BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
|
|
- Sukarno Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hidup sekarang merupakan sebuah rumah makan dengan jumlah pilihan tak terbatas.mau hobi, liburan, gaya hidup, pandangan-dunia atau agama, selalu ada sesuatu bagi setiap orang...secara sederhana, kita telah mencapai tahap di dalam pluralisasi dimana pilihan tidak hanya masalah peristiwa tetapi merupakan sikap budi...perubahan telah menjadi hakikat kehidupan. (Os Guinness) 1 Pluralisasi yang dilukiskan Os Guinness telah dirumuskan oleh Peter Ludwig Beger sebagai proses yang dengannya jumlah pilihan di dalam suasana pribadi masyarakat moderen secara cepat berlipat ganda pada semua tahap, khususnya pada tingkat pandangan akan dunia, iman dan ideologi. 2 Dalam kenyataan hidup keseharian yang senantiasa berproses dan berhadapan dengan banyak pilihan, baik sebagai manusia maupun institusi dituntut untuk mampu menyesuaikan. 3 Penyesuaian baik dalam cara pandang terhadap dunia, iman, ideologi dan berelasi dengan pihak lain. Penyesuaian ini tentunya berkaitan dengan sebuah kesadaran bahwa adanya sebuah realitas (baca: kenyataan) yang berkembang dalam masyarakat. 4 Kenyataan Indonesia yang plural adalah fakta sosio-antropologik yang tak terbantah. 5 Masyarakatnya yang majemuk baik dari segi budaya, kesukuan, 1 Os Guinness adalah seorang penulis dan kritikus sosial. Lahir di China 30 september ( Sumber dari 2 Linda Smith Dan William Raeper, Ide Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. (Yogyakarta: Kanisisus, 2000), Bonie Payong, Sambodo, Agama Dalam Himpitan Zaman Sebuah Refleksi Atas Kristianitas Masa Kini. (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2003), Ibid 5 Sa id Aqiel Siradj, Basis Teologis Kerukunan Umat Beragama: Perspektif Islam, Trialog Hindu,Kristen dan Islam (Bali: Institute For Syriac Christian Studies /ICCS, 2000), 41 1
2 keagamaan/kepercayaan dan sebagainya memunculkan banyak konsekuensi. Salah satunya adalah adanya perjumpaan antara yang satu dengan yang lain (the others). Perjumpaan antara pengikut agama yang satu dengan pengikut agama yang lain. Perjumpaan ini tidak bisa dielakkan dan ini merupakan keniscayaan. 6 Dalam perjumpaan dengan yang lain (baca: pengikut agama yang lain) diketahui bahwa truth claim dimiliki oleh umat yang berbeda. 7 Dan klaim-kebenaran masing-masing agama ini bersaing, selalu berada berdampingan dan semuanya menyatakan sebagai yang benar. Dan hal ini bisa menimbulkan masalah dalam memahami bagaimana agama dimengerti dalam sebuah masyarakat. 8 Khususnya masyarakat yang majemuk seperti Indonesia. Titaley mengatakan bahwa pluralitas masyarakat Indonesia merupakan suatu tantangan dan sekaligus peluang yang jarang sekali terjadi dalam sejarah umat manusia, terutama dalam perspektif keagamaan. Tantangan karena keragaman agama dapat menjadi sumber bagi lahirnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk juga beragama. 9 Peluang karena kalau keragaman agama ini bisa ditangani dengan tepat maka konflik bisa berubah menjadi dukungan moral, etis dan spiritual yang positif bagi kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama. 10 Hidayat mengatakan bahwa keberagaman dalam masyarakat Indonesia, khususnya dalam paham keagamaan yang beragam dianggap sebagai kekayaan budaya bangsa. Sekalipun di pihak lain ada yang merasa tidak happy dengan keragaman ini, khususnya dalam bidang agama. Menurutnya, keberagaman di Indonesia ini harus diberi ruang yang sama di depan hukum bagi warganya, apapun agamanya dan apapun etnisnya Komaruddin Hidayat, Memahami Kebenaran Yang Lain Sebagai Upaya Pembaharuan Hidup Bersama, Pengantar Memahami Kebenaran Yang Lain Sebagai Upaya Pembaharuan Hidup Bersama (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2010), 21 7 Ibid 8 Linda Smith Dan William Raeper, ibid, John A. Titaley, Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi Agama-Agama, (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2013), Ibid 11 Pengantar Memahami Kebenaran..., 23 2
3 Berdasarkan pendapat Titaley dan Hidayat, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa oleh karena perjumpaan dengan yang lain tidak bisa dihindari (baca: antara penganut agama yang satu dengan penganut agama yang lain) dan bisa menimbulkan peluang dan konflik maka dalam perjumpaan dan interaksi antara satu dengan yang lain harus diberi ruang yang sama. Masing-masing memiliki dan diberi hak yang sama, hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Apapun latar belakang kesukuan, status sosial, keagamaan dan lain-lain. Dalam konteks perkawinan, setiap individu dalam interaksinya dengan individu yang lain juga harus mendapatkan ruang yang sama. Tidak boleh ada perbedaan. Apapun latar belakang kesukuan, status sosial bahkan keagamaan. Interaksi antar individu (baca: dalam konteks perkawinan pasangan beda agama) ini haarus diberi ruang yang sama dalam ranah publik oleh karena perkawinan merupakan sesuatu yang mendasar dalam kehidupan manusia. Seperti pendapat David C.Thomas dan Kerr Inkson yang mengatakan bahwa perkawinan merupakan kebutuhan mendasar dari kemanusiaan. Selain kebutuhan mendasar, menurut David dan kerr, perkawinan adalah sebuah watak dasar manusia dengan segala kompleksitasnya. Seperti adanya kebutuhan-kebutuhan dasar, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah : kebutuhan makan untuk memenuhi rasa lapar, mengatasi rasa sakit, kebutuhan seksual, kebutuhan akan tempat tinggal, berkeluarga, membesarkan anak-anak, dan sebagainya. 12 Dengan pemahaman yang demikian maka interaksi individu yang berbeda keyakinan dalam sebuah perkawinan tetap diupayakan untuk mendapatkan ruang yang sama dalam publik. Oleh karena perkawinan menjadi bagian dari kemanusiaan seseorang maka adalah hal yang tak terhindarkan ketika seorang pria dan wanita, khususnya pasangan yang berbeda agama sepakat untuk menjalin relasi cinta kasih yang kemudian dilanjutkan ke relasi yang lebih serius yaitu perkawinan. Akan tetapi dalam kenyataan, untuk mewujudkan harapan tersebut mereka (baca: pasangan beda agama) terkendala oleh beberapa hal, seperti: kendala administratif baik di 12 Siti Syamsiyatun, Agama dan Kebebasan Dapatkah Bersanding? dalam rumpun tulisan : Memahami Kebenaran Yang Lain Sebagai Upaya Pembaharuan Hidup Bersama. (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2010), 120 3
4 Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan juga kendala perkawinan sesuai hukum agama mereka masing-masing. pengesahan Pencatatan perkawinan bagi pasangan beda agama di luar Kota Salatiga masih menjadi polemik, mengalami banyak kendala, bahkan masih terjadi penolakan. Akan tetapi berbeda dengan yang terjadi di Kota Salatiga. Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga sebagai pejabat pemerintah telah melaksanakan pencatatan perkawinan (khusus: pasangan beda agama) sejak tahun 2000 sampai dengan tahun Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2014, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah beberapa kali mengalami pergantian Kepala Dinas. Akan tetapi kebijakan yang diambil berkenaan pencatatan perkawinan khusus beda agama tetap sama. Apa alasanalasan/pertimbangan Kepala Dinas dan Kependudukan Pencatatan Sipil sebagai pejabat pemerintah ini bersedia melaksanakan pencatatan perkawinan pasangan beda agama. Padahal beberapa Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil diluar Salatiga menolak mencatatkan, khususnya pasangan perkawinan beda agama. Berangkat dari kenyataan diatas, penulis tertarik untuk meneliti apa alasanalasan Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Salatiga dalam melakukan pencatatan perkawinan, khususnya bagi pasangan beda agama. Berdasarkan penjelasan tersebut maka judul tesis yang akan diteliti adalah: PENCATATAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA (STUDI SOSIO-HUKUM TERHADAP ALASAN-ALASAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA DALAM MENCATATKAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA ANTARA TAHUN ) B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan pemahaman di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah : 4
5 1. Bagaimana prosedur Pencatatan Sipil Perkawinan Pasangan Beda Agama yang dilakukan oleh Kepala Dinas Dan Kependudukan Pencatatan Sipil Kotamadya Salatiga? 2. Apa Alasan-alasan Kepala Dinas Dan Pencatatan Sipil Kotamadya Salatiga mencatatkan Perkawinan Pasangan Beda Agama? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mendeskripsikan prosedur Pencatatan Perkawinan Pasangan Beda Agama di Kotamadya Salatiga 2. Mendeskripsilan Alasan-Alasan Kepala Dinas Dan Pencataan Sipil Kotamadya Salatiga mencatatkan Perkawinan Pasangan Beda Agama? D. MANFAAT PENELITIAN Melalui kajian tesis ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih teoretis dan praktis bagi Dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kota Salatiga, Pemerintah Kota Salatiga, Pengadilan Kota salatiga, Instansi keagamaan baik yang ada di kota Salatiga maupun yang ada disekitarnya dan juga Universitas Kristen Satya Wacana. E. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif Kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara sistematis, kritis, faktual, akurat berkaitan dengan fenomena yang ada dengan pelbagai variabel yang diteliti. Metode ini berusaha menggambarkan secara obyektif, factual, apa adanya. 13 Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data 13 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
6 Pengumpulan data bertumpu pada dua sumber utama yaitu wawancara dan dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. 1.) Observasi Dalam langkah ini peneliti melakukan observasi dengan cara menentukan siapa-siapa yang dapat dijadikan informan atau nara sumber kompeten dalam subyek penelitian yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas. Nara sumber yang dipilih adalah salah satu petugas aparatur negara, dalam hal ini Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga periode tahun di Salatiga. Langkah lain yang diambil adalah dengan cara melakukan studi pustaka yang berkenaan dengan masalah penelitian guna mendukung memberikan landasan teori penelitian. 2.) Wawancara Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview). Tipe wawancara mendalam ini bersifat terbuka demi memperoleh informasi yang kaya, bervariasi dan mendalam dari orang-orang yang kompeten dalam bidang yang diteliti mengenai pandangan, informasi, keterangan mereka ) Studi Dokumen Dokumen-dokumen yang relevan seperti : Undang-undang perkawinan, Undang-Undang Administrasi Kependudukan, surat-surat keputusan Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Salatiga yang berkaitan dengan pencatatan perkawinan pasangan beda agama dan dokumen-dokumen keagamaan yang mendukung penelitian tersebut. 4.) Analisa Data 14 Bruce L. Berg, Qualitative Research Methods: For The Social Sciences (Messachusetts: Needham Heights, 1989),
7 Dalam analisa data, penulis mengintepretasikan data factual yg terjadi dilapangan dengan menggunakan teori yang ada untuk melihat kesesuaian data lapangan dengan teori. Untuk menjamin validasi data maka penulis menggunakan validasi data dengan menggunakan model Trianggulasi. Trianggulasi adalah sebuah model (pengukuran, pengamatan, teori dan Metode) untuk melihat obyek dari berbagai perspektif sehingga memberi pandangan yang lebih akurat tentang hal tersebut. 15 b. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kalangan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015 Januari W. Lawrence Neuman, Sosial Research Methods: Qualitative & Quantitative Approaches (New York: Allyn & Bacon, 2004),
8 8
PENCATATAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA
PENCATATAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA STUDI SOSIO-HUKUM TERHADAP ALASAN-ALASAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA DALAM MENCATATKAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA ANTARA TAHUN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian
Lebih terperinciPENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP SIKAP ETNIS NIAS DALAM MENGHADAPI PARA PENDATANG DI KOTA GUNUNGSITOLI
PENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP SIKAP ETNIS NIAS DALAM MENGHADAPI PARA PENDATANG DI KOTA GUNUNGSITOLI TESIS Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan
BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya
III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga mencakup penetapan tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data penelitian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
44 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan penelitian guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Menurut Thomas Kuhn 22, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk penelitian yang digunakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitatif research) adalah suatu penelitian yang ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah. pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia, dimana dalam kehidupan sehari-hari individu melakukan interaksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita, yang bersama-sama menjalin hubungan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai kodratnya, manusia mempunyai hasrat untuk tertarik terhadap lawan jenisnya sehingga keduanya mempunyai dorongan untuk bergaul satu sama lain. Untuk menjaga kedudukan
Lebih terperinci45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB IV A. PENGANTAR. 1 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 43 2 Ibid, 44
BAB IV ANALISA TERHADAP ALASAN-ALASAN KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SALATIGA DALAM MENCATATKAN PERKAWINAN PASANGAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI TEORI SOSIAL DAN ATURAN HUKUM PERUNDANGAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, 6) Teknik Analisis Data
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab metode penelitian berikut akan menjelaskan beberapa bagian diantaranya 1) Paradigma, 2) Tipe Penelitian, 3) Metode Penelitian, 4) Subjek Penelitian, 5) Teknik Pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciMenurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah
Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. 1 Dalam
95 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui secara obyektif suatu aktifitas dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data 1. Jenis Penelitian Dalam bidang penelitian pada umumnya dikenalkan adanya dua jenis penelitian, jenis pertama mencakup setiap penelitian
Lebih terperinciNILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati
NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciInterpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam. Komik Hentai Virgin Na Kankei
Interpretasi Pembaca Terhadap Materi Pornografi dalam Komik Hentai Virgin Na Kankei SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian atau riset dapat diartikan sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif. Mulyana menjelaskan bahwa Penelitian kualitatif adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Mulyana menjelaskan bahwa Penelitian kualitatif adalah
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
KONVERSI AGAMA (Studi Kasus Tentang Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Sosial Perpindahan Agama Dari Hindu Ke Kristen Protestan di Bukitsari, Bali) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme. Aliran konstruktivisme menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Kota Surakarta, dimana di kota ini terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi yang akan
Lebih terperinciatau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 37 rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 38
34 Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau pristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
Lebih terperinciBAB III. Metodelogi Penelitian
BAB III Metodelogi Penelitian 3.1. Paradigma Penelitian ini menggunakan paradigma Kontruktivisme. Menurut Bodgan dan Bikien 1, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinci[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012
[ R1] Harmonisasi Hubungan Lintas Kultural Masyarakat Transmigrasi Mendukung Pusat Pertumbuhan (Kasus Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Agen/Fasilitator Mendukung Koridor Ekonomi Kalimantan Timur
Lebih terperinci1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa
1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan sebagaimana peneliti menjawab pertanyaan dalam permasalahan penelitian seperti diuraikan pada bab pertama, yakni bahwa penelitian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,
BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT. Modul ke: 14Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika
KEWARGANEGARAAN Modul ke: 14Fakultas Nurohma, FASILKOM INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian dan arti penting
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian Pada hakekatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian, kita mengenal dua bentu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivisme. Menurut Salim (2006:88-91), konstruktivisme merupakan paham yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang
53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, penyataanpernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak
302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang
63 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang Melahirkan Konflik Berdasarkan pemaparan landasan teoritis tentang konflik antar agama di atas. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam
34 3.1 Paradigma penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana pandangan tertentu bagaimana media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam keluarga-keluarga ibu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai judulnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Peneliti menganalisis proses internalisasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
Lebih terperinciKEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974
KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian difokuskan di Kota Malang, dengan alasan karena beragamnya pola pemikiran para pakar hukum dan melihat bahwa para pakar hukum ini memiliki
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga
BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. dengan pendekatan secara kualitatif. Dengan pertimbangan bahwa penelitian yang
BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian (Deskriptif Kualitatif) Dalam penyusunan tulisan penelitian menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif. Dengan pertimbangan bahwa
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)
10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang beragam baik dari sisi budaya, etnis, bahasa, maupun agama. Dari sisi agama, di negara ini hidup berbagai agama besar dunia seperti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di
Lebih terperinciKristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi
Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi Dalam Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN DI GKJW SE-KABUPATEN JEMBER (Suatu Analisa dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial) Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hal pengupahan, Islam memberikan ketentuan dasar mengenai Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip moral yang membedakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di FKIP PGSD yang berlokasi di jalan Diponegoro 52-60 Salatiga. Alasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia, suatu objek,suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan, yang hubungannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Lebih terperinci