu hal. Dengan menginteraksikan disiplin-disiplin akademik itu, maka para peneliti akan tertolong untuk memperoleh pengertian dan penjelasan yang lebih mendalam terkait isu-isu yang ditelitinya. Dalam pendekatan Perrin, teologi tidak dilihat sebagai komitmen yang kuat dan kaku terhadap seperangkat kepercayaan, tetapi lebih dilihat sebagai suatu komitmen untuk terbuka terhadap pertumbuhan pengetahuan tentang hubungan antara kemanusiaan dengan Allah dan kehadiran Allah di dalam dunia.teologi, dalam perspektif Perrin ini adalah pencarian individu teologis (theological person) secar aktif terhadap kehadiran Allah yang mentransformasi seluruh aspek kehidupan manusia (Perrin, 2007: 6). 6. Kesadaran Sejarah Ketika membicarakan tentang bagaimana masa lalu berhubungan dengan masa kini dan masa depan, sesungguhnya Perrin hendak membicarakan tentang kesadaran sejarah. Dalam bahasan tentang hal ini, Perrin menunjukkan bahwa mesti ada keyakinan kalau manusia adalah produk dari masanya sendiri, walaupun ada tradisi-tradisi, nilai-nilai, ide-ide, dll., yang diwariskan generasi ke generasi. Dari sisi metodologis, dengan menekankan aspek kesadaran sejarah, Perrin hendak mengingatkan kita bahwa ketika melakukan studi, kita selalu berada dalam horison kesadaran sejarah pribadi.dengan menyadari bahwa horison kesadaran sejarah pribadi selalu kita miliki, maka hal yang sangat mungkin agar studi kritis dapat dibangun adalah membuat horison itu seeksplisit atau seterang mungkin. Artinya, kita mesti jujur dan terbuka akan hal itu. 7. Pendekatan Hermeneutika Studi terhadap spiritual Kristen sesungguhnya adalah pencarian akan makna dari pengalaman-pengalaman manusia sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang yang menjalani pengalaman-pengalaman itu. Pemaknaan terhadap satu hal dapat saja berbeda bagi tiap Page 150

orang.pemaknaan itu belum diketahui sebelumnya oleh kita yang hendak melakukan studi.pada titik itulah, hermeneutika hadir sebagai kekuatan metodologis untuk membantu kita menemukan makna. Bagi saya, buku ini sangat menarik karena mampu mengupas berbagai aspek yang terkait dengan upaya menstudikan spiritualitas Kristen. Lepas dari itu, buku ini sangat membantu untuk merancang studi tentang spiritualitas Kristen. Harusnya buku ini juga menarik bagi semua orang yang tertarik untuk melakukan studi-studi empiris tentang spiritualitas Kristen. Page 151