Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING PERSEGI PANJANG MELALUI METODE DEMONSTRASI. Ghonimah

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM UPAYA DALAM MATERI AJAR PENGGABUNGAN FOTOGRAFI DIGITAL

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

EFEKTIFITAS HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSIN

1130 ISSN:

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

121 Penerapan Metode Mind Mapping Dan Model Student Facilitator...

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

Astri Wahyuni. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

*Korespondensi, tel : ,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Tugiyana 2 SDN 1 Kalitinggar Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

Edudikara, Vol 1 (2); 34-41,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: Volume. 18, Nomor 1, hal 60-67

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Dyah Muawiyah, Budi Utami *, dan Bakti Mulyani. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Transkripsi:

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 2, Oktober 2014 ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) SMP Teuku Umar Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Power Pont di kelas IX SMP Teuku Umar Semarang.. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kompetensi siswa menggunakan program aplikasi Power Point baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kesimpulan penelitian bahwa penggunaan model SFE cukup efektif diterapkan. 2014 Didaktikum Kata Kunci: SFE, Program Power Point, Kognitif, Afektif, Psikomotorik PENDAHULUAN E. Mulyasa (2006) menyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran dapat terwujud manakala sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Oemar Hamalik (2005), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya: membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan. Dalam pembelajaran, guru menyajikan permasalahan dan mendorong siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mencari pemecahan, menyimpulkan hasilnya, kemudian mempresentasikannya. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan kepada siswa ketika siswa menemukan permasalahan dalam penyelesaian tugas, selain berinteraksi dengan guru, siswa juga dapat bertanya dan berdiskusi dengan siswa lain. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi dilain pihak, guru juga harus mengorganisasikan suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada materi Power Point menunjukan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah dan pasif, yaitu siswa cenderung hanya sebagai penerima saja. Pada saat guru memberikan pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan guru secara bersama-sama. Seorang siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab. Jika diberi kesempatan untuk bertanya,

siswa hanya berbisik-bisik dengan teman bahkan sebagian besar hanya diam. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi TIK khususnya pokok bahasan menggunakan perangkat lunak Power Point dikarenakan guru tidak pernah menanyakan kesulitan siswa, dan setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun tugas sekolah tidak ada penilaian dari guru sehingga siswa merasa tidak penting untuk belajar. Hasil belajar kelas IX pada pokok bahasan penggunaan Power Point dilihat dari hasil ulangan harian didapatkan masih banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan. KKM di sekolah tersebut yaitu 72 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya kurang lebih 75% (E. Mulyasa, 2006). Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan keterangan yang diberikan guru, guru pernah menerapkan pembelajaran kooperatif. Siswa dikelompokkan dan diberikan tugas untuk mengerjakan soal. Hasilnya siswa lebih aktif dalam kelas tetapi terdapat beberapa kendala, diantaranya guru mengalami kesulitan mengkondisikan siswa karena siswa ingin selalu diperhatikan sementara guru harus berkeliling pada semua kelompok satu persatu. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji adalah: apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan program aplikasi Power Point melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining?. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan peningkatan kompeetensi pada tahap demi tahap. Menurut Anita Lie (2004), salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Facilitator and Explaining. Pada tipe ini, siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapatnya kepada siswa lain. Menurut penelitian yang dilakukan Yeni Saraswati (2009) penerapan pembelajaran kooperatif model Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan rata-rata minat belajar siswa yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89. Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan sebesar 66, pada siklus I meningkat sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87. Sedangkan Rosida Ilmiyah (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penerapan model Student Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Anita Lie (2004) mengungkapkan bahwa suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Etin Solihatin (2008) Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil atau tim yang anggotanya bersifat heterogen, yang terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, baik itu perempuan maupun lakilaki dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua anggota kelompok dapat belajar dengan maksimal. 2 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 2. (2014)

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode dokumentasi yang digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan keadaan siswa dan prestasi belajar dari masing-masing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010), metode tes untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, dan metode observasi untuk mengukur hasil belajar siswa ranah afektif dan psikomotorik. Aspek-aspek afektif siswa yang diteliti meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, salaing menghargai, dan percaya diri. Sedangkan aspek-aspek psikomotorik yang diteliti meliputi: keterampilan menggunakan Power Point. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu data-data hasil pre test dan post test siswa, lembar observasi afektif dan psikomotorik siswa yang terkumpul pada setiap siklusnya dioalah secara statistik yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kompetensi menggunakan program aplikasi Power Point hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan indikator yang telah dietapkan. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) yang pada pelaksanaannya keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus dengan perbaikan perencanaan pada siklus II. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX/A semester I tahun ajaran 2014/15 SMP Teuku Umar Semarang. 1. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, merencanakan pembentuk kelompok belajar, menyusun kisi-kisis soal tes siklus I, membuat alat evaluasi berupa soal tes yang kemudian diujicobakan, menyiapkan lembar observasi afektif dan psikomotorik siswa, membuat LKS, membuat kartu kode siswa 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan pada penelitian adalah menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran TIK pokok bahasan menggunakan perangkat lunak Power Point. Pada awal pertemuan diawali dengan mengadakan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan program aplikasi Microsoft Word. 3. Pengamatan Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati yaitu aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek afektif meliputi: tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, dan aspek percaya diri. Sedangkan aspek psikomotorik yang diamati meliputi: keterampilan menggunakan Power Point, kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan menu, dan kerapian mengerjakan tugas. 4. Refleksi Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan, yaitu dengan menganalisis hasil tes evaluasi dan lembar observasi sehingga akan diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan. Hasil PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) 3

refleksi pada siklus I akan menjadi acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus selanjutnya yaitu siklus II HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penelitian, berupa hasil belajar siswa pada kompetensi menggunakan Power Point yang terdiri dari kompetensi pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang diperoleh dari tes dan observasi. Data hasil belajar siswa ranah kognitif diperoleh dengan menggunakan metode tes yang dilakukan pada tiap akhir siklus dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe SFE (Student Facilitator and Explaining). Peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Prasiklus Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Tertinggi 78 82 90 Nilai Terendah 44 56 66 Rata-rata kelas 65,50 71,61 80,28 Ketuntasan Klasikal 36,11% 66,67% 91,67% Berdasarkan tabel 1 hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat tiap siklusnya. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada kegiatan prasiklus yaitu 78 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 82 dan pada siklus II meningkat menjadi 90. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada kegiatan prasiklus yaitu 44, setelah tindakan siklus I meningkat menjadi 56, dan pada siklus II menjadi 66. Rata-rata kelas yang diperoleh pada kegiatan prasiklus yaitu 65,50 dengan ketuntasan klasikal 36,11%, kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,61 dengan ketuntasan kalsikal 66,67%, dan pada siklus II naik menjadi 80,28 dengan ketuntasan klasikal sebesar 91,67%. Terjadi kenaikan 14,78 pada rata-rata kelasnya dari kegiatan prasiklus ke siklus II, dan ketuntasan klasikalnya naik 55,56% dari kegiatan prasiklus ke siklus II. Hasil tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu nilai rata-rata ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik 75 dan ketuntasan klasikalnya 75%. Hasil belajar siswa ranah afektif dinilai menggunakan lembar observasi afektif yang meliputi aspek tanggungjawab, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, dan aspek percaya diri yang diamati selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Tabel 2 merupakan peningkatan hasil belajar siswa ranah afektif siklus I dan siklus II. Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Tertinggi 80 90 Nilai Terendah 50 70 Rata-rata kelas 68,68 78,19 Ketuntasan Klasikal 86,11% 100% Pada tabel 2 terlihat bahwa hasil belajar siswa ranah afektif meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ini terjadi karena siswa sudah terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dengan 4 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 2. (2014)

siswa lain, siswa juga sudah mulai memiliki kepercayaan diri untuk maju ke depan kelas dan mempresentasikan materi kepada siswa lainnya. Hasil belajar siswa ranah psikomotorik dinilai menggunakan lembar observasi ranah psikomotorik yang meliputi aspek keterampilan menggunakan Power Point, kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan menu, dan kerapian mengerjakan tugas. tabel 3 dan grafik 3 merupakan perbandingan hasil belajar siswa ranah afektif siklus I dan siklus II. Tabel 3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik Siklus I, dan Siklus II Keterangan Hasil Siklus I Hasil Siklus II Nilai Terendah 83 92 Nilai Tertinggi 50 63 Rata-rata kelas 71,88 78,94 Ketuntasan Klasikal 61,11% 94,44% Pada tabel 3 terlihat bahwa hasil belajar ranah psikomotorik siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar ranah psikomotorik ini terjadi karena siswa dituntut untuk memahami materi yang dijelaskan oleh guru pada saat itu, sehingga apabila siswa tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru dan tidak memperhatikan kegiatan diskusi maka dia tidak akan mampu untuk mempresentasikan materi kepada siswa lain ketika ditunjuk oleh guru, dan pada saat kegiatan praktek siswa yang tidak memperhatikan juga akan mengalami kesulitan.. 2. Pembahasan a. Siklus I Pada siklus I, hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotorik siswa masih belum dikatakan berhasil, hal itu dikarenakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Rata-rata hasil belajar ranah kognitif pada siklus I sebesar 71,61 dengan persentase ketuntasan hanya 66,67%, rata-rata ranah afektif siswa sebesar 68,68 dengan persentase ketuntasan mencapai 86,11%, dan rata-rata ranah psikomotorik siswa pada siklus I sebesar 71,88 dengan persentase ketuntasan 61,11%. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I, diantaranya: pembagian kelompok yang dilakukan pada pertemuan pertama membuat keributan dan menyita waktu pembelajaran, pada saat pengajar memberikan perintah untuk berdiskusi dan membuat bagan/ peta konsep, siswa masih bingung untuk mengerjakannya. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, kerjasama siswa dalam kegiatan diskusi kelompok belum terbangun dengan baik, siswa belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas sehingga siswa masih sulit untuk dapat aktif dalam pembelajaran, dan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tekun masih rendah, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung. Dari kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, guru dan peneliti melakukan perbaikan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II. b. Siklus II Hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Sebelum model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diterapkan rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif adalah 65,50 dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,61 dan pada siklus II meningkat menjadi 80,28 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,67%. Rata-rata hasil belajar ranah afektif siswa pada siklus I sebesar 68,68 dan meningkat pada siklus II menjadi 78,19 dengan persentase ketuntasan 100%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa ranah PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) 5

psikomotorik pada siklus I sebesar 71,88 dan meningkat menjadi 78,94 pada siklus II dengan persentase ketuntasan 94,44%. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II, peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, hal ini dikarenakan pengajar mengarahkan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa sudah harus duduk dengan kelompoknya masing-masing sebelum pembelajaran dimulai; siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan adanya motivasi dan penghargaan yang diberikan oleh pengajar yaitu bagi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tekun dan serius serta aktif dalam diskusi kelompok, mampu membuat dan menjawab pertanyaan dengan baik akan ditambah nilainya. Akan tetapi apabila ketika pembelajaran berlangsung siswa membuat kegaduhan dan tidak serius mengikuti pembelajaran nilainya akan dikurangi; terciptanya suasana kelas yang menyenangkan sehingga meminimalisir kejenuhan dalam belajar; siswa merasa senang jika mereka mendapat pujian dan penghargaan karena aktif dalam kegiatan pembelajaran, terlihat dari antusias siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, pada siklus II hasil penelitian telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu rata-rata ranah kognitif siswa mencapai nilai 75, dan nilai rata-rata persentase ranah afektif dan ranah psikomotorik siswa mencapai 75%. Hal tersebut terlihat dari hasil pembelajaran yang dicapai pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata ranah kognitif pada siklus II yang dicapai sebesar 80,28 dengan persentase ketuntasan mencapai 91,67%. 2. Nilai rata-rata ranah afektif pada siklus II yang dicapai sebesar 78,19 dengan persentase ketuntasan mencapai 100%. 3. Nilai rata-rata ranah psikomotorik pada siklus II yang dicapai sebesar 78,94 dengan persentase ketuntasan mencapai 94,44%. Dengan tercapainya indikator tersebut, maka pelaksanaan tindakan kelas tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan untuk siswa yang pada siklus II nilai post tes nya masih berada di bawah KKM diadakan remidial untuk memperbaiki nilainya, sedangkan untuk siswa yang nilainya sudah di atas KKM dan siswa yang mengalami penurunan nilai diadakan pengayaan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bawha penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas IX pada pokok bahasan menggunakan Power Point dapat meningkatkan kompetensi siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Etin Solihatin,dkk. 2008 Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Rosida Ilmiyah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa (Study Kasus Sisa Kelas IX APK SMK Wisnuwardhana Malang pada Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi). Malang: Jurnal Universitas Negeri Malang Vol.1 No.1. On Line at: http://library.um.ac.id/ [didownload pada tanggal 5 Oktober 2013]. 6 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 2. (2014)

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Syaifa Jufna. 2012. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas IXI Semester 2 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan Tahun Ajaran 2011/2012. Yogyakarta: Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta Vol.1 No.1 Tahun 2012. On line at: http://eprints.uny.ac.id [didownload pada tanggal: 10 Maret 2014]. Yeni Saraswati. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Jurnal Universitas Malang Vol.2 Tahun 2009. On line at: http://fisika.um.ac.id/ [didownload pada tanggal: 19 Oktober 2013]. PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) 7