BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci (Sugiono, 2014:168). Kebencian dapat diekspresikan melalui ungkapan, baik secara lisan maupun tulisan. Ungkapan dapat diartikan sebagai kelompok kata yang menyatakan makna khusus, makna unsur-unsurnya seringkali kabur (Sugiono, 2014:1529). Makna khusus tersebut tentu dipengaruhi oleh situasi ketika ungkapan tersebut dikemukakan. Ungkapan kebencian merupakan suatu ungkapan untuk mengungkapkan perasaan benci. Ungkapan kebencian tersebut berada dalam lingkup pragmatik, yaitu ilmu yang meneliti makna dengan konteksnya. Ungkapan kebencian sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya ialah ungkapan kebencian yang muncul sebagai tanggapan terhadap suatu informasi berita yang dimuat di media Line. Line merupakan suatu aplikasi komunikasi berbasis internet yang dapat diakses melalui telepon genggam, tablet, dan komputer. Salah satu fitur pengembangan aplikasi ini ialah Line Today. Fitur tersebut memuat berita-berita aktual dan memungkinkan pengguna aplikasi Line untuk memberikan timbal balik melalui kolom komentar di bawah berita yang diterbitkan. Kolom komentar Line dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu populer, 1
2 kontroversial, dan terbaru. Struktur komentar dengan prioritas komentar tersebut merupakan salah satu keunikan komentar berita Line. Komentar-komentar tajam, pedas, kurang sopan, arogan, dan seringkali kasar banyak bermunculan. Komentar tersebut tidak disampaikan secara langsung atau bertatap muka dan informasi pemilik akun Line tidak selengkap informasi yang ada pada media sosial lainnya, sehingga penulis komentar tidak ragu dalam meluapkan emosinya dengan bebas. Ungkapan kebencian yang ada dalam komentar-komentar pada berita Line dapat dikategorikan berdasarkan jenis-jenis tindak tuturnya. Pengategorian ini penting dilakukan mengingat rangkaian kata-kata kebencian yang berada dalam ranah pragmatik tersebut tidak selalu bermakna seperti yang tertuliskan. Kata-kata yang dipandang negatif dapat bermakna positif dan kata-kata yang dipandang positif dapat bermakna negatif. Kata-kata yang terlihat indah dapat bermakna kebencian dengan adanya konteks tertentu. Hal yang menjadi pusat perhatian pragmatik ialah maksud penutur di balik tuturan yang diungkapkan karena maksud tuturan tidak selamanya dinyatakan secara eksplisit, seringkali maksud tersebut hanya diimplikasikan saja (Wijana, 1996:68). Penyampaian tanggapan yang merupakan ungkapan kebencian tersebut disampaikan tentu dengan maksud tertentu. Ekspresi kebencian dalam penulisan komentar dapat dituliskan oleh pengguna akun Line dengan menghina, mengancam, melarang, dan sebagainya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini membahas bentuk kebahasaan, jenis-jenis tindak tutur, dan fungsi ekspresi tuturan ungkapan kebencian yang muncul pada komentar berita Line.
3 1.2 Ruang Lingkup Penelitian mengenai ungkapan kebencian ini berada pada ruang lingkup pragmatik. Pragmatik merupakan subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, penggunaan satuan bahasa dalam komunikasi (Wijana, 2009:4). Pragmatik ialah kajian mengenai kondisi-kondisi umum bagi penggunaan bahasa secara komunikatif (Leech, 1993:15). Penelitian dalam lingkup pragmatik ini merupakan penelitian mengenai ungkapan kebencian dengan teori tindak tutur, prinsip kerjasama, prinsip kesopanan, dan maksim-maksimnya. Data dalam penelitian ini diidentifikasikan, diklasifikasikan, dan dianalisis untuk menemukan bentuk kebahasaannya, jenis tindak tuturnya, dan maksud ungkapan kebencian pada penulisan komentar berita Line. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, beberapa hal yang menjadi rumusan masalah penelitian ini ialah sebagai berikut. a. Apa bentuk kebahasaan yang ditemukan dalam penulisan komentar berita Line? b. Apa sajakah jenis tindak tutur yang muncul pada ungkapan kebencian dalam penulisan komentar berita Line? c. Bagaimanakah ungkapan kebencian diekspresikan dalam penulisan komentar berita Line?
4 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut, a. mendeskripsikan bentuk kebahasaan dalam penulisan komentar berita Line, b. mengklasifikasikan jenis tindak tutur yang terdapat pada ungkapan kebencian dalam penulisan komentar berita Line, dan c. menjelaskan cara ungkapan kebencian diekspresikan dalam penulisan komentar berita Line. 1.5 Landasan Teori Benci ialah sangat tidak suka dan kebencian ialah sifat-sifat benci (Sugiono, 2014:168). Dari pengertian tersebut kata benci berada pada tingkat tertinggi dari tingkatan perasaan tidak suka, melebihi perasaan agak tidak suka dan tidak suka. Perasaan sangat tidak suka terebut dapat diekspresikan secara fisik dan nonfisik. Dalam kaitannya dengan bahasa, perasaan benci tersebut dapat diekspresikan dengan lisan maupun tulisan. Perkara-perkara yang diekspresikan tersebut dapat disebut sebagai ungkapan. Ungkapan merupakan kelompok kata yang menyatakan makna khusus, makna unsur-unsurnya seringkali kabur (Sugiono, 2014:1529). Ungkapan kebencian merupakan ungkapan ketidaksetujuan. Secara garis besar, ungkapan kebencian merupakan media untuk mewadahi perasaan kebencian. Ungkapan kebencian merupakan bagian dari tindak tutur yang dikaji oleh ilmu pragmatik, salah satunya kajian makna. Pragmatik mengkaji makna secara
5 eksternal yaitu makna yang terikat dengan konteks. Konteks merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menyelesaikan ambiguitas bahasa, seperti dalam pernyataan Mey (2004:39), Context is a dynamic, not a static concept: it is to be understood as the continually changing surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and in which the linguistic expressions of their interaction become intelligible. Pemahaman konteks sangat diperlukan dalam analisis pragmatik. Leech (1993: 20) mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. Bertolak dari pemahaman konteks inilah satuan-satuan bahasa dalam suatu tuturan dapat dijelaskan. Konteks ialah segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks dapat mengacu pada tuturan sebelum dan tuturan sesudah, mengacu kepada keadaan sekitar yang berkaitan dengan kebiasaan partisipan, adat istiadat, dan budaya masyarakat. Konteks pun dapat mengacu pada kondisi fisik, mental, serta pengetahuan yang ada di benak penutur maupun petutur. Unsur waktu dan tempat juga terkait erat dengan hal-hal tersebut. Menurut Leech (1993:19) pragmatik adalah studi makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Situasi ujaran meliputi unsur-unsur: (1) penutur (n) dan petutur (t); (2) konteks; (3) tujuan; (4) tindak tutur atau tindak verbal; (5) tuturan (T) sebagai produk tindak verbal; (6) waktu; dan (7) tempat. Tindak tutur (speech act) merupakan komponen utama analisis pragmatik. Berikut adalah pengelompokan tindak tutur dalam Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (2009) karya Wijana.
6 Tindak tutur diklasifikasikan menjadi dua bagian pengelompokan. Pertama ialah pengelompokan berdasarkan modus dan fungsinya. Pengklasifikasian yang dihasilkan ialah tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung terjadi apabila fungsinya sesuai dengan modusnya sedangkan tindak tutur tidak langsung apabila fungsi tuturan tidak sesuai dengan modus kalimat. Berikutnya ialah pengelompokan tindak tutur literal dan tidak literal. Tindak tutur literal ialah tindak tutur yang maksudnya sama dengan kata-kata penyusunnya, sedangkan tindak tutut tidak literal ialah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan kata-kata penyusunnya. Kedua pengelompokan tersebut dapat dikombinasikan sehingga hadir tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Dalam kajian pragmatik dikenal prinsip kerja sama dengan tujuan memperlancar proses komunikasi antara pembicara dan lawan bicara. Grice membagi prinsip kerja sama menjadi empat maksim (Wijana, 2009:42). Maksim pertama adalah maksim kuantitas, maksim ini menghendaki peserta pertuturan untuk memberikan kontribusi secukupnya. Maksim kualitas ialah maksim yang menghendaki peserta tutur memberikan kontribusi mengenai kebenaran, didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Maksim relevansi mengharuskan peserta percakapan memberi kontribusi yang relevan terhadap masalah pembicaraan. Maksim terakhir ialah maksim pelaksanaan yang mengharuskan peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, runtut, dan tidak berlebih-lebihan. Dengan
7 keempat maksim tersebut prinsip kerja sama dengan tujuan berbahasa sebagai bagian dari tindakan sosial dapat tercapai. Prinsip lain pada ilmu pragmatik ialah prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan ini terdiri atas beberapa maksim, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Prinsip ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, diri sendiri (penutur) dan orang lain (lawan tutur atau orang ketiga). Maksim kebijaksanaan dan maksim kemurahan merupakan maksim yang berpusat pada orang lain dan maksim penerimaan serta maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Keempat maksim tersebut berhubungan dengan keuntungan atau kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Dua maksim lainnya, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian berkaitan dengan penilaian baik atau buruk penutur terhadap diri sendiri atau orang lain. 1.6 Tinjauan Pustaka Lestari (2016) membahas ungkapan kebencian pada tesisnya yang berjudul Ungkapan Kebencian yang Muncul pada Fenomena Islamphobia di United Kingdom. Penelitian ini banyak menampilkan contoh-contoh ungkapan kebencian yang diambil dari media koran elektronik yang memuat berita islamphobia di United Kingdom. Data dianalisis dengan tinjauan ilmu pragmatik dengan teori ketidaksantunan Jonathan Culpaper dan teori tindak tutur Austin. Penelitian tersebut
8 membahas strategi ketidaksantunan dalam ungkapan kebencian dan jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam ungkapan kebencian terkait objek penelitian. Kajian mengenai emosi yang tersirat dalam ungkapan sudah banyak dilakukan. Anggraeni (2014) dalam tesisnya yang berjudul Ungkapan Kemarahan Orang Amerika menganalisis bentuk-bentuk ungkapan kemarahan dan variasi ekspresi dalam ungkapan orang Amerika. Penelitian sosiopragmatik tersebut merupakan penelitian studi kasus dengan mengambil kasus dari dua film yang berjudul A Raisin in The Sun dan The Help. Menurut hasil penelitian Anggraeni, bentuk ungkapan kemarahan dalam berkomunikasi diwujudkan dengan empat modus kalimat, kalimat imperatif, ekslamatif, deklaratif, dan interogatif. Dalam ranah sosiolinguistiknya, ungkapan kemarahan diruntut berdasarkan faktor sosial yang mempengaruhinya. Penelitian mengenai ungkapan kemarahan juga diteliti oleh Harawati (2013) dengan judul Ungkapan Kemarahan Laki-Laki dan Perempuan dalam Bahasa Indonesia Kajian: Sosiopragmatik. Dalam penelitian skripsinya tersebut, Harawati mengklasifikasikan bentuk tuturan dan referen ungkapan kemarahan penutur laki-laki dan penutur perempuan, serta alasan munculnya tuturan tersebut. Penelitian tersebut juga membahas analisis mengenai peristiwa tutur kemarahan laki-laki dan perempuan. Tulisan Wijana (2008) dalam artikel berjudul "Kata-Kata Kasar dalam Bahasa Jawa mendeskripsikan seluk beluk pemakaian kata-kata kasar dalam bahasa Jawa dalam hubungannya dengan perihal apa saja yang memiliki dan aktivitas-aktivitas apa yang dapat dikenai kata kasar. Deskripsi tersebut mengungkapkan berbagai macam tindakan yang tidak diinginkan atau tidak dihormati di dalam kehidupan orang Jawa
9 sebagai salah satu aspek budaya yang harus diketahui oleh semua orang jika ingin berinteraksi secara harmonis dengan masyarakat Jawa. Setiawan (2011) dalam skripsinya berjudul Realisasi Ketidaksantunan Berbahasa di Lingkungan Terminal Kartasura membahas mengenai kata-kata kasar (sarkasme) yang ada di lingkungan terminal bus Kartasura. Sumber data penelitiannya ialah tuturan para calo, pedagang asongan, sopir, dan kondektur yang mengandung ketidaksantunan. Data tersebut digunakan untuk menemukan realisasi ketidaksantunan di lingkungan terminal, wujud bahasa tak santun tersebut, dan penyimpangan prinsip kesopanan Leech. Hasil penelitian ini menunjukkan pelanggaran yang paling dominan terjadi pada prinsip kesopanan ialah pelanggaran yang ada dalam maksim kebijaksanaan. Penelitian-penelitian mengenai ungkapan emosi sebelumnya juga berada dalam ranah pragmatik atau sosiopragmatik. Meskipun berada dalam ranah yang sama, permasalahan serta teori sebagai pengaplikasian penyelesaian masalah yang digunakan berbeda-beda. Objek kajian yang diteliti pada analisis ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu komentar berita pada media komunikasi Line dengan karakteristik pengguna yang berbeda dengan penelitian-penelitian yang pernah diteliti sebelumnya.
10 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai ungkapan kebencian ini membawa manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, diharapkan penelitian ini dapat memberi pemahaman ungkapan kebencian dari pengaplikasian ilmu pragmatik berupa teori prinsip kerjasama, teori prinsip kesopanan, dan teori tindak tutur. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran ungkapan kebencian dan klasifikasinya sehingga penggunaannya dapat digunakan dengan tepat sesuai dengan situasinya. 1.8 Metode Penelitian Penanganan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Tahap penyediaan data merupakan tahap pengumpulan data. Data yang diambil merupakan komentar dari berita Line yang diambil dari tanggal 1 Juli 2017 hingga 12 Juli 2017. Pertimbangan waktu tersebut cukup memadai untuk mendapatkan data sebagai bahan penelitian. Data berupa komentar tersebut merupakan sumber tertulis yaitu tulisan tanggapan pemilik akun Line terhadap berita yang diterbitkan oleh media Line. Data komentar Line diambil dari lima berita, yakni: (1) Mengerikan, Anak 15 Tahun Menjadi Korban Motor Hadiah; (2) PNS Bolos Usai Libur Lebaran, Ini Sanksinya; (3) Muzdalifah Mantap Gugat Cerai Suami Barunya; (4) Kapolresta Bekasi Kota Sebut Laporan Terhadap Kaesang Tetap Diproses; dan (5) Istri Jenderal Polisi: Saya Sangat Menyesal dan Minta Maaf. Pemilihan kelima
11 berita tersebut didasarkan oleh banyaknya respon (komentar) dari pembaca berita Line. Teknik penyediaan data yang digunakan ialah metode simak dan catat. Metode simak dan catat dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa yang dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan pada kartu data sehingga menjadi sebuah transkrip data (Sudaryanto, 1993:133). Tahap berikutnya ialah tahap analisis data. Data yang telah diklasifikasikan selanjutnya dianalisis menggunakan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993: 13), metode padan ialah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang diteliti. Metode padan yang digunakan ialah metode padan pragmatis. Metode ini digunakan untuk melakukan identifikasi satuan kebahasaan menurut konteksnya. Metode yang digunakan lainnya ialah metode komparatif. Sudaryanto (1993: 63) menyatakan bahwa metode komparatif adalah metode yang cara kerjanya membandingkan data satu dengan data lainnya sehingga diketahui ada tidaknya hubungan persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena penggunaan bahasa yang ada, yang diatur oleh asas-asas tertentu. Dengan metode ini data dapat dianalisis berdasarkan kelompok-kelompoknya. Analisis data perlu pula untuk dilakukan pengecekan melalui metode introspeksi. Metode introspeksi ini memanfaatkan intuisi kebahasaan yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data yang diperlukan bagi analisis sesuai dengan tujuan penelitiannya.
12 Tahap yang terakhir ialah tahap penyajian hasil analisis data. Menurut Kesuma (2007: 71) terdapat dua cara penyajian hasil analisis data, yaitu secara formal dan informal. Penyajian data secara formal dilakukan dengan menggunakan tabel. Penyajian data secara informal dilakukan dengan menggunakan penjelasan berupa kata-kata, dalam bentuk deskripsi. 1.9 Sistematika Penelitian ini disajikan dengan format sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penyajian penelitian. Bab II memaparkan identifikasi struktur komentar dan bentuk kebahasaan penulisan komentar berita Line. Bab III berisi pengklasifikasian jenis tindak tutur ungkapan kebencian komentar berita Line. Bab IV memaparkan penjelasan mengenai ekspresi ungkapan kebencian yang diutarakan. Bab V merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran. Penomoran data ditulis dengan dua angka yang diapit dalam dua tanda kurung, dan dipisahkan dengan tanda pemisah. Angka pertama menunjukkan nomor berita, angka kedua menunjukkan nomor urut komentar Line. Misalnya (1-1) menunjukkan berita nomor satu, Mengerikan, Anak 15 Tahun Menjadi Korban Motor Hadiah, dan angka selanjutnya menunjukkan nomor data komentar pada berita tersebut. Data
13 berupa komentar terhadap berita Line tidak seluruhnya benar dalam hal penulisannya. Data dapat mengandung kesalahan penulisan baik disengaja ataupun tidak disengaja. Komentar yang disajikan dikelompokkan atas lima bagian, berdasarkan objek atau penerima komentar. Penerima satu merupakan komentar yang diberikan kepada objek yang diberitakan. Penerima kedua merupakan komentar yang diberikan kepada orang ataupun benda yang berkaitan dengan objek yang diberitakan dan muncul dalam topik yang diberitakan. Penerima ketiga merupakan komentar untuk orang ataupun benda yang berkaitan dengan objek yang diberitakan namun tidak berhubungan secara langsung dengan berita yang muncul. Penerima keempat merupakan komentar yang ditujukan untuk penulis komentar lain.