BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL PERPAJAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN

1. BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak. 2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah

5/3/2011 DASAR HUKUM BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) OBJEK BEA PEROLEHAN HAK ATAS PENGERTIAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS

KETENTUN PELAKSANA 14/PMK.03/2009 (NPOPTKP) DST. atep adya barata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2011 NOMOR 1

Perpajakan / Elearning BPHTB Dosen: VED.,SE.,MSi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang PERUBAHAN UNDANG-UNDANG BPHTB

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor...

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

BAB II LANDASAN TEORI

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KONAWE UTARA,

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Disusun Oleh : Amalia Majid ( ) Dwi Fatehatul Ula ( ) Aulia Amrina Rosada ( ) Silvia Kusumawati ( ) Kelas B

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Pertemuan 7 BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) & PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

POSBAKUMADIN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai daerah otonom, maka daerah berhak untuk mengurus rumah

PETUNJUK PENGISIAN SSPD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

TENTANG` BUPATI PATI,

KABUPATEN KONAWE UTARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR: 4 TAHUN20t2 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN ( BPHTB)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

Penghitungan Wajib Pajak dalam SSB (Rp) BPHTB yang seharusnya terutang ,00 Pengurangan ( ,00) ( ,00) BPHTB terutang setelah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Mengingat : 1. bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 T E N T A N G BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

DAFTAR TABEL. Tabel 2. 2 Tabel Jumlah Perangkat Desa Silumajang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) Amanita Novi Yushita - 0

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. terutama melalui pembayaran pajak, digunakan oleh pemerintah untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Progaram Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan melakukan riset dan pengumpulan data yang diperlukan untuk pembuatan Tugas Akhir melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang akan saya laksanakan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan, dalam hal ini saya tertarik untuk membahas dan melakukan riset mengenai Prosedur pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Dinas Pendapatan Kota medan. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang berhubungan dengan Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yang selanjutnya disebut BPHTB merupakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Sebelum membahas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan tersebut, ada sebaiknya bila mengetahui defenisi pajak yaitu : Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh suatu negara kepada warga negaranya berdasarkan Undang- Undang dimana atas pungutan tersebut negara tidak memberikan kontraprestasi

langsung kepada pembayar pajak, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan Pemerintahan, seperti : Pembangunan Jalan, Sarana Transportasi Umum, Sarana Pendidikan, dan Pembangunan Lainnya yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain itu, Pajak merupakan sarana untuk melaksanakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat, maka pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan (BPHTB) juga memperhatikan aspek keadilan dengan menentukan Nilai Perolehan Objek Pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) yang berbeda sesuai dengan Nilai Objek Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak tersebut. Undang-undang perpajakan indonesia sejak tahun 1984 menganut sistem Self Assesment yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak (WP) untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dalam pemberlakuaan Sistem Self Assesment kepatuhan Wajib Pajak (WP) diharapkan dapat meningkat, yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak secara sukarela. Tarif yang ditetapkan Pemerintah untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan adalah tarif tunggal sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP) atas Tanah Dan atau Bangunan. Tarif tersebut ditetapkan secara tunggal agar Wajib Pajak (WP) dapat lebih mudah untuk melaksanakan Sistem Self Assesment yang diberlakukan oleh Pemerintah.Dalam pemberlakuan sistem ini Pemerintah membuat Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (SSB) agar Wajib Pajak (WP) dapat meyetorkan secara langsung BPHTB yang

terutang. SSB ini digunakan sebagai bukti dalam proses pengalihan hak bagi pejabat, Bank Persepsi, Kantor Pos, atau Tempat Pembayaran yang dilakukan. Dalam pelaksanaan sistem Self Assesment terutama dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau bangunan masih terdapat banyak kesalahan hitung dan tidak lengkapnya dalam Pengisian SSB oleh Wajib Pajak (WP), seperti kesalahan dalam pengisian Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) khususnya dikota Medan, atau kesalahan dalam mengisi Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) sehingga terjadi kesalahan jumlah Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang harus dibayar, hal tersebut dapat mengakibatkan Wajib Pajak (WP) terkena Sanksi Administrasi berupa Surat Tagihan Pajak (STP) akibat kesalahan hitung atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan atau Bangunan yang terutang, ditindaklanjuti oleh Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan Kurang Bayar (SKBKB) dan Sanksi lainnya yang dapat merugikan Wajib Pajak (WP).Untuk menghindari hah-hal tersebut diatas yang dapat merugikan Wajib Pajak (WP) dan Pemerintah maka dari itu penulis Mengambil Judul Tugas Akhir dengan Judul : Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.1. Untuk mengetahui mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan. 1.2. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan. 1.3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan. 1.4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1. Bagi Mahasiswa/i. a. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses pelaksanaan penerimaan negara di Kota Medan yang diperoleh dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan. b. Meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan dan memantapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu di bidang perpajakan khususnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam permasalahan perpajakan. d. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam bekerja. e. Meningkatkan kerja sama Dinas Pendaptan Kota Medan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. 2.2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan a. Memperoleh ide ide dan upaya untuk mengoptimalisasi penerimaan pajak Khususnya dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan. b. Membiana hubungan baik dengan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. 2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara a. Meningkatkan hubungan Kerja sama dengan instansi-instansi Pemerintah, khususnya dengan Dinas Pendapatan Kota Medan. b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan. c. Membuka Interaksi antara dosen dan instansi Pemerintah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan.

d. Meningkatkan ide-ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mammpu mencapai standar mutu pendidikan yang baik. e. Promosi Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). C. Uraian teoritis Pada uraian teoritis ini akan diberi penjelasan segala hal yang berkaitan tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) secara teori demi teori dan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB. 1. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 BPHTB atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan. 2. Subjek dan Objek BPHTB menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB subjek dan objek BPHTB :

2.1. Subjek BPHTB Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan, dikenakan kewajiban membayar pajak dan disebut juga wajib pajak. 2.2. Objek BPHTB Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang meliputi: a. Pemindahan hak, karena : Jual beli Tukar menukar Hibah Hibah wasiat Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan Penunjukan pembeli dalam lelang Pelaksanaan keputusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap Hadiah Waris Penggabungan usaha Peleburan usaha Pemekaran usaha

b. Pemberian hak baru, karena : Kelanjutan pelepasan hak Di luar pelepasan hak Jenis-jenis hak atas tanah adalah sebagai berikut : Hak milik Hak guna usaha Hak guna bangunan Hak pakai Hak milik atas satuan rumah susun Hak pengelolaan 3. Objek yang tidak dikenakan BPHTB Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB objek yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh: 3.1. Perwakilan diplomatik, konsulat dengan asas timbal 3.2. Balik Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. 3.3. Badan/perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut.

3.4. Orang pribadi/badan karena konversi hak/perbuatan hukum lain tanpa perubahan nama. 3.5. Orang pribadi atau badan karena wakaf. 3.6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah. 4. Dasar Pengenaan BPHTB Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang BPHTB Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) yang berupa : 4.1. Harga Transaksi untuk : a. Jual beli b. Penunjukan pembeli dalam lelang 4.2. Nilai Pasar, untuk : a. Tukar menukar b. Hibah c. Hibah wasiat d. Waris e. Pemberian hak baru, dan lain-lain 4.3. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB dalam hal apabila NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB 5. Tarif Bea Perolehsn Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan 5.1. Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak.

6. Nilai Perolehan Objek PajakTidak kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan ketentuan sebagai berikut : 6.1. hak waris dalam satu darah, sedarah atau keturunan garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000. 6.2. Nilai perolehan objek pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) yang sewaktu-waktu besarnya dapat dirubah oleh peraturan Daerah. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis mengadakan penelitian (riset) di Dinas Pendapatan Kota Medan. Penulis membahas mengenai : 1. Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan pada tahun 2012 melalui Dinas Pendapatan Kota Medan. 2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan pada tahun 2012 melalui Dinas Pendapatan Kota Medan. 3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengatasi Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah Dan Atau Bangunan di kota Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini penulis melakukan pengajuaan judul kepada Ketua Program studi Diploma III Administasi Perpajakan serta penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan. 2. Studi Literatur Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang,buku-buku pajak, dan literatur lain yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. 3. Observasi Lapangan Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Dinas Pendapatan Kota Medan, mengenai penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan yang diperoleh, dalam hal ini penulis memberikan suatu pengantar unuk melaksanakan data yang akan diminta pada Dinas Pendapatan Kota Medan 4. Pengumpulan Data Penulis melakukan pengumpulan data mngenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan melalui data Primer yaitu : data yang diperoleh dari

pihak-pihak yang memahami dan menguasai dari objek kajian dan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi Ilmiah dan Dokumentasi di Dinas Pendapatan Kota Medan. 5. Analisis dan Evaluasi Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan keterangan mengenai pajak yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan di Kota Medan. F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan (PKLM) Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Pertanyaan (Interview) Kegiatan mengumpulkan,mencari data dan informasi engan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan objek kajian secara langsung baik lisan maupun tulisan kepada pihak-pihak yang memahami objek kajian, khususnya kepada pihak Dinas Pendapatan Kota Medan. 2. Daftar Observasi (Observation Guide) Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian. 3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide) Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Bea Perolehan Hak Tas Tanah Dan Bangunan dan data lain yang diperlukan melalui Dinas Pendapatan Kota Medan dan Instansi yang terkait.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir Ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan secara sigkat alasan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), uraian teoritis Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), metode pengumpulan data dan sistematika Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Dinas Pendapatan Kota Medan, Stuktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta gambaran data pegawai. BAB III : GAMBARAN DATA BEA PEROLEHAN HAK TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian pajak, pengertian Bea Perolehan Hak atas tanah dan Atau

Bangunan, objek Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Atau Banguanan, Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan, tarif pajak, Nilai perolehan Objek pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) di kota Medan, Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan beserta contoh-contohnya, cara perhitungan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan, Bangunan. Saat, Tempat, dan cara pembayaran pajak terutang, hak-hak wajib pajak pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB). Dalam hal ini Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan yang terutang, Instansi yang terkait dalam pelaksanaan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan,. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh dilapangan melalui riset di Dinas Pendapatan Kota Medan, yaitu mengenai Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan DI Kota Medan Melalui Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat memberikan informasi kepada Wajib Pajak dan meningkatkan pembayaran pajak khususnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan di Kota Medan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN